Home / Romansa / My Bad Doctor / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of My Bad Doctor: Chapter 91 - Chapter 100

144 Chapters

91. Keputusan yang Salah

“Jovi, Hai.” Langkah yang empunya nama terhenti ketika mendengar sapaan itu. Padahal dia baru saja mencapai lantai basement untuk mengejar Vanessa, tapi malah bertemu dengan orang lain. “Maaf, Manda.” Jovi segera menghindar. “Aku sedang ada urusan penting.” “Urusan penting apa?” Sayangnya, Manda enggan melepas sang mantan begitu saja. “Kalau bukan pasien gawat, tidak perlu ke rumah sakit. Kan masih ada banyak dokter yang lain.” “Kau bilang apa?” tanya Jovi dengan kening berkerut. “Aku bilang, tidak perlu ke rumah sakit.” Manda tidak segan untuk mengulang, bahkan memperjelas. “Masih banyak dokter di sana, jadi sekali pun ada yang gawat ....” “Tidakkah kau sangat keterlaluan?” Jovi menyentak tangan yang menggenggam lengannya. “Kau baru saja membicarakan tentang nyawa seseorang dengan begitu entengnya, seolah itu tidak berharga.” “Nyawa seseorang tentu saja berharga, tapi kan masih banyak dokter lain.” Manda sama sekali tidak merasa bersalah dan malah terlihat kesal. “Kau pu
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

92. Antara Dua Pilihan

“Vanessa tidak ada di sini?” tanya Jovi dengan kedua alis terangkat naik. “Dia tadi dibawa datang, tapi dibawa pergi lagi sama Ben,” jawab lelaki yang Jovi kenali sebagai saudara Vanessa. Entah yang saudara kandung atau saudara tiri. “Begitu ya.” Pada akhirnya Jovi hanya bisa meringis. “Kalian mau cerai ya?” Saudara Vanessa kembali bersuara. “Kalau bisa jangan deh, soalnya nanti kami kekurangan pemasukan.” “Maksudnya bagaimana ya?” Tentu saja Jovi akan balas bertanya dengan kening berkerut bingung. “Pokoknya jangan sampai bercerai.” Sayang sekali, sang ipar malas menjelaskan lebih lanjut. “Mau sejelek apa pun sifat dan tampang Vanessa, kalian tidak boleh bercerai. Awasi juga si Ben itu.” “Ben? Kak Ben?” “Memangnya siapa lagi?” Sang ipar berdecak pelan. “Dia kan sudah membawa kabur istrimu, jadi tentu saja harus diawasi. Siapa yang tahu dia akan menjual Vanessa atau menidurinya untuk kesenangan pribadi. Mereka saudara tiri.” Kening Jovi makin berlipat mendengar penjelasan yang
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

93. Datang Bersama

“Apa yang kau lakukan dengan ponselku?” “Astaga, Kak Ben!” Vanessa terlonjak, bahkan nyaris saja menjatuhkan ponsel yang dia pegang. “Jangan bikin kaget dong.” “Maaf, tapi kau sedang apa?” tanya Ben dengan senyum lembut. “Aku meminta Jovi membawakan ponselku,” jawab Vanessa bisa dibilang jujur. “Aku tidak bisa hidup tanpa benda itu.” “Apa kau memberi tahu lokasi juga?” Kali ini, kening Ben berkerut tanda tidak suka. “Tentu saja.” Vanessa mengangguk dengan yakin. “Bagaimana dia bisa tahu tempat ini, kalau aku tidak memberitahunya. Tapi apa ini tidak masalah?” Vanessa menatap sekitarnya. Sekarang mereka berada di sebuah apartemen yang cukup jauh dari lokasi apartemen Jovi, atau pun rumah mertuanya. Tempatnya tidak begitu besar, tapi jelas dipenuhi dengan barang-barang yang bagus. Pernak-pernik dan perabot apartemen untuk satu orang itu minimalis. Kebanyakan barang juga berwarna putih, ditambah dengan sedikit sentuhan hitam dan abu-abu. Terlihat seperti rumah lelaki, dibanding p
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

94. Dokter Cabul

“Aku tidak bisa memberitahu.” Ben menggeleng, walau dia tahu tidak ada yang bisa melihatnya. “Kenapa tidak?” tanya Jovi dengan tatapan yang melotot, walau tak ada pula yang melihatnya. “Vanessa saja bersedia menemuiku, jadi kenapa kau melarang?” “Aku tidak melarang, tapi tidak bisa memberi tahu dengan spesifik. Biar bagaimana, itu adalah rumah pacarku.” Sayangnya, Ben tetap pada pendiriannya. “Apa hubungannya dengan pacarmu?” “Siapa yang tahu kau akan menyelinap masuk atau tidak. Kau bahkan bisa menghamili perempuan lain, padahal masih berstatus sebagai suami Vanessa. Siapa yang tahu kalau kau akan mengincar pacarku juga bukan?” “Apa kau gila?” tanya Jovi nyaris saja berteriak. “Aku bahkan belum pernah tidur dengan siapa pun, sebelum menikah dengan Vanessa. Sekarang kau menuduhku menghamili anak orang?” “Oh, apa itu artinya kau menghamili anak orang setelah menikah dengan Vanessa?” tanya Ben pura-pura terdengar terkejut. “Itu bahkan jauh lebih menjijikkan. Dasar dokte
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

95. Pertanyaan

“Kau pasti sudah gila,” gumam Jovi terlihat kesal setengah mati. “Aku rasa iya.” Vanessa pun sama sekali tidak menampik. “Tai boleh kembalikan ponselku dulu? Aku sedang butuh benda itu.” Dengan decakan kesal, Jovi mengeluarkan ponsel dari saku celananya, untuk diberikan pada sang istri. Sejujurnya, dia sangat tidak rela melakukan hal itu. Vanessa mungkin akan pergi meninggalkannya setelah mendapatkan ponsel, dan Jovi tidak senang dengan hal itu. “Kau tidak akan pergi kan?” tanya Jovi sebelum menyerahkan ponselnya. “Untuk saat ini tidak. Biar bagaimana pun, kita semua perlu berbicara,” jawab Vanessa merampas ponselnya. “Itu benar.” Jovi mengangguk pelan. “Kita semua harus berbicara untuk meluruskan masalah tidak masuk akal yang ditimbulkan oleh Manda.” “Sebenarnya tidak perlu benar-benar bicara juga,” balas Vanessa sembari mengetik pada ponselnya. “Aku hanya perlu tahu hasil USG atau tes darah dari dokter dan kita bisa menyelesaikan masalah dengan cepat setelah ini.”
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

96. Penipuan

“Katakan saja pada mereka kalau aku sedang hamil.” Manda langsung mengatakan hal itu, setelah pintu tertutup. “Maaf?” Perawat yang menemani di dalam ruangan, langsung bertanya dengan kedua alis yang terangkat. “Bisakah kau keluar dulu?” tanya Manda dengan senyum lebar. “Saya butuh konsultasi berdua saja dengan dokternya, karena jujur saja ini bersifat pribadi.” Si perawat menatap sang dokter, kemudian keluar ketika dokter itu mengangguk. Biar bagaimana, ini adalah permintaan pasien dan sudah disetujui oleh dokter. “Mbak Manda benar?” Si dokter melihat data pasiennya. “Bisa dibantu?” “Aku memiliki sedikit masalah dengan keluarga pacarku.” Manda tidak segan untuk menceritakan kisahnya, walau sebagian itu adalah kebohongan. “Intinya, aku mungkin akan dicelakai jika aku tidak hamil.” “Mana ada yang seperti itu?” Si dokter menaikkan alisnya dengan tatapan bingung. “Mereka ingin keturunan, tapi aku belum hamil. Karena itu aku diminta jadi orang ketiga di pernikahan peca
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

97. Tak Gentar

“Dokter sialan itu menipuku!” Manda nyaris saja berteriak, ketika pada akhirnya dia sampai di tempat parkir rumah sakit. “Hei, aku tidak berusaha menipumu.” Siapa sangka sang dokter mengikutinya. “Aku hanya tidak bisa berbohong di depan bosku. Aku takut ketahuan dan dipecat. Apalagi ini menyangkut legalitas sebagai dokter.” “Tapi kau mengambil keuntungan dariku.” Manda tidak segan untuk menarik kerah jas sang dokter. “Lagi pula, bagaimana kau bisa mengingat aku adalah pasienmu?” “Kau menawari hal yang tidak mungkin ditolak pria normal. Kalau kau seberani itu, bukankah kau sama saja dengan perempuan malam yang sedang menjajakan diri?” tanya sang dokter dengan sebelah alis terangkat. “Kau ....” Manda sudah siap menyemburkan amarahnya, tapi gerakan sang dokter membuatnya berhenti. “Ambil saja semua ini.” Sang dokter menyelipkan lembaran uang ke dalam kemben Manda, mumpung tempat itu sedang sepi. “Anggap saja bayaran tadi, walau itu sebenarnya terlalu banyak untukmu.” Si
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

98. Menggoda Pacar Orang

“Vanessa.” Jovi yang memarkir mobilnya dengan sembarangan, bergegas mengejar sang istri yang sudah turun duluan. "Aku sedang lelah, Vi. Tolong biarkan aku beristirahat." Sayangnya, Vanessa enggan mendengar apa pun yang ingin dikatakan suaminya. "Aku mohon, Nes." Jovi pun tampak tidak ingin menyerah, bahkan kini dia menarik tangan sang istri. "Aku butuh bicara denganmu." "Mau bicara apa lagi?" tanya Vanessa tampak malas. "Kita sudah menyelesaikan semua pembicaraan sejak tadi." "Kau sungguh ingin bercerai?" tanya Jovi dengan kedua alis yang terangkat. "Bukankah sejak awal, memang seperti itu perjanjiannya?" Vanessa balas bertanya. "Sejak awal, pernikahan kita bukan sesuatu yang permanen. Itu semua hanya kontrak saja." Jovi terdiam mendengar apa yang dikatakan istrinya. Itu bukan hal yang salah, tapi entah kenapa sang dokter merasa ada yang salah. Dia bahkan masih mengejar Vanessa yang sudah berhasil melepaskan diri dan berjalan ke arah lift. "Kau mau apa lagi?" Vanessa mendesis
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

99. Selingkuh

"Lepaskan aku." Vanessa tentu saja akan berteriak, ketika rambutnya ditarik."Seenaknya saja kau." Perempuan yang menarik rambut Vanessa tentu tidak mau mendengar. "Sudah selingkuh, merebut pacar orang, tapi masih minta dilepaskan? Yang benar saja.""Siapa yang kau sebut selingkuh?" Tentu saja Jovi akan ikut campur. "Dia istriku dan tidak ada yang selingkuh."Jovi berhasil membuat perempuan yang entah siapa itu, melepas jambakannya pada rambut sang istri. Itu pun masih membuat rambut Vanessa yang rapuh berguguran."Oh, rambutku." Vanessa bahkan mengeluhkannya."Nanti kau pergi perawatan saja di salon." Jovi malah memberikan usulan. "Dengan begitu, rambutmu akan jadi bagus lagi. Tapi sekarang, mungkin kau harus menelepon kakakmu dulu.""Siapa yang akan kalian telepon?" hardik perempuan yang tadi mengaku sebagai pacar lelaki bernama Ben. "Mau menelepon Ben? Agar dia tahu kalau kau adalah perempuan bersuami, bahkan membawa suami pengangguranmu ini ke rumahku?""Maaf, tapi aku tid
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

100. Kurang Belaian

"Maaf karena dia sudah menghina. Aku akan pastikan dia mendapatkan pelajaran yang setimpal." Ben perlu sedikit membungkuk meminta maaf pada dua orang di depannya."Tentu saja harus mendapatkan pelajaran setimpal." Jovi mengangguk dengan sangat yakin. "Biar bagaimana, pacarmu sangat keterlaluan. Sekarang, biarkan aku dan Vanessa mendiskusikan beberapa hal."Ben yang memang berdiri di dekat pintu, dengan mudah diusir keluar oleh Jovi. Itu semua terjadi dengan cepat, bahkan membuat Ben kebingungan ketika sudah berada di luar unit apartemen itu."Kau tidak perlu mengusir Kak Ben seperti itu." Tentu saja Vanessa akan protes. "Biar bagaimana, ini adalah tempatnya.""Tempat pacarnya." Jovi meralat dengan cepat. "Setidaknya itu yang tadi kutangkap dari hinaan dan percakapan dua sejoli tadi. Itu berarti, kita sebaiknya segera meninggalkan tempat ini.""Kenapa harus seperti itu?" tanya Vanessa dengan kening berkerut."Yang benar saja, Nes." Sang dokter memutar bola matanya dengan ekspre
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more
PREV
1
...
89101112
...
15
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status