Home / Romansa / Dosen Kampret itu, Suamiku!! / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Dosen Kampret itu, Suamiku!!: Chapter 101 - Chapter 110

328 Chapters

[101] Nah, Kalau ini, Nggak Apa-Apa!

“Saya nggak tahu, Mas. Tadi masih baik-baik aja loh padahal.”Brak!!Kamarudin terlonjak saat pintu ruang kejarnya dibuka secara kasar.“Babe,” panggilnya, penuh perasaan.“Ikutin dong! Aku kan lagi emosi! Kamu kok nggak ada khawatir-khawatirnya sih, Din! Kalau aku lompat dari rooftop gimana?”“Astaga, Babe. Ngomong apa kamu!”Kamarudin semakin dibuat kebingungan. Sebenarnya apa yang membuat istrinya semarah ini. Jika karena ngidam, Anya pasti akan mengatakan kepadanya secara gamblang.“Kejar!!” Anya membanting pintu.“Ya Tuhan! Apa sudah dimulai masa ngidamnya istri saya?” Monolog Kamarudin lalu mengikuti perginya sang istri. Tak lupa Kamarudin meninggalkan pesan agar Surti menjaga anak-anaknya.Pasangan muda itu sama-sama terjebak oleh prasangka mereka. Keduanya memikirkan hal yang sama, tapi tak terkomunikasikan dengan baik. Kama
last updateLast Updated : 2023-09-09
Read more

[102] Kok Tambah Kenceng Nangisnya?!

“Sea, sstt!” Anya berdesis dengan jari telunjuk yang dirinya letakkan didepan bibirnya. Wanita itu meminta sang putri agar tidak mengganggu tidur papanya. Setelah sampai di rumah, Kamarudin meminta waktu untuk beristirahat. Laki-laki itu terlelap, tak berselang lama usai tubuhnya mendarat pada empuknya ranjang. “Papa biar bobok. Kasihan Papa, lagi sakit,” ucap ibu dua anak itu lalu mengangkat tubuh sang putri dari atas ranjang. Anya meletakkan Kamasea disamping Josephin. “Listen! Sampe nanti sore, kalian mainnya sama Mama dulu ya..” “Dak au ah!” beo Kamasea. Tatapannya tertuju pada sang papa. “Ceya au again Papa ja.” Betapa trenyuhnya hati Anya mendengar Kamasea ingin menjaga Kamarudin. Anak itu pasti sedih melihat kondisi papanya yang lemah. Laki-laki yang biasanya kuat menjaga dirinya dan sang kakak, kini tergeletak tak berdaya dengan matanya yang terpejam. Kamarudin benar-benar tepar karena tak mampu mengkonsumsi apa pun ke dalam lambungnya. Sungguh malang, tapi Anya juga ta
last updateLast Updated : 2023-09-10
Read more

[103] Terasa Hidup Kembali

“Napa utan Ceya ang dieyuk, Papa!” Kamasea menjerit, memprotes sang papa karena bukan dirinya yang papanya peluk. Gadis cilik Kamarudin itu menangis kencang, membuat Josephin ikut terbangun dari tidurnya. Kakak Kamasea itu berdiam di atas ranjang, melihat punggung sang adik yang naik-turun membelakangi dirinya. “Huwaa! Dak yeh yuk Mama! Ceya ja, Papa!” Air mata Anya berhenti mengalir. Adegan termehek-meheknya harus berakhir oleh sabotase si bintang cilik. Tak bisa dipungkiri jika Kamasea lebih jago memerankan tokoh protagonis yang teraniaya dibandingkan dirinya. Para ibu tiri jika anak sambungnya Kamasea, mereka pasti akan habis dibakar warga. Bagaimana tidak, anak itu pandai menjadikan dirinya korban. Padahal tidak diapa-apakan. “Stop! Diem! Jangan nangis lagi. Kan udah Mama lepas!” tutur Anya sembari menurunkan kedua tangannya. “Kuat nggak Pah gendong Sea?! Kalau nggak, Mama bantuin.” Kamarudin menyanggupi. Putrinya belum tentu mau digendong oleh sang istri. Daripada menambah
last updateLast Updated : 2023-09-10
Read more

[104] Josephin Si Anak Jompo

Satu hari, dua hari, bahkan sampai satu minggu— Kondisi Kamarudin tak kunjung membaik. Pria itu kehilangan berat badannya karena porsi makannya yang berkurang drastis. Meski dokter sudah meresepkan obat mual untuk Kamarudin, nyatanya obat tersebut tidak banyak membantu.Alhasil, Kamarudin sempat dilarikan ke rumah sakit meski hanya setengah hari. Papa si kembar itu meminta pulang setengah menghabiskan setengah kantung cairan infus.Sejak hari dimana Kamarudin pulang bersama Anya, pria itu mendapatkan cuti terhormat. Sampai keadaannya memungkinkan untuk bekerja, seluruh pekerjaan akan ditangani oleh papa Anya dan Wakil Direktur yang merupakan anggota keluarga Handoyo. Hak istimewa tersebut diberikan agar Anya tidak kerepotan, mengingat kedua cucu Tanu tidak dapat berjauhan dari sang papa.Tak hanya sampai disan
last updateLast Updated : 2023-09-11
Read more

[105] Shooting Ikan Terbang

“Abang, mau beli ini nggak?”Anya menggeser layar gadgetnya, “bagus ya mobilnya. Bisa jalan loh. Abang punya-nya yang pake remot kan? Gimana kalau kita beli ini?”“Hayus?”Ya Tuhan! Demi papanya yang memang sangatlah pintar hingga bisa menjadi seorang dosen, Josephin mengapa mengkhawatirkan sekali.Anya dan Kamarudin sengaja menempatkan keduanya di ruangan yang terpisah, berdalih jika mereka sedang mengadakan sebuah permainan. Permainan tersebut bernama, ‘siapa yang bisa menunggu papa mama datang,’ yang sejatinya merupakan taktik belaka.Perbedaan jawaban terlihat jelas antara Kamasea dan Josephin. Putrinya berseru mau dengan sangat lantang, sedangkan respon tak terduga justru muncul dari bibir seorang anak piyik yang hari kelahirannya, jatuh pada tanggal serta tahun yang sama.“Nggak harus sih, tapi emangnya Abang nggak pengen?”“Tan Papa yak obiyl ang enelan.”‘Anak gue pinter banget deh ah,” sedetik kemudian Anya berubah pikiran. Perempuan itu mengumpat keras dalam hatinya. Bukan s
last updateLast Updated : 2023-09-11
Read more

[106] JEDDEEERRR!!

“Ingus aku, Pah” “Ceya uga, Papa.” “Sabar, satu-satu ya..” Ujar Kamarudin. Pria itu dengan telaten membersihkan cairan hidung anak dan istrinya. “Sekarang jelasin ke Ibu, kenapa kok pada nangis begini?” tanya Miranti. Dari menantu dan keduanya cucunya, Josephin-lah yang pertama kali bisa dirinya tenangkan. Anak itu berkata jika dirinya menangis atas suruhan sang papa. “Nggak ada apa-apa, Bu. Mantu Ibu cuman lagi kebanyakan pikiran aneh,” lalu mengalirlah serangkaian pikiran negatif Anya pada putra mereka. Miranti pun berdecak. Yah, ia paham. Menantunya masih terlalu muda untuk menjadi seorang ibu. Jadi wajar jika perempuan itu berpikir yang macam-macam. Kalau saja kesehatan mental populer di zaman dulu, ia mungkin akan seperti Anya. “Mantunya Ibu yang paling cantik…” “Antik ana ma Ceya, Enek?” potong Kamasea. Sepertinya gadis cilik itu terobsesi untuk menjadi yang tercantik. Kamasea selalu memotong kalimat yang mengandung kata cantik di dalamnya. “Cantik semuanya.. Sea cucu Nen
last updateLast Updated : 2023-09-12
Read more

[107] "Hah?! Din?!

Melihatnya terlebih dulu— begitulah perintah Anya selanjutnya. Tanpa dilihat pun, Kamarudin tahu nasi goreng tersebut belum buka. Pedagangnya saja mungkin masih berleha-leha setelah seharian mempersiapkan dagangannya. Tak ingin membuat sang istri bersedih, terlebih dalam keadaan saat hamil, Kamarudin pun menurutinya. Sebelum itu Kamarudin menyarankan untuk mereka membeli aneka camilan. Tenaganya hampir menemui limit dan untuk pertama kalinya ia maka tanpa diminta Anya setelah menderita gejala morning sickness. “Kamu beneran cuman mau makan nasi goreng yang itu, Babe?” “Yaps! Ekspresiku kurang meyakinkan ya?” Ekspresi seperti apa pun, tidak akan pernah menyakinkan Kamarudin. Ketika hamil Anya akan menginginkan sesuatu seperti wanita itu benar-benar menginginkannya. Namun situasi tersebut bisa berubah secepat seseorang membalikkan telapak tangan. Keinginan ibu hamil tidak akan mudah dipahami. Untuk itulah para
last updateLast Updated : 2023-09-13
Read more

[108] Berat ini, Berat!

“Sea, jangan gitu dong. Mama pengen sayang-sayangan sama Papa,” rengek Anya. Ia kan ingin mengucapkan terima kasih dari lubuk hatinya yang terdalam. Karena dirinya, Kamarudin secara khusus meminta penjual nasi goreng untuk buka sebelum jam jualannya. “Tan dah, Mama. Antian Ceya ong,” balas Kamasea yang tidak mau mengalah. “Ih, ini anak! Nggak bisa banget liat Mamanya seneng deh! Sebentar aja, biarin Papa cuman punya Mama!” “Dak ca!” tegas Kamasea. Kamarudin terkekeh. Ia merangkul keduanya, “bareng-bareng aja.” Ucap Kamarudin, menghentikan perseteruan antar wanita-wanita tercantiknya. “Semua disayang Papa. Abang Jo sini!” Kamarudin melambaikan tangannya, meminta Josephin agar bergabung bersama ketiganya. Josephin pun meletakkan crayon ditangannya. Ia bangkit lalu berjalan pelan menuju papa, mama dan adiknya. “Ceeyah ana?!” tanyanya, menanyakannya harus di sebelah mana dirinya duduk. “Mana aja
last updateLast Updated : 2023-09-13
Read more

[109] Cara Orang Beruang, Memang Beda…

Lukman berjalan keluar dari lift. Laki-laki itu berhenti di depan meja kerja Sinta. Napasnya berhembus pendek, menatap Sinta yang juga tengah menatapnya.“Hah,” desah Lukman, mengusap wajahnya kasar. Ia tidak bisa berbuat apa pun karena atasannya sudah menyetujui pengunduran diri Sinta. Kini yang dapat dirinya lakukan hanyalah mengasihani nasibnya.“Ada apa, Pak? Ada yang bisa saya bantu.”“Ke ruangan saya ya, Sin. Bawa berkas pengunduran diri kamu. Biar saya proses ke bagian personalia.”Sinta bangkit, “Pak Lukman beneran?” tanya-nya sampai menggebrak meja. Ia tidak percaya jika pengunduran dirinya akan secepat ini diproses. Ia bahkan belum menghadap atasannya secara langsung.“Bapak sudah ACC. Nanti setelah makan siang beliau ke kantor. Kamu ke ruangan saya aja dulu, sekalian bawa laptop kamu. Ada beberapa urusan kantor yang harus kamu selesaikan.”“Baik, Pak.&rdquo
last updateLast Updated : 2023-09-14
Read more

[110] Brutalnya Jalan Pikiran Bumil…

“Sin, jangan lupa kata-kata saya!”Kamarudin menatap istrinya. Entah apa yang wanita itu katakan. Melihat piasnya wajah Sinta, istrinya pasti merencanakan hal-hal di luar akal sehat.“Mah, ayo! Keburu macet jalanan.”“Iya, iya! Nggak sabaran banget sih, Pah. Orang tinggal pulang aja.”Anya melipat ketiga jari-jari tangan, menyisakan kelingking dan ibu jarinya, lalu menempelkannya pada lubang telinga. Ia meminta Sinta untuk menghubunginya terkait rencana mereka.“Mah, pintu liftnya mau nutup!”“Ya Ampun, Papa!” decak Anya. Perempuan itu menghentakkan kakinya.Kamarudin benar-benar menyebalkan. Tidakkah pria itu melihat ia sedikit memiliki urusan. Para pria sungguh tidak mengerti perasaan wanita.“Kamu sama Ibu, ngobrolin apa Sin?” tanya Lukman. Ia juga penasaran dengan apa yang istri atasannya bahas dengan Sinta.“Anu, Pak. Jangan bilan
last updateLast Updated : 2023-09-14
Read more
PREV
1
...
910111213
...
33
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status