Home / Rumah Tangga / Miskin itu Memalukan / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Miskin itu Memalukan: Chapter 11 - Chapter 20

62 Chapters

Bertemu Papa kandung

Miskin itu Memalukan 11Bertemu Papa setelah 15 tahunAku akan menelepon! Iya, sudah aku bulatkan hati untuk menelepon papa. Sebentar, biarkan otakku merangkai kata dulu apa yang akan kuucapkan. Lima belas tahun berjarak, membuat lidahku serasa kelu untuk menyapa. Ting!Sebuah pesan masuk di ponselku. Menunduk aku membacanya. Dari Mama.[Ufi, maaf, mama butuh banget uang tolong ditransfer 100 aja, ya]Bola mataku berputar usai membaca chat dari mama. Apa-apaan mama ini, bukannya baru seminggu lalu suaminya mencuri uangku 10 juta, sekarang mama memintaku mentransfer 100 ribu? Apa mama nggak dibagi sedikit pun uang curian itu oleh Om Arif? Rasanya tensiku naik seketika! Benar-benar marah aku kali ini. Sepuluh juta itu banyak. Sebulan aku kerja putar otak, pulang malam saja tidak sampai segitu gaji yang aku terima. Ini 10 juta sudah habis dalam seminggu saja. Bener-bener gi-la aku dibuatnya. Mama itu bukan tanggung jawabku tapi, tanggung jawab Om Arif sebagai suaminya. Aku tidak akan
last updateLast Updated : 2023-07-06
Read more

Gairah sang Brondong

Miskin itu Memalukan 12PoV Fatma 1(Mama Ufi)Gair_ah sang Berondong“Mas, mana uangnya Ufi yang kamu curi!” Kataku pada mas Arif yang sedang sibuk dengan alat pancingnya. “Sudah habis,” jawabnya singkat bahkan tidak menoleh padaku.“Habis buat apa? Cepat banget?” Mataku melebar. Kaget. Uang sepuluh juta habis dalam sekejap, padahal aku sendiri belum melihat wujudnya. Mas Arif langsung menghilang secepat kilat setelah membawa lari uang Ufi. “Ya buat macam-macam lah,” ujarnya santai sambil menghisap dalam rokoknya. “Mas, itu tuh uangnya Ufi buat menikah!” Gemas rasanya. Aku berpindah duduk di samping Mas Arif. Suamiku itu melirik sekilas. “Anakmu yang pelit itu memang pantas diambil uangnya. Masih untung aku tidak mengambil semuanya.” Lagi-lagi mas Arif menjawab dengan tidak peduli. “Pelit bagaimana, Ufi itu sering memberiku uang buat beli beras!” Aku berbicara dekat telinganya. Biar suamiku ini tahu, Ufi tidak pelit seperti yang sering dia sebutkan. “Itu kan sama kamu. Sama aku
last updateLast Updated : 2023-07-06
Read more

Kenyataan Pahit

Miskin itu Memalukan 13POV Fatma 2(Mama Uvi)Kenyataan Pahit“Siva, ayo, itu bisnya sudah datang.” Menggandeng Siva, anak bungsuku dan mengajaknya agak mendekat ke badan jalan raya. Bis antar kota antar provinsi yang kunanti selama hampir 15 menit sudah datang. “Agak ke sini, Siva.” Menarik pelan badan gadis mungil itu merapat ke dekat kursi penumpang. Bis penuh hari ini terpaksa aku, Siva dan beberapa orang lainnya berdiri. Siva tidak rewel, dia berdiri diam dengan berpegangan pada kakiku. Demi menuruti kemauan Mbak Lies, aku berangkat jam 7 pagi dari rumah agar bisa sampai sana sebelum jam sembilan. “Duduk sini, dek.” Seorang cewek cantik dengan tas punggung bertengger di punggung memberikan tempat duduk kepada Siva. Aku tersenyum padanya. Dari penampilannya sepertinya gadis baik hati itu seorang Pelajar atau Mahasiswi. “Terima kasih. Siva ayo duduk cepat,” kataku mendorong Siva masuk. Siva duduk dengan menatapku, mungkin takut karena duduk sendiri sedangkan aku tetap berdiri.
last updateLast Updated : 2023-07-06
Read more

Apa salahku?

Miskin itu Memalukan 14Apa salahku?“Budhe mau perawatan yang mana, pilih aja,” kataku sambil menunjukkan menu treatment kepada Budhe Lies. Hari Minggu ini aku mengajak Budhe untuk melakukan perawatan bersama di sebuah Spa langgananku. Aku memang sudah mengambil program perawatan pengantin di sini. Perawatan untukku sudah dijadwalkan seminggu sekali dan harus selesai sebelum hari H. Treatment meliputi kaki sampai kepala agar aku terlihat glowing dan manglingi saat menikah. Hari ini aku dapat jadwal facial, massage, lulur dan ratus rambut. “Budhe mau yang ada pijetnya, Fi, pegel badan soalnya,” kata Budhe sembari membuka lembaran buku menu. “Massage sama luluran, Budhe?” “Yo wes gapapa,” sahut Budhe Lies menutup buku menu dan menaruhnya kembali di meja resepsionis.“Mbak, minta kamar dobel, ya?” Kataku pada resepsionis. “Iya, mbak.” Kamar dobel artinya dengan dua dipan treatment bersebelahan, agar aku bisa mengobrol dengan Budhe. Sering aku jalan berdua dengan Budhe Lies untuk se
last updateLast Updated : 2023-07-06
Read more

Hubungan Toxic

Miskin itu Memalukan 15Hubungan toxic“Mama nanti datang ke Hotel pagi, ya, kan didandani dulu,” ucapku, “kainnya sudah dijahit?”“Sudah.”TapTapTapSuara langkah kaki cepat terdengar mendekat. Tanpa ucap salam Om Arif memasuki rumah. Aku dan Ruly yang duduk di dekat pintu menoleh. Om alif berhenti sejenak menatap kami dengan tatapan tak menyenangkan. “Om ….” Ruly menganggukkan kepala dan beringsut untuk berdiri untuk memberi salam.Aku menahan dengan memegang tangannya. ‘Nggak usah’ begitu isyarat yang kutunjukkan pada Ruly. Kekasihku itu menatapku tidak mengerti tapi, dia membatalkan niatnya mencium tangan Bapak tiriku. Om Arif sering menghina mamaku, tak layak dihormati.Om Arif mendengus kesal lantas bergegas meninggalkan tuang tamu. Sempat tertangkap olehku tatapannya beringas kepada mama. Manusia tak punya adab. Prang! Prang!Seperti suara benda-benda yang sengaja dibanting terdengar dari dalam. Jantungku berdegup kencang, apa lagi yang akan dilakukan oleh ba ji ngan itu. Ma
last updateLast Updated : 2023-07-06
Read more

Hari H (bag 1)

Miskin itu Memalukan 16Hari H 1Siapa yang mendampingi aku di pelaminan?Besok adalah hari pernikahanku dengan Ruly digelar. Cuti tahunanku sudah turun, aku mengambil seluruhnya. Selama hampir empat tahun bekerja aku belum pernah mengajukan cuti jadi pas mengajukan langsung di acc. Alhamdulillah semoga semuanya lancar. Dari semalam aku sudah menginap di rumah Ruly Seharusnya aku berada di rumahku sendiri karena besok adalah pernikahan di pihak perempuan dan aku mesti menjalani prosesi midodareni tapi, rumah mana? Aku tidak punya rumah. Beruntung keluarga Ruly tidak masalah, mereka menerimaku dengan baik. “Ufi, kenalin sini, keluarga besarnya Ruly,” panggil mama Rosita. Turun dari lantai dua aku menuju ke ruang keluarga yang luas di lantai bawah. Di situ sudah berkumpul banyak orang, lebih dari 20 manusia mungkin, belum bocil-bocilnya. Suasananya riuh seperti pasar. “Ini lho, calonnya Ruly, namanya Ufi,” mama Rosita berdiri memeluk bahuku di hadapan banyak perempuan yang memenuhi
last updateLast Updated : 2023-07-07
Read more

Hari H 2/ Uang Sumbangan

Miskin itu Memalukan 17Hari H (bagian 2)Uang sumbangan Heh! Budhe melengos. Seolah tak memedulikan kemarahan mama, Budhe Lies berkelebat pergi meninggalkan kamar. Aku yang serba salah mengalihkan perhatian dengan sibuk merapikan kebaya pengantin putih tulang yang membalut tubuhku. Mama terdengar menghela nafas. “Bantu aku keluar, Ma,” kataku sambil mengulurkan tangan. Mama mengangguk lalu menuntun aku menuju pintu keluar. Mbak Putri dan sang asisten bergegas mengangkat ekor kebaya yang panjang agar tidak tersangkut sesuatu. Di luar kamar masih tersisa beberapa orang. Ternyata semuanya sudah menuju ballroom. Sebentar lagi acara ijab qobul akan dilaksanakan. Siva kecil melompat dari kursi saat melihat aku yang berbusana pengantin muncul. Anak itu terpukau melihatku, bibirnya membentuk huruf O dan matanya melebar. “Mbak Ufi mau jadi manten, ya?” Tanyanya lugu. Aku tertawa kecil dan mengangguk. Mama menggandeng tangan Siva untuk diajak mengantarku ke ballroom. “Ma, aku deg deg an,”
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

Bertemu Mantan

Miskin itu Memalukan 18PoV FatmaBertemu MantanPulang dari mengantar undangan pernikahan Ufi ke tetangga dekat , aku berjalan pulang. Nggak enak juga sih, ngundangnya mumpet-mumpet. Gimana lagi, jatah undangannya terbatas. Ufi cuma ngasih sedikit jadi aku harus putar otak siapa saja yang layak aku panggil. Pastinya akan mengundang gunjingan orang yang tidak aku kasih undangan. Dikiranya aku sombong karena besanan dengan orang kaya, padahal aku ini nggak mantu sama sekali. Semua dibiayai pihak lelaki. Sebagai orang tua aku merasa bersalah, merasa malu dengan Ufi dan keluarganya Ruly. Sepeser pun aku tidak keluar uang untuk pestanya anak perempuanku. Bagaimana lagi, aku memang tidak punya uang sama sekali. Jangankan untuk mantu, untuk makan sehari-hari saja aku kesusahan. Hatiku gerah rasanya setiap kali Ufi mengungkit biaya pernikahan. Anakku itu sampai seperti mengemis padaku. “Sejuta, dua juta aja, Ma,” katanya memohon. Ya Tuhan jangankan segitu, seratus juta pun kalau aku ini pu
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

Gara-gara Mama

Miskin itu Memalukan 19Gara-gara MamaDua hari setelah pernikahan aku dan Ruly menghitung uang sumbangan. Isinya beragam dari 50 ribu sampai satu jutaan. Kalau yang nyumbang lebih, mereka transfer. Jangan salah, uang sumbangan ini kelak juga akan dibalas. Artinya aku juga harus mengembalikan sejumlah yang aku terima. “Sudah dicatat semua, Fi?”“Sudah,” jawabku. Aku mencatat manual nama dan jumlah uang dari teman-temanku dan Ruly untuk mengingat. Dari semua amplop yang kubaca, tak satupun tertulis nama orang-orang dari kampung mama. Padahal jelas-jelas para tetangga mama datang dan menikmati makanan. Teringat uang sumbangan yang ditilep mama, akupun mengambil ponsel. Sedianya akan kutelepon mama untuk menanyakan tapi, berhubung ada ruly di kamar aku merasa sungkan. Lebih aman lewat WA saja. [ma, apa orang kampung kemarin pada nggak nyumbang?] tulisku dan segera terkirim ke mama. Langsung centang biru, berarti mama membacanya. [nyumbang, kok] balas mama.[mana, kok nggak ada namany
last updateLast Updated : 2023-07-09
Read more

Perempuan di rumah Mama

Miskin itu Memalukan 20Perempuan di rumah mamaPerhelatan akbar ngunduh mantu keluarga Pak Wondo sudah digelar. Aku telah resmi menjadi menantu perempuan di rumah ini. Seiring dengan itu akupun pindah dan tinggal di rumah megah orang tua Ruly. Semua saudara sudah pada pulang sekarang hanya ada aku, Ruly, mama dan papa saja.Barang-barang dari kost yang tidak seberapa aku bawa ke mari. Semuanya disimpan di dalam gudang. Beberapa baju, tas dan sepatu aku kirimkan ke mama biar dipakai. Lumayan kan bajuku mahal-mahal bahkan ada yang branded. Aku menghuni kamar Ruly berdua di lantai atas. Kamar dengan tempat tidur besar dan spring bed tebal merek import tersedia di sana. Ada kamar mandi di dalam dengan shower, bathtub dan water heater. Wardrobe berisi pakaian Ruly tertata rapi di dalamnya. Sambil berjalan tanganku menyentuh wardrobe berwarna terrakota ini, memanjang sepanjang tembok kamar sisi timur. Bagus sekali. Nanti aku juga akan memasukkan koleksi pakaianku di sini. “Ufi, sini.” R
last updateLast Updated : 2023-07-09
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status