Home / Rumah Tangga / Miskin itu Memalukan / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Miskin itu Memalukan: Chapter 51 - Chapter 60

62 Chapters

Kabar Kematian

Miskin itu Memalukan 51Kabar kematianHari ini adalah hari terakhir aku dan Ruly mengunjungi mama dan papa di Padang. Kedua mertuaku baik-baik saja di sini. Papa sudah beradaptasi dengan seluk beluk bisnis sawit di sini sedangkan mama? Hmm, jangan ditanya. Mamaku bahkan sudah memiliki sirkel baru di sini, hahaha. “Ufi pulang dulu, ya, Ma,” kataku sambil memeluk mama Rosita. Mataku sudah berkaca-kaca. Berat rasanya meninggalkan mereka. “Iya, Fi, nggak usah sedih dong, mama sama papa baik-baik saja bahkan Happy di sini,” ucap mama menghibur, meski aku tahu ada getar dalam suaranya. Bagaimana pun perpisahan memang menyedihkan. “Ruly, kerja yang betul, semoga cepat dikaruniai momongan lagi ya, nak …,”kali ini mama tidak sanggup menahan air mata. Selalu begitu bila berpisah denga anak lelaki kesayangannya. “Mama baik-baik, ya, cepat pulang,” balas Ruly sembari mendekap mamanya. Dengan lembut, Ruly pun mengecup kening perempuan yang dihormatinya itu. “Pa, titip mama, ya, kalau sudah s
last updateLast Updated : 2023-08-12
Read more

Membangun Kebohongan

Miskin itu memalukan 52Membangun kebohongan Tak lama aku mengajak suamiku pulang ke Solo, aku ingin bertemu mama. Aku ingin mendengar sendiri dari mulut mama kalau Om Arif benar-benar telah meninggal dunia. “Hati-hati di jalan lho,” kata Budhe, “Ufi, jangan terlalu dipikir, sudah mati ya sudah.”Aku mengangguk dan melambaikan tangan. Mobil pun melaju membelah keramaian jalan untuk kembali ke Solo. Di perjalanan aku menelepon mama dan menyuruhnya pulang ke rumah. “Ma, tolong pulang ke rumah malam ini, jangan tidur di toko,” kataku pada mama yang mengangkat telepon. “Kenapa, Fi?” Tanya mama. “Ufi mau bicara penting, pokoknya mama harus pulang, nggak ada tapi.”aku memaksa. “Baiklah, Ufi, mama pulang nanti.”Aku mematikan ponsel dan kembali menatap ke depan. “Mama mau pulang?” Tanya Ruly sambil menyetir. “Harus mau dong. Aku mau bertanya sama mama, kenapa tidak bercerita padaku kalau suaminya itu sudah meninggal,” kataku dengan cemberut. “Ya nanti kalau tanya baik-baik nggak usa
last updateLast Updated : 2023-08-13
Read more

Diancam

Miskin itu Memalukan 53PoV FatmaDiancamDuk!Aku mendorong kuat siku tangan ke belakang dan mengenai badan seseorang yang membekapku.Ough!Suara erangan kesakitan terdengar dan tangannya terlepas dari memiting leherku. Secepat kilat aku berlari ke kamar dalam kegelapan. Terengah-engah aku mengunci pintu. Handuk yang melilit tubuhku terlepas entah di mana, memperlihatkan lekuk tubuhku yang tentu saja akan membangkitkan bi ra hi. Beruntung aku bisa lolos dari lelaki itu. Cepat-cepat aku membuka lemari, mengambil pakaian sekenanya dan gegas memakainya. Seluruh anggota tubuhku bergetar hebat saking takutnya. Kakiku bahkan sempat meleset saat memasuki lobang celana dalam. Hehh hehh nafasku berkejaran, sesak seperti dicekik. “Fatma, buka pintunya!!”Brukk brukk! Suara pintu digedor dari luar. Aku menatap tegang ke arah pintu. Mataku mendelik hampir keluar sedangkan mulutku terbuka untuk bernafas. Aku harus bagaimana!?Kepalaku berputar, mencari sesuatu untuk kujadikan senjata. Aku haru
last updateLast Updated : 2023-08-14
Read more

Siapa Berbohong?

Miskin itu Memalukan 54Siapa berbohong“Ufi, ini mama ganti uang setoran yang kemaren dipakai mama.” Mama menyodorkan beberapa gepok uang tunai padaku. Aku menatap tumpukan uang di meja. Mama dapat uang dari mana, kok bisa secepat itu?“Sudah punya uang, Ma?” Tanyaku melihat mama yang lalu menghempaskan bobot di kursi depanku. Teras rumah Ruly ini unik. Terlalu sempit ya kalau aku bilang teras. Mungkin ini yang disebut serambi. Tiga bangku kayu besar model kuno berpelitur coklat tua mengkilap ditata berjajar menghadap meja-meja kayu pendek. Di seberangnya bukan bangku tetapi sofa. Aneh, kan? Dua akuarium berukuran besar terpajang masing-masing di belakang bangku dan sofa, isinya ikan Arwana dan satunya berisi ikan cana. Belum lagi halaman luas yang mengelilingi. Masih ada 4 kolam ikan berukuran besar juga. Pepohonannya rindang dan tertata apik, membuat semilir angin terasa sejuk dirasakan. Terkadang juga bikin ngantuk. “Alhamdulillah, sudah, Fi,” sahut mama dengan tersenyum. “Da
last updateLast Updated : 2023-08-16
Read more

Sabotase CCTV

Miskin itu Memalukan 55Sabotase CCTVAku kok curiga mama memasukkan laki-laki ke dalam rumah toko. Apa mama itu belum kapok juga dengan kegagalan rumah tangganya dulu? Jangan-jangan mama main back street gara-gara aku melarangnya menikah lagi? Aduh, konyol banget sih, kalau memang begitu. Mama itu sudah tua kok main petak umpet kek abege saja. Sebaiknya aku memeriksa rekaman CCTV saja. Dari kemarin aku batal terus melihatnya karena sibuk. Mumpung masih jam delapan malam aku lalu mengambil laptop dan mulai membuka laman sekuriti sistem yang terkoneksi dengan tokonya mama. Layar laptop terbagi menjadi empat bagian. Dua bagian memperlihatkan suasana dalam toko, yaitu menunjukkan gudang dan area meja kasir. Semuanya terlihat tenang dan aman-aman saja. Mataku melihat sisi hambar yang lain. Ini kenapa buram? Mataku memicing dan memperhatikan dengan seksama gambar ketiga. Kenapa rekaman kamera depan toko blank, nggak bisa dilihat? Apa rusak? Biasanya kamera di depan toko memperlihatkan a
last updateLast Updated : 2023-08-17
Read more

Antisipasi

Miskin itu memalukan 56PoV FatmaAntisipasiAku benar-benar tertekan dan ketakutan. Jantungku selalu berdebar tak menentu bila malam menjelang. Badanku sampai gemetar bila mendengar derit pintu belakang yang didorong dari luar. Itu tandanya Mas Arif datang. Iya, dia selalu datang seperti teror mengerikan dalam hidupku. Apa yang harus kulakukan? Dia membungkam mulutku dengan ancaman. Sekarang ini aku serasa menjadi binatang. Menjadi sapi yang diperah seluruh hartaku dan juga menjadi kuda tunggangan gratis hampir setiap malam. Aku benar-benar berada di puncak stres. Kebencianku menumpuk hingga aku berpikir untuk melenyapkan ba ji ngan itu. Bagaimana caranya? Kalau berduel Face to face dengannya sudah pasti aku yang keok dan aku tidak mau mengambil resiko itu. Mas Arif akan semakin brut-al menindas aku apa bila aku gagal mengeksekusi. Sebilah pisau dapur runcing sudah beberapa hari aku simpan di bawah tempat tidur. Untuk apa aku juga tidak tahu. Untuk membu Nuh mas Arif? Haha, sayan
last updateLast Updated : 2023-08-18
Read more

Kabar Buruk

Miskin itu Memalukan 57Kabar Buruk“Sudah baikan?” Tanyaku pada Ruly saat dia kelua dari kamar mandi untuk ke sekian kali. Suamiku menggeleng dan langsung tengkurap di tempat tidur. Ruly sakit perut dari tadi sore. Aku sudah membawanya ke dokter dan diberikan obat. Meski belum sembuh benar tapi, setidaknya Ruly sudah tidak kesakitan lagi. Mungkin salah makan atau apa, karena tadi siang dia tidak makan siang denganku. Ruly makan siang bersama rekan kerja. Suamiku ini tidak terbiasa makanan pedas soalnya. “Minum obatnya lagi,” kataku sambil menyodorkan beberapa butir obat kepada suamiku. Ruly menghela nafas kemudian melahap semua obat dengan bantuan air putih. “Istirahat, ya.” Aku mengusap dahi Ruly yang sedikit berkeringat. Suamiku mengangguk dengan mata terpejam. Aku berjalan ke kamar Siva untuk mengajaknya makan malam bersama. Tampak Siva sedang memeluk boneka besar Teddy Bear warna coklat miliknya. Aku membelikan boneka itu supaya Siva berani tidur di kamar sendiri. Aku bilang
last updateLast Updated : 2023-08-19
Read more

Mama

Miskin itu Memalukan 58MamaMelangkah lunglai aku menaiki tangga ke atas menuju kamarku. Pelan aku membuka dan menutup kembali pintu kamar. Aduh! Kaget aku ternyata Ruly tidak tidur. Suamiku itu duduk dan bersandar di tempat tidur dengan kaki selonjor. Dia menatapku. “Dari mana, sih, lama banget?” Tanyanya cemberut. Ruly ini jarang kesal sama aku, hanya saja kalau sakit dia lebih manja dan minta ditungguin. “Nemenin Siva belajar,” jawabku.“Aku mau minum,” katanya menunjuk botol minuman berwarna hijau di meja. Eh, ternyata habis, aku lupa mengisinya. Ruly aku suruh minum banyak-banyak tadi soalnya diare. “Bentar aku isi dulu.” Aku lalu keluar kamar lagi setelah mengambil ponselku di meja. Menuruni tangga ke lantai bawah untuk mengisi botol dengan air putih. Sebenarnya aku ingin mengajak Ruly untuk menjemput mama di toko sekarang juga sebab aku khawatir. Mama pasti belum tahu kalau sebenarnya Om Arif tidak meninggal dan sekarang menjadi buron. Sayangnya aku tidak tega memaksa Ru
last updateLast Updated : 2023-08-20
Read more

Pengorbanan Seorang Ibu

Miskin itu Memalukan 59Pengorbanan seorang ibuMembuka mata aku merasa berada di tempat yang asing. Mataku mengedar di setiap sudut. Ada meja dengan komputer di atasnya, tembok bercat putih dihiasi bingkai foto orang berseragam polisi tergantung. Tubuhku tergeletak di sofa berwarna biru gelap, baru aku menyadari, ini masih di kantor polisi. Uuh … aku melenguh dan menggerakkan anggota badan, berusaha untuk bangkit. “Ufi ….”Aah … mataku sayu menatap. Ruly mendekat dengan segelas air di tangannya. “Minum dulu,” ucapnya dengan menopang separuh tubuhku. Aku mengangguk dan menyedu gelas yang disodorkan Ruly. “Aku mau duduk,” pintaku. Suamiku degan sabar membantu menyandarkan tubuh lemahku dan menata kedua kakiku ke bawah. Derit kursi roda datang mendekat, aku melempar pandangan. Pak Artha dengan kursi rodanya yang didorong supir, menuju kemari. “Sudah sadar, Ufi?” Tanyanya. Aku mengangguk.Ruly duduk di sampingku pada sofa panjang ini. Lelah hayati rasanya, aku menyandarkan kepala y
last updateLast Updated : 2023-08-21
Read more

Kejadian Malam itu

Miskin itu Memalukan 60Kejadian malam itu(Seperti yang diceritakan mama padaku)Om Arif datang ke toko mama dalam keadaan mabok berat malam itu sekitar pukul dua belas an. Mama bercerita, dia memang sudah jarang tidur nyenyak minggu-minggu terakhir itu karena stres. Mama merasa begitu ketakutan hingga badannya sering gemetaran sendiri seperti menggigil. Semua itu gara-gara Om Arif yang menerornya. “Fatma! Fatma!” Dengan sempoyongan dan berantakan Om Arif membuka pintu kamar dan berteriak memanggil manggil mama. Meski takut setengah mati, mama berusaha tenang. Mama hanya melirik dan berpura-pura sibuk dengan ponselnya. “Fatma!”Sekonyong-konyong Om Arif merebut ponsel mama dan membantingnya kuat hingga hancur berkeping-keping. Mamaku kaget dong, dia langsung bereaksi dengan mendorong kuat tubuh Om Arif menjauh darinya. Mama segera berjongkok dan mengambil kepingan ponselnya yang berserakan di lantai. Mama sangat marah, karena itu adalah ponsel baru. Aku tahu, karena mama bercerita
last updateLast Updated : 2023-08-22
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status