Home / CEO / Sekretarisku Jilbaber / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Sekretarisku Jilbaber : Chapter 171 - Chapter 180

214 Chapters

Bab 171

"Baca itu! agar kamu tidak banyak berkomentar.” Ucap Damar lantang. Surendra mengambil kertas yang isinya hasil tes DNA.Annisa dan Damar menunggu Surendra membaca hasil tes tersebut, begitu juga dengan Raka, ia belum bisa mencerna dengan apa yang ia dengar malam ini. Tubuhnya terasa lengket dan bau asem setelah seharian bekerja menjadi kuli bangunan. Raka terpaksa bekerja kerena setelah pindah ke rumah ini, Rania kehilangan pekerjaan sehingga Surendra menyuruh Raka untuk berhenti sekolah dan bekerja.Kemudian Surendra membaca isi kertas tersebut, sebelum membaca tak lupa tatapan sinis ia layangkan pada Damar. Ia membaca nama Raka dan Damar, kemudian membaca isi keseluruhannya, sampai bagian akhir. Surendra mulai ketakutan, Sekali lagi ia membaca ulang hasil tes tersebut. “Apa?? Jadi Ra-Raka bukanlah anak dari ...” ucap Surendra tak sanggup meneruskan ucapannya. Seolah-olah ia begitu terkejut dengan hasilnya dan berpura-pura merasa sedih karena anak yang selama ini mereka rawat bu
Read more

Bab 172

"Tunggu dulu Bu, saya mau minta izin pada Bu Rania dulu, walaupun bagaimana beliau lah yang merawat aku dari bayi, hingga aku bisa sebesar ini, seharusnya Ibu dan Bapak berterima kasih pada Bu Rania," ucap Raka. "Bu Rania merawat ku dengan baik selama ini, walaupun tak mampu menyekolahkan aku Bu Rania menganggapku seperti anak kandungnya sendiri," ucap Raka lagi. Netra Rania berkaca-kaca, ia tak menduga Raka ingat akan jasanya, selama ini memang hanya Rania saja yang peduli pada Raka. Sedangkan Kanaya dan Surendra tak pernah menganggap Raka ada. Raka beringsut mendekati Rania. Tak terasa air mata di pelupuk mata Rania jatuh juga, ia terisak begitu melihat Raka, selama ini Raka lah yang peduli padanya, bukan seperti Kanaya anak kandungnya yang cenderung tak pernah mau peduli dengan keadaan Rania."Bu, Pak, terima kasih karena selama ini, kalian sudah membesarkan ku hingga seperti menjadi seperti ini, Bu terima kasih selama ini Ibu telah menyayangiku walaupun Ibu tahu bahwa aku bukan
Read more

Bab 173

Entah apa yang akan ia katakan pada Dirga dan Bu Widya dan juga Pak Danu nanti.Annisa tersenyum melihat Raka makan dengan lahap, anak ini benar-benar lapar sepertinya. Pulang bekerja sudah larut malam dan belum makan pula. "Kamu nambah lagi?" tanya Annisa."Cukup Bu, aku sudah kenyang," ucap Raka. Damar dan Annisa tersenyum. Setelah selesai makan mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah Bu Widya.Setelah beberapa jam perjalanan mereka sampai juga di rumah Bu Widya yang besar, Raka ternyata sudah tertidur, mungkin dia sangat lelah setelah seharian bekerja."Raka, Nak, bangun, kita sudah sampai," ucap Annisa membangunkan Raka. "Ya Allah, maaf Bu aku ngantuk, jadi ketiduran," ucap Raka. Annisa tersenyum."Ya sudah nggak apa-apa, ayo kita masuk," ajak Annisa. Raka mengangguk, kemudian Raka turun dari mobil dan mengikuti Annisa dengan Damar ragu-ragu. Ia menenteng tas sekolahnya yang berisi buku dan seragam sekolah, juga sebuah kantong plastik yang berisi baju-bajunya beberapa
Read more

Bab 174

Azan magrib berkumandang di mesjid di kota ini bersahut-sahutan. Memanggil umatnya untuk menghadap Rabb-Nya. Raka segera bangun dan berwudhu, ia segera melaksanakan shalat shubuh. Setelah shalat jika di rumah biasanya dia membantu Rania mencuci piring atau menyapu dan berberes. Apa yang haru ia lakukan sekarang, Raka mondar mandir di kamar tamu itu. Mau berberes semua terlihat rapi. Ah, mungkinkah dia akan membantu Bi Asih untuk mencuci piring. Tak ada salahnya mungkin. Kemudian Raka keluar berjingkat-jingkat, agar tak menimbulkan suara, kerena hari masih sangat pagi, apa lagi hari ini hari minggu. Bibi sedang mencuci piring di dapur, ia terlihat sibuk, terkadang kembali lagi ke wajan. Raka kasihan melihat Bibi, sehingga ia berinisiatif untuk membatu Bibi mencuci piring. “Bi biar aku bantu ya!” ucap Raka.“Nggak perlu Den, biar Bibi aja,” ucap Bi Asih menolak.“Nggak apa-apa Bi, Raka biasa melakukan hal seperti ini, ini pekerjaan kecil bagi Raka,” ucapnya tersenyum. Kemudian lan
Read more

Bab 175

Bu Widya mengarahkan pandangannya pada Dirga kemudian pada pada Pak Danu dan pada Raka. Pak Danu memberikan hasil tes DNA tersebut pada Bu Widya, Bu Widya membacanya.Tangan Bu Widya bergetar memegang kertas hasil tes tersebut. Bu Widya menatap Annisa dengan tatapan sendu. “Ini beneran Nis? Jadi Dirga bagaimana?” “Iya Ma, benar. Nanti Dirga kita antar ke rumah orang tuanya,” ucap Annisa. Dirga tertegun mendengar ucapan Annisa, pandangannya lurus ke depan, ia masih tak percaya dengan semua yang terjadi, selama ini dia hidup bergelimang harta, pewaris keluarga Danuarta, mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya dan menjadi cucu kesayangan. Tapi ternyata ini hanya sementara, semua ini bukan miliknya. Selama ini ia selalu membanggakan bahwa dirinya adalah anak sultan, karena statusnya itu para cewek-cewek semua ini berlomba mendekati dia, tapi kini semua pupus dihancurkan oleh Raka. “Pa ... ternyata Raka cucu kita Pa! Ya Allah, dia cucu kita yang sebenarnya,” ucap Bu Widya kem
Read more

Bab 176

Raka masuk ke kamar tamu, ia berjalan pelan, agar tak mengganggu yang lain, ia juga membuka pintu kamar perlahan.Raka sadar dia baru di rumah ini, walaupun ia adalah anak kandung tetapi ia juga masih merasa segan di rumah itu. Masih terasa asing baginya. Akhirnya Raka pun tidur di kamar tamu. Pagi menjelang, setelah shalat shubuh Raka keluar kamar, ia tak lagi membantu Bi Asih mencuci piring, karena Bi Asih melarangnya.Kemudian Raka menyiram tanaman dan menyapu halaman. Setelah selesai ia kembali masuk ke dalam rumah untuk mengganti pakaian. Hari ini Raka kembali bersekolah. Begitu masuk ke dalam Annisa juga sudah turun ke lantai bawah, sedang menyiapkan makanan untuk sarapan.“Raka? Kamu dari mana?” tanya Annisa keheranan. Ia pikir Raka belum bangun. “Menyiram tanaman Bu, aku suntuk duduk terus, tadi mau membantu Bi Asih mencuci piring dia menolak, jadinya aku menyiram tanaman saja dan menyapu halaman,” ucap Raka. “Masya Allah anak Ibu, kamu tidak harus melakukan hal itu, ada y
Read more

Bab 177

Raka merapikan bajunya yang dibuat berantakan oleh Dirga, padahal Raka tidak bermaksud untuk mendekati Zahra mereka hanya teman biasa. Teman-teman satu kelas mereka masih saja menganggap Raka orang miskin, Raka acuh, ia tak ingin memberi tahu teman-temannya tentang yang sebenarnya. Tadi saat ke kantor, Raka memberitahu Annisa agar tak memberi tahu statusnya. Selain tidak enak pada Dirga, ia juga tidak ingin bermusuhan dengan Dirga. Karena Raka juga menyayangi Rania seperti Ibu kandungnya sendiri.“Bu aku punya satu permintaan,” ucap Raka saat mereka berjalan ke ruang guru tadi pagi.“Apa itu? coba Beritahu ibu?” tanya Annisa mengerutkan keningnya.“Tolong jangan beritahu Bu Guru kalau aku adakah anak kandung Ibu,” ucap Raka. Annisa menghentikan langkahnya dan menatap Raka. “Kenapa?” “Biarkan mereka tahu sendiri.” Annisa tersenyum kemudian mengangguk. Raka mempunyai kepribadian yang baik, ia juga rendah hati, walaupun ia anak kandung Annisa dan Damar, Raka tak tak ingin statusnya d
Read more

Bab 178

Mobil melaju meninggalkan sekolah, Annisa mengantakan jika nanti mereka akan mengantarkan Dirga ke rumah Rania, Durga harus bertemu Rania selalu Ibu kandungnya.Setelah berkemas-kemas, mereka segera berangkat untuk bertemu Rania, Raka juga ikut, ia mengatakan ingin bertemu dengan Rania. Annisa mengizinkannya karena Raka juga dari bayi tinggal bersama Rania.Mobil melaju memecah kebisingan kota, Damar juga ikut menemani Dirga, rencananya Dirga akan menginap untuk beberapa malam di rumah Rania. "Kamu akan menginap Dirga?" tanya Annisa saat sedang di perjalanan. "Aku ngak tahu Mi," jawab Dirga cuek. Ia bahkan tak terlihat bahagia ketika ingin bertemu dengan Ibunya."Seharusnya kamu menginap, kasihan mereka sudah lama merindukan kamu, apa lagi Ibumu," ucap Annisa. Dirga tak menyahut.Setelah beberapa jam kemudian mereka tiba di lorong rumah Rania. Damar memarkirkan mobilnya di dekat warung, jika ia meletakkan mobil di gang rumah Rania, takut mengganggu pengguna jalan uang lain, gangnya
Read more

Bab 179

"Dirga itu ditanya ibumu, jawab dong!" ucap Annisa lembut. Dirga masih ragu, ia sebenarnya tak mau tinggal di sini, kalau bisa dia tinggal bersama Annisa saja, sehingga ia masih bisa menyembunyikan identitasnya yang sebenarnya."Aku mau Bu, tapi aku masih ingin bersekolah di sekolahku dulu, jika dari sini terlalu jauh," ungkapnya. Alasan yang sangat tepat untuknya, pikir Dirga, sehingga dia tak merasa bersalah karena tak ingin tinggal di sini."Kalau sekolah nanti bisa kita atur, misalnya pas hari sabtu kamu pulang ke sini, nanti saat hari Senin, kamu balik lagi ke rumah," ucap Annisa."Memangnya boleh Mi? apa aku masih bisa tinggal di rumah itu?" tanya Dirga bersemangat."Tentu saja, asal Ibumu tidak keberatan, kamu tentu boleh tinggal di sana lagi, tapi kamu harus ingat, bahwa Ibu Rania lah, Ibu kandungmu, walaupun Ummi yang merawatmu dari bayi," ucap Annisa. Dirga melihat ke Arah Rania, ia menganggukkan kepalanya."Seharusnya kamu bahagia dong Ga, punya dua Ibu, aku senang bisa dis
Read more

Bab 180

"Bukan karena Ayah tidak mau bekerja keras untuk menghidupi ku?" Tanya Dirga, ia menatap ayahnya dengan tatapan tajam. Surendra menghela nafas, ia masih santai menanggapi emosi Dirga yang menggebu-gebu.“Tidak, bukan karena itu,” jawab Surendra, ia mengambil rokoknya satu batang dan menyalakannya.“Jadi karena apa? Karena Ayah ingin jadi orang kaya instan tanpa bekerja, iya kan? Karena ayah ingin kau mendapatkan warisan dariku begitu kan?!” ucap Dirga dengan nada meninggi.“Dirga Jaga sikapmu, apa kamu tinggal di rumah besar tidak diajarkan sopan santun!” Ucap Surendra berang. Dirga tak mengindahkan hardikan Surendra. Surendra menyesap rokoknya dan menghembuskannya kasar.“Jadi, benar karena itu? Karena ayah tidak mau capek-capek untuk memberi makanku dan menyekolahkan aku?!” Surendra menyugar rambutnya kasar. Baru saja bertemu hari ini ayah dan anak itu sudah bersitegang.“Ya! Benar!” ucap Surendra akhirnya. Dirga tidak menyangka ayah kandungnya tega menukarnya hanya karena uang. I
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
22
DMCA.com Protection Status