“Tapi tunggu dulu…” Ambar menggelengkan kepalanya sejenak. “Rasanya jika pernikahan ini kuserahkan kepadamu, akan tidak adil untukku. Kan Mas Diraja yang mendapat keuntungan dari pernikahan kita, jadi memang seharusnya pernikahan ini dibuat sesuai keinginanku, sebagai hadiah penghiburan untukku. Aku harus meralat ucapanku tadi,” ujar Ambar menegasikan narasinya sendiri. Diraja mengernyitkan dahinya. Mencoba mengikuti ke mana arah pikiran calon tunangannya ini. “Ya sudah, kamu janji ya Mas Diraja, apapun konsep yang kuinginkan, kamu tetap harus mendukungnya!” Ambar menagih janjinya. Diraja membuka mulutnya untuk menolak mentah-mentah permintaan Ambar yang cenderung penuh pemaksaan. Seperti membeli kucing dalam karung. Sulit baginya untuk menyetujui perjanjian ini tanpa dia tahu apa saja persyaratan yang ada dibaliknya. “Tapi–” Diraja ingin membantahnya, namun dia terdiam sejenak. Tidak bisa! Dia perlu sikap kooperatif Ambar dalam rencana pernikahan mereka. Jika belum apa-apa d
Baca selengkapnya