Home / Romansa / My Bad Doctor / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of My Bad Doctor: Chapter 101 - Chapter 110

144 Chapters

101. Masa Lalu

"Harder," desis Vanessa dengan pelan. "As you wish, Darling." Tanpa perlu diminta dua kali, Jovi mempercepat gerakannya. Dia tahu Vanessa sudah dekat, tapi dirinya masih agak lama. Karena itu pula sang dokter ingin mempercepat gerakan, karena ingin merasakan kenikmatan bersama dengan sang istri. Sayangnya, hal itu tidak terjadi. Vanessa sudah gemetar karena kenikmatan, tapi dirinya masih menginkan lebih. Alhasil, Jovi hanya memberikan waktu istrirahat sebentar saja untuk Vanessa. Mereka terus dan terus mengulang, sampai sang keduanya merasa sangat puas. "Apa kau ingin membunuhku?" tanya Vanessa dengan ekspresi sendu akibat kelelahan. "Sama sekali tidak." Jovi yang masih terlihat cukup segar, dengan cepat beralih memeluk sang istri dengan erat. "Aku hanya ingin memberimu kenikmatan saja." "Tapi dari siang sampai malam?" Tentu saja Vanessa akan mendelik. "Aku bahkan baru saja makan beberapa jam yang lalu. Makan pertamaku hari ini, jadi kalau maagku kambuh, itu semua salahmu.
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

102. Pemberian Tuhan

"Dasar perempuan mandul." Cindy yang masih sangat muda itu, nyaris terjungkal karena tamparan yang dia terima sangatlah keras. Tapi dibandingkan rasa sakit, dia lebih merasa malu karena itu dilakukan di depan orang lain. Lebih tepatnya, di depan selingkuhan sang suami. "Tapi dokter bilang aku tidak mandul, Ma." Cindy berusaha menahan isak tangis. Tidak ingin terlihat lemah di depan gundik sang suami. Atau mungkin sudah bisa disebut sebagai calon mantan suami? Lagi pula, berkas perceraian baru saja Cindy tanda tangani dalam keadaan dipaksa. Itu artinya mereka akan segera bercerai bukan? "Jadi sekarang kau menuduh anakku yang mandul?" hardik perempuan paruh baya yang tadi menampar. "Buktinya pacar anakku bisa hamil, sementara kau tidak." "Setidaknya biarkan suamiku pergi memeriksakan diri ke dokter lebih dahulu. Dengan begitu, kita akan tahu apakah itu sungguh anak ...." "Perempuan kurang ajar." Cindy kembali mendapat tamparan, kali ini dari pacar sang suami. "Sudah mandul,
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

103. Melayani

"Mau apa lagi kau?" Ben melotot ketika dia bertemu dengan Jovi di tempat parkir apartemen pacarnya. Atau mungkin sudah menjadi mantan pacar. "Tentu saja aku ingin menjemput istriku. Aku tidak ingin dia tinggal di tempat orang yang sudah menghinanya," jawab Jovi dengan santainya. "Kak Ben sendiri? Masih mau tinggal di rumah pacarnya?" "Aku datang ke sini untuk menjemput Vanessa," tegas Ben, sembari berdehem pelan untuk membersihkan tenggorokannya. "Aku akan mengatur dia untuk tinggal di tempat lain saja." "Tempat teraman untuk Vanessa, hanya ada di sisiku," balas Jovi setelah melangkah masuk ke dalam lift. "Setidaknya, tidak akan ada yang menganggapnya selingkuhanmu." "Tapi kau sendiri punya banyak selingkuhan bukan?" tanya Ben dengan senyum lebar, sembari menatap iparnya itu. "Aku dengar kau masih berinteraksi dengan mantanmu. Tidak takut cinta lama bersemi kembali?" "Aku tidak tahu dari mana Kak Ben mendengar itu, tapi ... itu tidak benar." Jovi membantah, setelah sebelumny
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

104. Kejutan

"Ada gosip apa lagi?" Vanessa bertanya, ketika melihat rekan kerjanya, menatap dirinya dengan tatapan penasaran. Putri yang juga menatap perempuan bertubuh gempal itu, langsung berlari mendekat. Dia membawa Vanessa ke sudut ruangan, agar tidak banyak orang yang mendengar pembicaraan mereka. "Aku tidak tahu apakah Kak Vanessa sudah tahu tentang hal ini, tapi Bu Meghan menyebarkan gosip baru." Putri berbisik, walau sejatinya itu tidak perlu. Semua orang di kantor sudah tahu. "Memangnya dia menyebarkan gosip apa?" tanya Vanessa dengan tenang. "Katanya, pacar.... Maksudnya suami Kak Vanessa itu punya anak di luar nikah dari perempuan lain." Putri masih berbisik. "Bahkan katanya, perempuan itu sudah datang dan memohon pada Kak Vanessa agar kalian tidak menikah." "Oh, yang itu toh." Vanessa mengangguk paham. "Rupanya itu kelakuan Bu Meghan." "Kak Vanessa sudah tahu? Apa itu artinya gosip yang beredar itu benar?" Tentu saja Putri akan bertanya dengan kening berkerut bingung. "
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

105. Pergi

"Kenapa aku tidak pernah tahu tentang omong kosong ini?" tanya Vanessa, ketika dia melihat sang suami masuk ke dalam rumah."Maksudmu apa sih?" Jovi balas bertanya dengan kening berkerut. "Aku tidak mengerti kenapa sejak tadi siang kau terlihat seperti orang yang sedang marah."Pertemuan tadi siang antara pihak kantor Vanessa dan Danapati memang terlihat sukses. Namun, tidak banyak yang menyadari kalau perempuan bertubuh gempal itu terlihat tidak nyaman selama makan siang."Jujur saja, aku tidak marah. Aku hanya kesal karena tadi siang aku jadi terlihat seperti orang bodoh." Tiba-tiba saja Vanessa meledak. "Aku bahkan tidak tahu apa pekerjaan mertuaku sendiri.""Kau tahu kalau dia adalah dokter," jawab Jovi dengan kening berkerut, sembari menuang air dingin dari pitcher ke dalam gelas."Semua orang juga tahu kalau dia adalah dokter, tapi aku tidak tahu kalau dia direktur dan pemilik Hospitalia," cecar Vanessa terlihat makin emosi saja."Papa hanya dire
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

106. Menumpang

"Yakin ini belanjaannya?" Seorang pramuniaga, menatap perempuan yang baru saja menaruh barang belanjanya di atas meja kasir. "Miras dan rokok?""Yakin." "Ini miras dan rokok." Si pramuniaga mengulang. "Tidak mau sekalian kondom?" lanjutnya tentu saja dengan nada mengejek."Sayang sekali, saya belum punya pacar dan ini KTP saya. Saya cukup umur."Pramuniaga tadi menatap tanda pengenal dengan nama Aurora tertera di sana. Dia tidak melihat hal lain lagi, karena pemilik KTP jelas cukup umur. Yah, walau tidak semua orang dengan KTP bisa mengkonsumsi miras dan rokok."Padahal supermarketnya sendiri menjual miras, tapi sok suci banget tanyain kayak begitu." Aurora mengomel ketika dia keluar dari supermarket yang dia kunjungi.Kebetulan saja Aurora tadi sedang suntuk setelah pulang jaga malam dan dia memutuskan singgah ke supermarket yang kebetulan dilewati. Saat itulah dia memutuskan membeli dua barang tadi secara impulsif."Loh, bukankah kau teman kerjanya Jovi?"Aurora menoleh k
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

107. Mengawasi

"Vanessa tidak menghubungi Kak Ben?" Jovi bertanya dengan kedua alis terangkat tinggi. "Sama sekali tidak," jawab sang kakak ipar dengan nada curiga. "Kenapa? Kalian bertengkar lagi?" "Kami memang bertengkar, tapi katanya Vanessa akan menghubungimu. Jadi aku tidak terlalu khawatir, karena kau yakin dia aman dengan Kak Ben," balas Jovi dengan sangat lancar. Jujur saja, apa yang dikatakan Jovi tadi setengahnya adalah kebohongan. Sejak Vanessa pergi, tangannya sudah gatal ingin menelepon Ben. Tapi dia berusaha menahan diri, karena biar bagaimana saat itu sudah cukup malam. Jovi takut akan mengganggu dan membuat istrinya makin marah. Alhasil, baru pagi ini Jovi menghubungi sang ipar dan malah mendapat berita tak menyenangkan. Vanessa sekarang benar-benar dinyatakan menghilang. "Kalau kau membuatnya menangis...." "Dia marah, tapi tidak sedih." Jovi memotong kalimat kakak iparnya. "Hanya ada sedikit salah paham dan itu bukan tentang orang ketiga atau sejenisnya. Jadi mungkin aku
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

108. Penghuni Rumah Kosong

"Aurora." Jovi terburu-buru mengejar rekan kerjanya itu. "Loh? Dokter Jovi? Bukannya hari ini jadwal praktiknya tidak ada ya?" Aurora cukup terkejut dengan kehadiran lelaki itu. "Ya." Jovi mengangguk pelan. "Aku memang sudah mengajukan untuk tidak praktik setiap hari selasa, tapi aku ada perlu denganmu. Terima kasih karena sudah mau membantu Vanessa." Senyum Aurora berangsur menghilang dari wajahnya. Padahal tadi dia berpikir Jovi mencarinya karena sesuatu yang lain, tapi rupanya dia malah membicarakan Vanessa. Jujur saja, itu membuat Aurora muak. "Aku hanya kebetulan bertemu Kak Vanessa." Aurora memaksakan senyum, karena tidak ingin membuat lelaki di depannya kecewa. "Lagi pula, aku sedang sendiri di rumah. Aku butuh teman." "Apa pun alasanmu, terima kasih." Jovi makin tersenyum lebar. "Dan aku mohon kau bisa menjaga Vanessa dengan baik, selama apa pun dia ingin tinggal di sana. Oh, tentu saja aku akan membalas kebaikanmu itu." "Tidak per...." Tadinya Aurora ingin menol
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

109. Kawan Jadi Lawan

[+628xxxxxxxxx: Semuanya sudah selesai. Kau sudah boleh pulang.] Aurora menatap layar ponselnya dengan tatapan datar. Dia sungguh tidak tahu apakah sekarang ini harus senang atau tidak. Seharusnya Aurora sekarang ini merasa senang. Salah satu pesaingnya bisa dikatakan sudah disingkirkan, tapi entah kenapa hatinya merasa tidak senang. Apalagi dia baru saja mengatakan kebohongan pada Vanessa. "Tidak apa-apa, Ra." Aurora mencoba menenangkan dirinya. "Dia tidak akan dicelakai. Perempuan gendut itu hanya akan disadarkan sedikit. Tidak akan ada kekerasan atau tindak kriminal." Dokter muda yang baru selesai KOAS itu, masih menenangkan diri selama beberapa saat, sebelum dia memilih untuk membereskan barang-barang. Tugasnya sudah cukup lama berakhir, tapi tadi dia memang memilih untuk tinggal saja dulu di rumah sakit. Setidaknya, sampai masalah di rumah selesai. "Halo, Kak Jovi." Aurora menyempatkan diri untuk mengangkat telepon, saat dia berjalan keluar dari rumah sakit. "Ra, janj
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

110. Penculikan

"Hei, kalau jalan lihat-lihat dong." Jovi turun dari mobilnya dengan wajah kesal, kemudian pergi melihat bagian mobil yang tadi kena tabrak. "Coba lihat mobilku jadi rusak, padahal aku sedang buru-buru." "Bukankah kau suaminya Vanessa?" Kening Jovi yang sejak tadi sudah berkerut, kini makin berkerut saja mendengar pertanyaan barusan. Dia bahkan langsung bangkit dari posisinya yang sedang melihat bagian mobilnya yang memang terlihat penyok, akibat ditabrak sepeda motor. "Kau." Jovi langsung menunjuk, ketika dia melihat wajah yang tidak begitu asing. "Ardy, temannya Vanessa yang pernah kau pukul." Lelaki yang ditunjuk menjelaskan dengan santainya. "Lalu maaf untuk mobilmu ini. Aku akan membayar nanti, jadi...." "Nanti saja membicarakan itu." Sayangnya, Jovi harus memotong apa pun kalimat yang akan dilontarkan lelaki di depannya. "Sekarang lebih perlu kau menyingkirkan motormu dari hadapan mobilku, agar aku bisa pergi menjemput Van
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more
PREV
1
...
910111213
...
15
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status