Home / Romansa / Obsesi Sang Pewaris / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Obsesi Sang Pewaris: Chapter 31 - Chapter 40

97 Chapters

Bab 30

Diraja kembali ke kantor sore hari. Setelah banyak hal yang terjadi di siang hari tadi bersama Ambar, ditambah dengan pertemuan singkatnya dengan Michelle membuat Diraja terpekur dan tak bisa berkonsentrasi selama bekerja. Apa yang Tito sampaikan hanya masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan. Memang sepertinya tak ada yang dapat dia lakukan untuk menebus kesalahannya kepada Michelle. Diraja telah mencoba untuk meminta maaf, namun dia pun sadar jika kesalahannya sudah begitu besar. Mungkin menjaga jarak dengan Michelle adalah pilihan terbaik bagi mereka bertiga. Untuk Michelle agar perempuan itu bisa menyembuhkan lukanya. Untuk Diraja agar dia tidak melakukan kesalahan lagi, dan juga untuk kebaikan Ambar–yang ikut terseret dalam intrik masalah ini. Tak patut rasanya Ambar bersinggungan dengan perempuan dari masa lalunya. Dia kembali mengingat ucapan menohok ayahnya tempo hari saat mereka meeting. Diraja harus menyelesaikan masalahnya dengan Michelle dan menatap masa depan bersa
Read more

Bab 31

AMBAR Dalam beberapa hari terakhir ini, Ambar benar-benar disibukkan dengan persiapan pertunangan. Ibu, Mbak Amira dan Tante Angela membantunya sedemikian rupa sehingga banyak hal bisa diselesaikan lebih cepat. Ditambah lagi dengan bantuan Yvonne yang mengepalai langsung proyek pertunangan dan persiapan pernikahan Ambar sehingga semua berjalan begitu smooth tanpa ada kepala pening berlarut-larut. Ambar juga sudah beberapa kali bertemu dengan calon mertuanya, Tante Larasati dan juga kakak Diraja, Rengganis. Mereka bertemu untuk mengecek persiapan dan juga berulang kali mencoba mengajak Ambar untuk mampir ke rumah mereka kembali untuk makan malam. Namun Ambar harus menolaknya karena dia juga masih disibukkan dengan kuliahnya dan berbagai macam materi yang harus dibaca dan dipelajari di malam hari. Mengambil waktu istirahatnya karena sudah seharian terpakai pergi ke kampus dan lalu mengurus persiapan pertunangan dan pernikahan. Secara keseluruhan, semuanya berjalan dengan lancar
Read more

Bab 32

Ambar mengepalkan tangannya dengan erat. Bingung bagaimana dia harus menanggapi ucapan Akito. Si senior yang secara ugal-ugalan masuk dalam kehidupan kampusnya. “Kita bahkan nggak saling mengenal. Gimana bisa kamu ngomong seperti itu?” tanya Ambar dengan jujur. Rasanya aneh jika Akito yang baru bertegur sapa satu kali dengannya bisa-bisanya merasakan ‘patah hati’ setelah pengumuman Ambar kalau dia akan menikah. Itu merupakan sesuatu yang absurd dan tak dapat dimengerti oleh Ambar. Akito terdiam sejenak saat ditanya seperti itu olehnya. Tak lama dia mengedikkan bahunya. Cowok itu melangkah mendekati dirinya dan tersenyum masam. “Ini rasanya tuh seperti layu sebelum berkembang,” ucap Akito gamblang. Dia menggaruk kepalanya sebelum akhirnya menghela nafasnya. “Well, bukan maksudku kepo, tapi… kamu kan masih muda banget? Kenapa buru-buru mau menikah?” tanya Akito penasaran. Cowok mencoba mengunci tatapannya kepada Ambar seraya menunggu komentar balasan darinya. Ini bukan urusan Akit
Read more

Bab 33

DIRAJA “Oh, shoot,” ujar Diraja pelan di dalam mobilnya menuju perjalanan project site Sudibyo Corporation. Beberapa kali dia memijat bahunya seraya meringis menahan sakit. Badannya terasa ngilu di beberapa tempat karena hasil latihan spontan aikido di dojo baru yang tak sengaja dia temui saat pulang kerja kemarin. Berangkat dari keisengannya malam itu, Diraja memutuskan untuk gabung saat itu juga setelah Akito–instruktur muda yang menemuinya memberikan room tour dan juga menjelaskan secara singkat apa saja bela diri yang mereka provide di dojo tersebut. Diraja juga bertemu sang pemilik Omega Dojo yang bernama Saga. Pria seumurannya yang ternyata sedang getol bermanuver ke beberapa venture capitalist untuk pitching fitness center dan dojo miliknya agar bisa ekspansi ke wilayah kota besar lainnya. Dia merasakan kecocokan dengan kedua laki-laki yang menyambutnya di dojo terpencil yang terletak di sebuah kompleks perumahan hingga akhirnya memutuskan hari itu juga akan ikut latihan
Read more

Bab 34

Diraja tiba dan langsung bergegas menuju ruang VVIP sebuah restoran privat terkenal bernama Pawon Agni Restaurant di bilangan Jakarta Selatan. Restoran ini memang terkenal sebagai basecamp petinggi partai yang saat ini diketuai oleh Tedjo Sutikno, Partai Pembaruan Nusantara. Parkir mobil sudah penuh dan beberapa wartawan sudah bersiaga dengan kamera dan mic mereka di kawasan pintu depan restoran tersebut. Diraja memijat keningnya melihat suasana riuh di depan. Malas sekali jika wajahnya tersorot kamera dan beberapa jam kemudian muncul berita tentang dirinya dan spekulasi liar bertebaran setelahnya. Dalam perjalanan tadi ayahnya telah menelepon dirinya dan memintanya untuk segera tiba karena sudah banyak yang telah datang. “Tito, tetap di sampingku. Aku perlu dirimu untuk recall hasil agenda hari ini. Aku sedang nggak bersemangat kalau bicara tentang politik seperti ini,” ujar Diraja di dalam mobil sesaat sebelum mereka turun dan masuk ke dalam lobi restoran. “Baik, Pak.” Tito
Read more

Bab 35

AMBAR Di tengah perjalanan, Ambar memutar arah dan mengurungkan niatnya untuk pergi ke Plaza Indonesia. Dia baru sadar kalau apartemen Diraja menyambung dengan pusat perbelanjaan mewah itu. Bisa gawat kalau dia bertandang ke kandang musuh. Makanya Ambar putar arah mencari sebuah coffee shop searah perjalanan pulangnya. Ketika tiba, dia mengirimkan lokasinya ke ponsel Diraja dan mengatakan kalau dia telah tiba di coffee shop kecil bernama Morning Mist dan menunggunya di sini. Jika ingin bertemu, bisa datang ke sini, jika tidak mau lupakan saja. Begitu isi pesannya kepada Diraja yang tentu saja hanya dibaca tanpa ada balasan. Ambar yakin Diraja misuh-misuh di dalam mobil, tapi dia tak peduli. Ambar paling tak suka diberikan ultimatum seperti itu. Makanya dia bertindak sedikit menjengkelkan. Anyway… dalam pemikirannya pun, salah Diraja sendiri yang tiba-tiba ingin menemuinya tanpa ada janji sebelumnya. Setelah memarkir mobilnya, Ambar membawa tote bag yang berisi laptop dan buku
Read more

Bab 36

“Apa akun medsosmu?” Pertanyaan Diraja adalah satu hal yang tak bisa Ambar prediksi. “Hah?” Ambar mengerjapkan matanya. Mencoba meresapi dan mengerti apa maksud ucapan pria yang duduk di hadapannya. “Buat apa?” tanya Ambar kebingungan. “Aplikasi apa yang harus aku download untuk melihatnya? Instagram, ya?” Diraja kembali bertanya. Pria itu kemudian menarik ponselnya dari saku celana dan mengotak-atik aplikasi sosial media populer untuk diunduh. “Tu–tunggu dulu! Kok tiba-tiba nanyain itu sih?” Ambar menggelengkan kepalanya, tangan kanannya terangkat sebagai isyarat agar Diraja memberikan waktu untuknya mengerti arah pembicaraan absurd
Read more

Bab 37

DIRAJAUcapan yang baru saja dia katakan merupakan kejujuran yang langsung terucap dari lubuk hatinya secara spontan. Tak hanya Ambar yang kaget mendengar penuturan, jujur–Diraja pun demikian. “Kamu kenapa sih hari ini?” tanya Ambar dengan suara berbisik. Ya, Diraja juga menanyakan hal yang sama kepada dirinya sendiri. Dia merasa sisi lain dalam dirinya tiba-tiba muncul jika dia berinteraksi dan berhadapan dengan Ambar. Suasana temaram di bagian luar kedai kopi ini rasanya mendorong Diraja untuk bersikap semakin intim dengan Ambar. Entah apa yang terjadi namun dorongan tersebut semakin kuat hingga dia tak bisa menahannya, dan akhirnya merutuk frustasi. “Ah, sial!” ucapnya sebelum menangkup wajah Ambar dan mengincar bibirnya. Ambar terkesiap dan Diraja mengambil kesempatan tersebut untuk memperdalam ciuman mereka. Tangannya menyusuri tubuh Ambar yang terasa pas berada di dalam pelukannya, dia terhanyut dalam kegilaan sesaat ini dan tak menyadari waktu yang bergulir. Diraja memund
Read more

Bab 38

Berani dan… menggoda. Dua kata yang tiba-tiba terlintas dalam benak Diraja saat mendengar bantahan santai yang diungkapkan oleh Ambar. Ambar berani menantangnya dengan cara yang menggoda. Jiwanya semakin tertantang dan Diraja semakin bersemangat mematahkan ucapan Ambar, lalu membuktikan kalau dia tak akan terpengaruh oleh pesona calon istrinya. Diraja tertawa mendengar bantahan Ambar. “Apa itu tantangan untukku?” tanya Diraja dengan suara lepas tanpa beban. Ambar menggelengkan kepalanya seraya menjawab, “Bukan, tapi itu peringatan.” Dan jawaban penuh percaya diri Ambar sontak membuatnya bergairah. Diraja tak tahu apakah harus mencium gadis itu atau memeluknya karena di matanya sikap dan ucapannya begitu menggemaskan. Perubahan perasaan drastis ini membuat Diraja turut bingung atas dirinya sendiri. Namun, untuk kali ini dia akan ikuti keinginan impulsifnya dan menyingkirkan jauh-jauh rasionalitasnya. “Aku suka tantangan,” ujarnya sambil menyeringai lebar. Ambar awalnya
Read more

Bab 39

AMBAR“Ukuran dan siluetnya sudah pas ya, terlihat cantik sekali di tubuh Kak Ambar,” ujar Devinta, designer kebaya modern yang akan Ambar gunakan untuk prosesi pertunangannya minggu depan. Matanya berbinar melihat hasil karyanya melekat indah di tubuh Ambar. Dirinya pun tersipu ketika melihat pantulan seluruh tubuhnya di depan cermin besar di ruang fitting yang dipenuhi cahaya terang benderang. Kebayanya berwarna merah muda mendekati warna peach yang terlihat begitu elegan namun terpancar aura mahalnya. Kebaya tersebut berhasil mengkomplimenter warna kulitnya dan membuatnya terlihat begitu eksotis dan bercahaya.&n
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status