Home / Rumah Tangga / Miskin itu Memalukan / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Miskin itu Memalukan: Chapter 31 - Chapter 40

62 Chapters

Alasan Demi Anak

Miskin itu Memalukan 31Demi anak alasan mama bertahan. Sejenak suasana hening. Aku masih tidak percaya dengan jawaban mama yang memilih bertahan dari pada bercerai dengan Om Arif. Seandainya bukan mamaku pasti sudah keluar kata- kata mutiara dari mulutku, bo-doh, pea, gi-la, dan sebagainya untuk perempuan di depanku ini. Om Arif tiba-tiba berdiri dan berjalan melalui kursi yang diduduki mama dan aku. Lelaki itu berjalan dan masuk ke kamar dengan membisu. Ekor mataku mengikuti setiap gerakannya. Ruly hanya duduk dan diam setelah perseteruan hebat antara mama dan om Arif mereda. Mungkin saja suamiku ini syok melihat kenyataan keluargaku. Ruly dibesarkan dalam keluarga utuh dan harmonis. Mama papanya selalu mempertontonkan hal yang positif di depan anak-anaknya termasuk pada menantu. Mama dan papa mertuaku jarang berselisih. Kalau toh ada perbedaan pendapat mereka berusaha menyelesaikan dengan kepala dingin. Tidak pernah terdengar teriakan di rumah Ruly selain teriakan gembira dan ca
last updateLast Updated : 2023-07-19
Read more

Dijual Suami

Miskin itu Memalukan 32PoV FatmaDijual suami sendiriAku masih termenung duduk di ruang tamu meskipun Ufi dan Ruly sudah pergi. Prahara yang baru saja terjadi hanyalah sebuah kesalahan pahaman saja menurutku. Aku tidak selingkuh. Justru mas Arif yang paling senang dengan peristiwa ini. Arif lah yang telah menjebak Sandy untuk datang ke Semarang menemuiku. Saat itu suamiku berdalih meminjam ponsel milikku. Aku tidak curiga dan memberikannya. Tahu sendiri misalkan aku menolak meminjamkan ponsel pasti Arif akan mengamuk bahkan menghancurkan ponselku dengan sekali banting. Dari pada ribut, aku memberikannya. Ponselku tidak di password, lagi-lagi untuk menghindari keributan. Paginya aku menerima pesan dari Sandy yang telah menunggu di tempat biasa. Karena merasa tidak pernah janjian aku sebenarnya menaruh curiga. Berhubung Sandy sudah sampai di Semarang akhirnya akupun menemuinya. Semua ini ternyata hanya jebakan. Arif lah yang membuat pesan seolah-olah aku menyuruh Sandy untuk datang
last updateLast Updated : 2023-07-20
Read more

Setuju Bercerai

Miskin itu Memalukan 33Masih pov FatmaSetuju bercerai dengan syaratBerlari telanjang kaki dan tergesa gesa aku memasuki gang rumahku. Malam masih gelap gulita, rumah tetangga masih tertutup rapat. Aku tidak peduli. Dengan menangis terisak isak dan nafas yang sesak aku menuju rumahku. Pintu depan tertutup rapat tapi, aku tahu harus lewat mana. Pintu belakang pasti tidak dikunci. Aku tahu karena pintu papan kayu itu memang tidak ada lobang kuncinya jadi hanya ditutup begitu saja. Se-tan benar Arif, dia menjualku pada lelaki bopeng hidung belang, an-ji-ng! Batinku terus mengumpat. Nasib baik aku bisa lolos. Tadinya aku sudah berpikir akan menjadi santap malam lelaki bau itu. Untung lah otakku bekerja cepat untuk menemukan jalan melarikan diri dari pria senang tadi. Berpura-pura pasrah aku membiarkan hidung belang itu men-cum-bu dan merasa wangi ragaku. Saat lidah terlena dalam manisnya leher jenjang, aku menggigit kuat telinganya. Pria itu meronta saat menyadari bidadari berserah d
last updateLast Updated : 2023-07-21
Read more

Kabar baik buat Mama

Miskin itu Memalukan 34Kabar baik untuk MamaTerik banget cuaca siang ini. Rasanya pingin minum yang seger-seger. Aku menyuruh Pak Darmin untuk memetik kelapa muda di pohon depan toko. “Ambil lima sekalian, Pak,” kataku. Dengan patuh Pak Darmin segera memanjat pohon kelapa. Memakai golok, Pak Darmin memangkas kelapa muda. Dari dalam toko aku dan mbak Wuri melihat buah kelapa yang jatuh menggelinding di tanah. “Ambilin tuh, mbak,” kataku, “sekalian bencah buat aku, ya?” Nggak sabar rasanya ingin mengguyur tenggorokanku yang kering dengan segar dan manisnya air kelapa hijau. Di depan toko ada dua pohon kelapa dan di belakang ada banyak, lima mungkin. Semuanya berbuah. Mbak Wuri berjalan kembali ke toko dengan membawa sebutir kelapa yang sudah dibencah. Aku tersenyum lebar dan bersiap menyambut, di tanganku sudah ada sendok sama sedotan. Srupp.Suara air kelapa masuk ke mulutku melalui sedotan. Aku tertawa sama mbak Wuri. Toko nggak begitu ramai hari ini jadi bisa nyantai. Aku meng
last updateLast Updated : 2023-07-23
Read more

Bicara Poligami

Miskin itu Memalukan 35Ngomongin Poligami“Mama hati-hati, ya,” kataku sambil memeluk cium mama mertua. Pagi ini aku dan Ruly mengantar mama dan Papa ke Bandara, mereka serius pergi ke Sumatra rupanya. Papa berpelukan dengan Ruly sambil mengelus pundak anak lelakinya itu. “Kabari kalau sudah sampai di sana, ya, Pa,” kata Ruly. “Pasti,” jawab papa tersenyum lebar. Saat tiba perpisahan dengan Ruly, drama nangis-nangis terjadi. Mama Rosita terisak-isak memeluk dan mencium Ruly. “Mama pergi dulu, kamu baik-baik, ya. Makan yang banyak, jaga rumah, kerja yang baik, hikss hikss,” mama mengusap air mata dengan saputangan yang dibawanya. Aku tersenyum dan merasa geli. Bukan mau mengolok tapi, mama ini masih menganggap Ruly anak kecil. Padahal Ruly sudah memiliki aku, istrinya. “Iya, Ma,” sahut Ruly dengan mata berkaca-kaca. Entah kenapa perasaanku kemudian seperti terhanyut melihat kasih sayang yang dipertontonkan ibu dan anak ini. Seumur umur aku tak pernah punya momen mengharukan sepe
last updateLast Updated : 2023-07-25
Read more

Kicauan Siva

Miskin itu Memalukan 36Kicauan Siva Seperti biasa, mobil mas Ruly parkir di depan rumah orang kalau datang ke rumah mama. Banyak anak kecil yang berlarian dan berseliweran saat aku dan Ruly berjalan memasuki gang. Tak ada wajah Siva yang kutemukan diantara kumpulan bocil tadi. Beberapa tetangga di sepanjang gang tersenyum padaku saat aku menganggukkan kepala. Ada juga beberapa yang berbisik-bisik saat melihatku. Orang sirik, biasa. Dulu aku tinggal di sini, miskin dan tidak punya kendaraan apapun bahkan sepeda motor juga tak punya. Ke mana mana naik angkutan umum bersama Mama. Sekarang aku ke sini naik mobil bagus, pasti ada jiwa-jiwa yang iri. Ada sepeda motor yang biasa dipakai Om Arif teronggok di sudut rumah. Aku menarik nafas dan mengembuskannya berat. Malas banget ketemu orang itu. “Ada Om Arif,” kataku pada Ruly. “Biarin aja, kita kan nggak ada perlu sama dia,” sahut suamiku sambil terus berjalan masuk halaman. “Assalamualaikum,” aku mengucap salam di depan pintu yang te
last updateLast Updated : 2023-07-27
Read more

Tuan Artha Wijaya

Miskin itu Memalukan 37PoV FatmaTuan Artha Wijaya“Di mana Siva?”Mataku melihat pada sosok yang berkacak pinggang menatapku. “Ikut Ufi,” jawabku datar.“Siapa yang menyuruh?”“Aku.”tatapku tajam dan membuat lelaki yang kusebut suami itu meradang. “Kau ini benar-benar ya, Fatma, istri tidak berguna, istri pembawa sial, durhaka!” Jarinya mulai menunjuk diriku seolah mengutuk. “Hentikan menyebutku istri. Aku bukan istrimu lagi semenjak aku menuntut bercerai,” kataku sambil berdiri. Arif mendelik menakuti.“Selama aku tidak menceraikan, kau masih tetap istriku, gob-lok kau, Fatma!”Aku tidak peduli. Beranjak ke kamar dan duduk di kursi depan cermin menatap bayangan diriku yang layu. Widya mulai merias wajahku, membingkai alis, merona kelopak netra, dan membalur bibirku dengan kilap berwarna merah. Aku seperti mati yang tidak memiliki rasa. Membiarkan tingkah durjana melibas harga diriku demi lembaran bernomor seri. Cinta tak pernah salah hanya aku yang keliru karena melabuhkan rasa
last updateLast Updated : 2023-07-27
Read more

Suara Aneh dari Kamar Mama

Miskin itu Memalukan 38Suara aneh di kamar mamaGenap satu minggu Siva bersamaku di Solo. Herannya, mama tak pernah sekalipun menelepon menanyakan keadaannya. Karena besok hari Senin sekolah, maka aku akan mengantar pulang Siva. Aku pun menelepon mama, berharap ponselnya bisa dihubungi.Nada sambung terdengar, aku menunggu supaya diangkat sama mama. “Halo, Ma?” Tanyaku saat terhubung.“Iya, Ufi, apa kabar?” Suara mama terdengar ceria.“Tumben diangkat?” Aku menyindir.“Iya, Fi, mama sudah ada ponsel baru.”“Yang lama ke mana?”“Rusak.”“Rusak atau dibanting Om Arif?”Mama diam saja. “Ini Ufi mau ngantar pulang Siva,” kataku.“Oh ya, Gapapa, antar saja, mama di rumah kok.”“Iya udah Ufi berangkat sekarang.”Menutup telepon aku lalu mengajak Siva turun ke lantai bawah. Di rumah ada beberapa orang kerja. Ruly tidak dapat mengantar karena mengurus toko. Katanya ada kontrak dengan salah satu supplier jalan tol, Tokonya Ruly didapuk menjadi salah satu pemasok bahan bangunan. Alhamdulilla
last updateLast Updated : 2023-07-31
Read more

Melarikan diri

Miskin itu Memalukan 39Melarikan diriMama masih kritis dan belum sadar semenjak operasi tadi malam. Dokter mengatakan kalau mama menderita cedera kepala yang agak mengkhawatirkan. Operasi untuk mengangkat darah yang mengental di kepala harus segera dilakukan. Sebagai anak kandung, akulah yang bertanggung jawab menandatangani seluruh berkas uang diajukan pihak rumah sakit.Dari semenjak mama dirawat sampai sekarang aku tetap menunggu di sini. Ruly sudah datang menemani, suamiku itu membawakan semua keperluanku dari baju ganti sampai peralatan mandi. Ruly juga membeli makan sendiri untukku. Mas Budi disuruh kembali ke Solo untuk mengawasi toko. “Makan dulu, Fi.”Ruly menyodorkan sebuah kotak nasi hijau muda bergambar rumah gadang padaku. Aku hanya melirik dengan tangan terlipat di dada. “Nanti saja aku belum lapar,” kataku menolak. Rasanya malas ngapa ngapain. Pikiranku hanya pada keadaan mama. Ruly membuka kotak makan dan dengan sendok plastik yang tersedia dia menyuapi aku. Bau a
last updateLast Updated : 2023-07-31
Read more

Tamu Istimewa

Miskin itu Memalukan 40Tamu Istimewa “Melarikan diri? Kapan?” Aku memberondong dengan pertanyaan. Berita ini membuatku kaget. “Benar itu,Fi,” kata Bu Rt, “Saat semua orang terkejut dan sibuk menolong Fatma, Arif menyelinap dan pergi bersama Widya. Kebetulan sepeda motor mereka diparkir di rumah tetangga karena habis dipinjam makanya mereka leluasa kabur.”Astaga! Bang-sat itu benar-benar licin seperti belut. Tidak, aku tidak boleh menyerah. Om Arif harus masuk penjara, dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya terhadap mamaku. Bukan sekali ini saja dia melakukan KDRT terhadap mama tapi, berulang kali dan ini adalah klimaks-nya. “Biar saja dia kabur. Polisi akan tetap memburunya sebagai buronan. Hidupnya tidak akan tenang,” ujarku kesal. “Semoga saja dia celaka!” Ucap Bu Partiyah ikut geram. “Arif memang pantas membusuk di penjara, Ufi. Selain kejam dengan mamamu dia juga tega men …” tante Linda tidak menyelesaikan kalimatnya karena kulihat Bu Rt menyenggol lengannya. “Apa,
last updateLast Updated : 2023-07-31
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status