Semua Bab Obsesi Sang Pewaris: Bab 11 - Bab 20

97 Bab

Bab 10

Setelah ditinggal Michelle, ada perasaan kosong yang membuatnya merasa begitu gamang. Diraja menghela napasnya. Menelan kepahitan yang berasal dari rencana pernikahan bisnis yang akan dia lakukan bersama Ambar.  Suara klakson mobil di belakang mereka akhirnya membuat Diraja tersadar dan meminta sang supir untuk kembali ke kantor. Diraja mencoba menghubungi Michelle untuk memastikan kalau dia baik-baik saja selepas pembicaraan mereka di dalam mobil tadi. Tapi sepertinya Michelle memblokir nomornya sehingga dia tak bisa menghubunginya.  Saat membuka ponselnya, Diraja baru menyadari kalau dia tadi mendapatkan pesan singkat dari Ambar ketika dia bertengkar dengan Michelle. [Saya sudah bicara dengan keluarga besar saya, mereka nggak percaya kalau saya mempertimbangkan usul ini. Jika keluarga saya menolak
Baca selengkapnya

Bab 11

AMBAR   “Kenapa kamu mempertimbangkan untuk menikah sama Diraja? Memang dia bicara apa saja sama kamu?” desak Mbak Amira dengan kekhawatiran yang tak dapat ditutupi.  Ambar dilema, apakah dia perlu menceritakan semua yang dikatakan Diraja kepadanya, tentang masalah bisnis yang kemudian bisa saja membahayakan keluarganya karena kompetitor mereka yang jika didengar dari sudut pandang Diraja terdengar begitu gila.  “Hmm… dia bilang ini demi kelangsungan perusahaan Mas Darius dan juga perusahaannya. Lebih baik konsolidasi dan menjadi lebih kuat,” ujar Ambar akhirnya.  Kakaknya mengernyitkan dahinya, masih tak percaya dengan jawaban Ambar yang terdengar begitu generik.  “Tante
Baca selengkapnya

Bab 12

Mereka semua menatap Ambar keheranan.“Kok tiba-tiba begini?” Ibu bertanya dengan kekhawatiran yang tak dapat ditutupi.Ibu dan bapak menoleh ke arahnya. Menunggu jawaban atau penjelasan yang dapat diberikan kepadanya mengenai masalah yang membuat heboh keluarga mereka ini.“Aku juga bingung, Bu,” ujar Mas Darius yang memiliki sentimen yang sama dengan sang ibu.Ambar berkelit dan mengedikkan bahunya.“Aku rasa ini bukan hal yang buruk, Bu. Tante Angela juga memiliki pendapat yang sama,” ujarnya mencoba meyakinkan kedua orangtuanya.“Tapi kamu bukan tipe impulsif seperti ini, Ibu tahu itu,” balas ibunya keras kepala. Dia pasti tahu a
Baca selengkapnya

Bab 13

DIRAJA Saat Diraja sampai di rumah keluarganya yang terletak di daerah Dharmawangsa. Melihat halaman rumahnya telah terparkir mobil milik Mbak Rengganis dan suaminya serta mobil ayah pun sudah rapi berjajar di carport ketika dia turun dari mobil. Setelah mengucapkan terima kasih kepada supirnya, Diraja membawa tas kerjanya dan berjalan menuju rumah. Suasana malam ini memang cukup formal ketika dia memasuki foyer menuju ruang keluarganya. Vas-vas yang berisi bunga segar semakin banyak berjejer di setiap langkah dia berjalan. Sepertinya ibunya begitu serius untuk acara makan malam keluarga hari ini. 
Baca selengkapnya

Bab 14

Diraja menuruti kakaknya dan duduk di sofa samping Rengganis. “Adik iparnya Darius Danudihardjo,” celetuk Diraja singkat. Rengganis memperhatikannya dengan saksama sebelum pandangan mereka beradu. “Perjodohan?” tanya Rengganis. Mencoba memastikan apa motif dibalik pernikahan yang tiba-tiba ini. “Kamu nggak tiba-tiba menghamili anak orang, kan?” tuduh sang kakak yang membuat Diraja jengkel. “Hey! Kamu menganggap aku sebrengsek apa sih, Mbak? Sampai-sampai menuduhku seperti itu!” Diraja bersungut kesal. Rengganis tertawa lebar seraya mengedikkan bahunya. “Who knows! Biasanya anak yang paling kalem yang justru suka buat pusing keluarga,” tutur Rengganis dengan iseng. Diraja memutar kedua bola matanya. “Tuduhan yang salah alamat. Mungkin Bian yang lebih cocok image-nya dengan prasangkamu itu, Mbak.” Diraja tiba-tiba mengungkit nama sepupu mereka yang sontak membuat Rengganis mengernyitkan dahinya. “Ini ada kaitannya sama Bian ya? Kok tumben kamu sensitif sekali sama dia
Baca selengkapnya

Bab 15

AMBARAmbar mengernyitkan dahinya ketika dia keluar dari mobil yang diberikan Mas Darius untuknya, mobil Lexus berwarna hitam yang baru saja rilis di Indonesia. Parkiran kampus hari ini terlihat begitu ramai, dan ketika Ambar menekan tombol lock, beberapa mahasiswa menoleh penasaran ke arahnya. “Ada apa sih?” Ambar berujar pelan sambil menggelengkan kepalanya, bingung. Dia menyampirkan tote bag Dior yang lagi-lagi dihadiahkan oleh kakaknya itu saat Darius melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri dan berjalan menuju gedung fakultasnya. Sepanjang perjalanan singkatnya, tak kurang lebih dari selusin orang menatapnya sambil berbisik-bisik. Hal tersebut membuat
Baca selengkapnya

Bab 16

“Tapi saya nggak tertarik sama kamu,” balas Ambar begitu dingin. Sebenarnya Ambar masih lapar, tapi kenikmatannya saat makan terganggu karena cowok yang ada di hadapannya. Kini dia menjadi tak berselera makan. Akhirnya, dia mendorong piring mie tek-tek yang telah dia lahap setengahnya dan membilas sisa rasanya dengan air putih mineral di hadapannya. “Itu wajar, karena kamu belum mengenalku lebih dekat, bukan?” balas Akito sambil tersenyum lebar. Ambar kemudian mengambil tas mahal pemberian Mas Darius dan berniat untuk beranjak dari kursi ini. Sebenarnya kelas selanjutnya akan dimulai sekitar pukul dua siang. Tapi, mana mungkin dia menghabiskan 90 menit berikutnya di dalam kantin yang sudah mulai dengan orang-orang yang melirik penasaran ke arahnya. 
Baca selengkapnya

Bab 17

Ambar membalas dengan mendorongnya balik. Dengan kekuatan penuh, sayangnya. Dan itu mengakibatkan lawan Ambar terjerembab jatuh ke belakang. Oops! Tiga orang temannya berteriak kaget melihat kejadian barusan. “Renata, are you okay? Oh my God!” Salah satu temannya berteriak histeris. Ketua geng itu bernama Renata rupanya. “Hey!” Renata berteriak kencang sampai memekikkan telinga. Ambar pun ikut kaget mendengarnya. Suaranya nyaring sekali! Beberapa pengunjung menatap penasaran ke arah mereka. Mungkin karena ruangan ini kelewat sepi, tak ada petugas perpustakaan yang menunggu saat ini. “Saya nggak tahu ya kalian siapa, dan saya juga nggak mau berurusan dengan kalian.” “Ngomong aja nggak jelas dari tadi. Kalian mau menyampaikan apa sih? Datang-datang bikin keributan, dorong-dorong dan giliran dibalas malah teriak paling kencang!” balas Ambar tak kalah kencang. Tumpukan emosinya dari pagi kini pecah juga karena tersulut amarah oleh perundungan klise ini. Kini mereka benar-benar men
Baca selengkapnya

Bab 18

DIRAJA   Diraja tersedak ketika Ambar dengan entengnya berbicara seperti demikian kepada Reinhard. Dia tak tahu apakah harus tertawa takjub atau mengomel karena sikap passive aggressive Ambar tentang ‘partner’ yang biasa dibawa ke restoran ini.  Memang benar dia suka membawa Michelle untuk fine dining di Blanchette French Restaurant ini. Sebuah kelalaian dari Diraja, dan kini dia merasa bodoh dengan keputusan spontannya tersebut.   Makanya untuk menutupi keterkejutannya–dan kebodohannya, Diraja bertanya dengan tajam kepada Ambar. 
Baca selengkapnya

Bab 19

“Tapi tunggu dulu…” Ambar menggelengkan kepalanya sejenak. “Rasanya jika pernikahan ini kuserahkan kepadamu, akan tidak adil untukku. Kan Mas Diraja yang mendapat keuntungan dari pernikahan kita, jadi memang seharusnya pernikahan ini dibuat sesuai keinginanku, sebagai hadiah penghiburan untukku. Aku harus meralat ucapanku tadi,” ujar Ambar menegasikan narasinya sendiri. Diraja mengernyitkan dahinya. Mencoba mengikuti ke mana arah pikiran calon tunangannya ini. “Ya sudah, kamu janji ya Mas Diraja, apapun konsep yang kuinginkan, kamu tetap harus mendukungnya!” Ambar menagih janjinya. Diraja membuka mulutnya untuk menolak mentah-mentah permintaan Ambar yang cenderung penuh pemaksaan. Seperti membeli kucing dalam karung. Sulit baginya untuk menyetujui perjanjian ini tanpa dia tahu apa saja persyaratan yang ada dibaliknya. “Tapi–” Diraja ingin membantahnya, namun dia terdiam sejenak. Tidak bisa! Dia perlu sikap kooperatif Ambar dalam rencana pernikahan mereka. Jika belum apa-apa d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status