Beranda / Romansa / My Bad Doctor / 98. Menggoda Pacar Orang

Share

98. Menggoda Pacar Orang

Penulis: 5Lluna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-18 21:06:38

“Vanessa.” Jovi yang memarkir mobilnya dengan sembarangan, bergegas mengejar sang istri yang sudah turun duluan.

"Aku sedang lelah, Vi. Tolong biarkan aku beristirahat." Sayangnya, Vanessa enggan mendengar apa pun yang ingin dikatakan suaminya.

"Aku mohon, Nes." Jovi pun tampak tidak ingin menyerah, bahkan kini dia menarik tangan sang istri. "Aku butuh bicara denganmu."

"Mau bicara apa lagi?" tanya Vanessa tampak malas. "Kita sudah menyelesaikan semua pembicaraan sejak tadi."

"Kau sungguh ingin bercerai?" tanya Jovi dengan kedua alis yang terangkat.

"Bukankah sejak awal, memang seperti itu perjanjiannya?" Vanessa balas bertanya. "Sejak awal, pernikahan kita bukan sesuatu yang permanen. Itu semua hanya kontrak saja."

Jovi terdiam mendengar apa yang dikatakan istrinya. Itu bukan hal yang salah, tapi entah kenapa sang dokter merasa ada yang salah. Dia bahkan masih mengejar Vanessa yang sudah berhasil melepaskan diri dan berjalan ke arah lift.

"Kau mau apa lagi?" Vanessa mendesis
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • My Bad Doctor   99. Selingkuh

    "Lepaskan aku." Vanessa tentu saja akan berteriak, ketika rambutnya ditarik."Seenaknya saja kau." Perempuan yang menarik rambut Vanessa tentu tidak mau mendengar. "Sudah selingkuh, merebut pacar orang, tapi masih minta dilepaskan? Yang benar saja.""Siapa yang kau sebut selingkuh?" Tentu saja Jovi akan ikut campur. "Dia istriku dan tidak ada yang selingkuh."Jovi berhasil membuat perempuan yang entah siapa itu, melepas jambakannya pada rambut sang istri. Itu pun masih membuat rambut Vanessa yang rapuh berguguran."Oh, rambutku." Vanessa bahkan mengeluhkannya."Nanti kau pergi perawatan saja di salon." Jovi malah memberikan usulan. "Dengan begitu, rambutmu akan jadi bagus lagi. Tapi sekarang, mungkin kau harus menelepon kakakmu dulu.""Siapa yang akan kalian telepon?" hardik perempuan yang tadi mengaku sebagai pacar lelaki bernama Ben. "Mau menelepon Ben? Agar dia tahu kalau kau adalah perempuan bersuami, bahkan membawa suami pengangguranmu ini ke rumahku?""Maaf, tapi aku tid

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • My Bad Doctor   100. Kurang Belaian

    "Maaf karena dia sudah menghina. Aku akan pastikan dia mendapatkan pelajaran yang setimpal." Ben perlu sedikit membungkuk meminta maaf pada dua orang di depannya."Tentu saja harus mendapatkan pelajaran setimpal." Jovi mengangguk dengan sangat yakin. "Biar bagaimana, pacarmu sangat keterlaluan. Sekarang, biarkan aku dan Vanessa mendiskusikan beberapa hal."Ben yang memang berdiri di dekat pintu, dengan mudah diusir keluar oleh Jovi. Itu semua terjadi dengan cepat, bahkan membuat Ben kebingungan ketika sudah berada di luar unit apartemen itu."Kau tidak perlu mengusir Kak Ben seperti itu." Tentu saja Vanessa akan protes. "Biar bagaimana, ini adalah tempatnya.""Tempat pacarnya." Jovi meralat dengan cepat. "Setidaknya itu yang tadi kutangkap dari hinaan dan percakapan dua sejoli tadi. Itu berarti, kita sebaiknya segera meninggalkan tempat ini.""Kenapa harus seperti itu?" tanya Vanessa dengan kening berkerut."Yang benar saja, Nes." Sang dokter memutar bola matanya dengan ekspre

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • My Bad Doctor   101. Masa Lalu

    "Harder," desis Vanessa dengan pelan. "As you wish, Darling." Tanpa perlu diminta dua kali, Jovi mempercepat gerakannya. Dia tahu Vanessa sudah dekat, tapi dirinya masih agak lama. Karena itu pula sang dokter ingin mempercepat gerakan, karena ingin merasakan kenikmatan bersama dengan sang istri. Sayangnya, hal itu tidak terjadi. Vanessa sudah gemetar karena kenikmatan, tapi dirinya masih menginkan lebih. Alhasil, Jovi hanya memberikan waktu istrirahat sebentar saja untuk Vanessa. Mereka terus dan terus mengulang, sampai sang keduanya merasa sangat puas. "Apa kau ingin membunuhku?" tanya Vanessa dengan ekspresi sendu akibat kelelahan. "Sama sekali tidak." Jovi yang masih terlihat cukup segar, dengan cepat beralih memeluk sang istri dengan erat. "Aku hanya ingin memberimu kenikmatan saja." "Tapi dari siang sampai malam?" Tentu saja Vanessa akan mendelik. "Aku bahkan baru saja makan beberapa jam yang lalu. Makan pertamaku hari ini, jadi kalau maagku kambuh, itu semua salahmu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • My Bad Doctor   102. Pemberian Tuhan

    "Dasar perempuan mandul." Cindy yang masih sangat muda itu, nyaris terjungkal karena tamparan yang dia terima sangatlah keras. Tapi dibandingkan rasa sakit, dia lebih merasa malu karena itu dilakukan di depan orang lain. Lebih tepatnya, di depan selingkuhan sang suami. "Tapi dokter bilang aku tidak mandul, Ma." Cindy berusaha menahan isak tangis. Tidak ingin terlihat lemah di depan gundik sang suami. Atau mungkin sudah bisa disebut sebagai calon mantan suami? Lagi pula, berkas perceraian baru saja Cindy tanda tangani dalam keadaan dipaksa. Itu artinya mereka akan segera bercerai bukan? "Jadi sekarang kau menuduh anakku yang mandul?" hardik perempuan paruh baya yang tadi menampar. "Buktinya pacar anakku bisa hamil, sementara kau tidak." "Setidaknya biarkan suamiku pergi memeriksakan diri ke dokter lebih dahulu. Dengan begitu, kita akan tahu apakah itu sungguh anak ...." "Perempuan kurang ajar." Cindy kembali mendapat tamparan, kali ini dari pacar sang suami. "Sudah mandul,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • My Bad Doctor   103. Melayani

    "Mau apa lagi kau?" Ben melotot ketika dia bertemu dengan Jovi di tempat parkir apartemen pacarnya. Atau mungkin sudah menjadi mantan pacar. "Tentu saja aku ingin menjemput istriku. Aku tidak ingin dia tinggal di tempat orang yang sudah menghinanya," jawab Jovi dengan santainya. "Kak Ben sendiri? Masih mau tinggal di rumah pacarnya?" "Aku datang ke sini untuk menjemput Vanessa," tegas Ben, sembari berdehem pelan untuk membersihkan tenggorokannya. "Aku akan mengatur dia untuk tinggal di tempat lain saja." "Tempat teraman untuk Vanessa, hanya ada di sisiku," balas Jovi setelah melangkah masuk ke dalam lift. "Setidaknya, tidak akan ada yang menganggapnya selingkuhanmu." "Tapi kau sendiri punya banyak selingkuhan bukan?" tanya Ben dengan senyum lebar, sembari menatap iparnya itu. "Aku dengar kau masih berinteraksi dengan mantanmu. Tidak takut cinta lama bersemi kembali?" "Aku tidak tahu dari mana Kak Ben mendengar itu, tapi ... itu tidak benar." Jovi membantah, setelah sebelumny

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • My Bad Doctor   104. Kejutan

    "Ada gosip apa lagi?" Vanessa bertanya, ketika melihat rekan kerjanya, menatap dirinya dengan tatapan penasaran. Putri yang juga menatap perempuan bertubuh gempal itu, langsung berlari mendekat. Dia membawa Vanessa ke sudut ruangan, agar tidak banyak orang yang mendengar pembicaraan mereka. "Aku tidak tahu apakah Kak Vanessa sudah tahu tentang hal ini, tapi Bu Meghan menyebarkan gosip baru." Putri berbisik, walau sejatinya itu tidak perlu. Semua orang di kantor sudah tahu. "Memangnya dia menyebarkan gosip apa?" tanya Vanessa dengan tenang. "Katanya, pacar.... Maksudnya suami Kak Vanessa itu punya anak di luar nikah dari perempuan lain." Putri masih berbisik. "Bahkan katanya, perempuan itu sudah datang dan memohon pada Kak Vanessa agar kalian tidak menikah." "Oh, yang itu toh." Vanessa mengangguk paham. "Rupanya itu kelakuan Bu Meghan." "Kak Vanessa sudah tahu? Apa itu artinya gosip yang beredar itu benar?" Tentu saja Putri akan bertanya dengan kening berkerut bingung. "

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • My Bad Doctor   105. Pergi

    "Kenapa aku tidak pernah tahu tentang omong kosong ini?" tanya Vanessa, ketika dia melihat sang suami masuk ke dalam rumah."Maksudmu apa sih?" Jovi balas bertanya dengan kening berkerut. "Aku tidak mengerti kenapa sejak tadi siang kau terlihat seperti orang yang sedang marah."Pertemuan tadi siang antara pihak kantor Vanessa dan Danapati memang terlihat sukses. Namun, tidak banyak yang menyadari kalau perempuan bertubuh gempal itu terlihat tidak nyaman selama makan siang."Jujur saja, aku tidak marah. Aku hanya kesal karena tadi siang aku jadi terlihat seperti orang bodoh." Tiba-tiba saja Vanessa meledak. "Aku bahkan tidak tahu apa pekerjaan mertuaku sendiri.""Kau tahu kalau dia adalah dokter," jawab Jovi dengan kening berkerut, sembari menuang air dingin dari pitcher ke dalam gelas."Semua orang juga tahu kalau dia adalah dokter, tapi aku tidak tahu kalau dia direktur dan pemilik Hospitalia," cecar Vanessa terlihat makin emosi saja."Papa hanya dire

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • My Bad Doctor   106. Menumpang

    "Yakin ini belanjaannya?" Seorang pramuniaga, menatap perempuan yang baru saja menaruh barang belanjanya di atas meja kasir. "Miras dan rokok?""Yakin." "Ini miras dan rokok." Si pramuniaga mengulang. "Tidak mau sekalian kondom?" lanjutnya tentu saja dengan nada mengejek."Sayang sekali, saya belum punya pacar dan ini KTP saya. Saya cukup umur."Pramuniaga tadi menatap tanda pengenal dengan nama Aurora tertera di sana. Dia tidak melihat hal lain lagi, karena pemilik KTP jelas cukup umur. Yah, walau tidak semua orang dengan KTP bisa mengkonsumsi miras dan rokok."Padahal supermarketnya sendiri menjual miras, tapi sok suci banget tanyain kayak begitu." Aurora mengomel ketika dia keluar dari supermarket yang dia kunjungi.Kebetulan saja Aurora tadi sedang suntuk setelah pulang jaga malam dan dia memutuskan singgah ke supermarket yang kebetulan dilewati. Saat itulah dia memutuskan membeli dua barang tadi secara impulsif."Loh, bukankah kau teman kerjanya Jovi?"Aurora menoleh k

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24

Bab terbaru

  • My Bad Doctor   133. Bertemu Keluarga

    "Siapa yang mau datang?" tanya Vanessa dengan mata melotot, dan tentu saja ponsel di tangan. "Pak Menteri Kesehatan," jawab Cindy dengan santainya. "Kata Papa kalian, dia kebetulan melakukan kunjungan rumah sakit, jadi sekalian saja datang menjenguk." "Maaf, Tante." Cindy yang juga ada di ruang rawat inap itu tentu akan terkejut dan bertanya. "Tapi kok bisa Pak menteri datang ya?" "Loh? Kalian tidak tahu ya?" Cindy malah jadi bingung. "Pak Menteri itu kan saudaranya Papa Danapati." "Hah?" Vanessa adalah orang pertama yang berteriak. Bukan suatu kemajuan, karena dia sama sekali tidak membentuk sebuah kata atau kalimat. "Saudara dengan Pak Menteri?" Anna bertanya dengan mata membulat dan mulut terbuka. "Saya tidak salah dengar kan?" "Kau tidak salah dengar dan bisakah kau fokus saja mengerjakan apa yang perlu kau kerjakan?" Jovi balas bertanya, tapi dengan ekspresi yang tidak senang. "Kalau kau selalu berhenti untuk bergosip, kapan bisa selesai." "Oh, maaf." Anna dengan ce

  • My Bad Doctor   132. Ide yang Lebih Baik

    "Kenapa ada orang menyebalkan di sini?" Jovi langsung bertanya ketika dia masuk ke dalam kamar rawat inap sang istri, sembari menenteng kantongan berisi makanan. "Jangan tidak sopan begitu, Vi. Anna dan Dokter Johan hanya datang untuk berkunjung." Cindy tentu akan menegur putranya. "Selamat pagi menjelang siang, Kak Jovi." Anna tiba-tiba saja menjadi sangat sopan. "Habis beli makanan ya?" Jovi menaikkan sebelah alis melihat tingkah kalem Anna. Tapi tentu saja, dia tidak terlalu peduli dengan perempuan itu karena ada hal yang lebih penting. "Sayang, ini pesanan makananmu." Jovi mendekat ke arah ranjang pasien. "Sesuai pesanan, nasi kuning langgananmu. Tidak ada di tersedia secara online, jadi aku sendiri yang pergi beli." Sebelum benar-benar menyerahkan kantongan berisi makanan itu pada istrinya, Jovi terlebih dahulu mengecup sudut bibir Vanessa. Hal yang tentu saja membuat perempuan yang adalah pasien itu membeku di tempat. "Astaga, Vi. Kalau mau mesra-mesraan sama istrimu

  • My Bad Doctor   131. Sebuah Foto

    "Huh? Siapa yang datang?" Seorang lelaki berseragam polisi berpangkat cukup tinggi, menaikkan sebelah alisnya. "Itu, Pak. Pelapor tabrak lari tempo hari. Yang Bapak tangani kasusnya itu." "Mau apa lagi sih mereka." Pak polisi itu mengeluh. "Suruh saja masuk dulu." Danapati masuk ke dalam ruangan dengan ekspresi tidak senang. Hal yang tentunya tidak membuat si polisi takut, dia bahkan tersenyum lebar. "Aku lihat, tidak ada perkembangan dari kasus tabrak lari menantuku." Danapati langsung bertanya tanpa basa-basi. "Apa Pak Polisi benar-benar menangani hal ini dengan baik?" "Tentu saja kami menanganinya dengan baik." Pak Polisi tadi tersenyum lebar. "Kami sementara melihat rekaman CCTV, tapi itu kan butuh waktu. Apalagi pekerjaan kami kan banyak." "Pekerjaan kalian yang banyak, atau kalian merasa kekurangan uang sogokan?" tanya Danapati dengan senyum miringnya yang mencemooh. "Wah, Pak itu namanya fitnah." Si

  • My Bad Doctor   130. Istirahat

    "Loh, ada Jovi di sini." Anna tersenyum ketika melihat lelaki yang dia lihat itu. Berbeda dengan Anna, Jovi malah berdecih pelan. Lelaki itu sama sekali tidak senang melihat kehadiran teman kelasnya itu. Apalagi Anna berada di rumah sakit milik keluarganya. "Kenapa kau ada di sini?" Anna mengekori Jovi yang sedang berjalan cepat menuju ke lift. "Apa kau juga berniat untuk nanti bergabung dengan peneliti yang ada di Hospitalia ini?" Tentu saja Jovi memilih untuk tidak menjawab. Dia tidak ingin mengurusi perempuan yang terus mengikutinya itu, karena perlu pergi ke kamar sang istri. Dia sudah sengaja pergi makan siang dan mandi, karena sahabat sang istri datang menjenguk. "Hei, apa kau tidak punya telinga?" tanya Anna terlihat cemberut, ketika masuk ke dalam lift. "Dokter Jovi, sepertinya Mbak yang di sana berbicara dengan dokter." Seorang perawat memberitahu. "Dia tidak bicara denganku," jawab Jovi dengan senyum tipis.

  • My Bad Doctor   129. Bukan Perempuan

    "Vanessa? Apa yang kau lamunkan?" Yang empunya nama tersentak ketika mendengar suara yang begitu dekat dengannya. Makin terkejut ketika menyadari ada Cinta-sang sahabat, hanya berjarak lima senti dari wajah Vanessa. "Argh." Vanessa refleks mendorong sang sahabat. "Aduh!" Tentu saja Cinta akan mengeluh. "Kau itu kenapa sih?" "Ka ...." Vanessa ingin berbicara lebih banyak, tapi tidak bisa. Bisa mengeluarkan suara seperti barusan saja sudah merupakan kemajuan besar. "Pelan-pelan, Ta. Jangan terlalu membuat dia terkejut, nanti kepala Vanessa bisa berdarah lagi." Kali ini, giliran Lydia yang berbicara. "Cinta yang membuatku terkejut." Vanessa memperlihatkan ponselnya untuk berbicara. "Lagi pula, kenapa kalian harus membuatku terkejut." "Coba lihat dia." Erika berdecak pelan. "Padahal kita sudah susah-susah meluangkan waktu untuk datang menjenguk, tapi dia malah menyalahkan kita. Mana dari sejak kita datang dia cuma melamun saja. Dasar tidak tahu diuntung." Vanessa memutar b

  • My Bad Doctor   128. Pasangan Seumur Hidup

    "Gangguan bicara kadang terjadi pada pasien dengan pendarahan otak." Dokter bedah saraf memberi tahu. "Efeknya bisa jadi permanen, tapi bisa juga hanya sementara saja." "Saran saya, Mbak Vanessa boleh dicoba untuk terapi bicara saja dulu. Mungkin Dokter Danapati dan Dokter Jovi bisa sekalian ikut membantu. Saya yakin kalian bisa membantu untuk terapi juga." Walau terbalut dengan perban, semua orang tahu kalau Vanessa tengah mengerutkan keningnya. Dia sungguh tidak menyangka akan mendengar penjelasan seperti itu dari dokter yang menanganinya. Padahal, dia bisa bersuara walau tidak bisa merangkai kata. "Tidak apa-apa, Nes." Jovi berusaha untuk tersenyum dan menenangkan istrinya, ketika dokter yang menangani pergi. "Masih diterapi karena ini hanya gangguan sementara saja. Mungkin kau sudah bisa kembali berbicara dengan baik setelah beberapa minggu." Sayang sekali, Vanessa menggeleng. Dia tentu saja menjadi orang yang paling terpukul atas gangguan bicara yang dia alami sekarang in

  • My Bad Doctor   127. Bisu

    "Jovi tunggu dulu." Anna berlarian mengejar lelaki yang dia panggil itu. "Hei, apa kau tidak mendengar?" Tentu Jovi tidak peduli dengan panggilan itu, karena dia sedang terburu-buru. Vanessa masih di ruang operasi, jadi dia harus bergegas pergi ke rumah sakit. Jovi ingin berada di dekat sang istri. "Hei, apa kau tidak mendengar aku." Anna merentangkan tangan di depan motor yang baru saja dinaiki oleh Jovi. "Minggir," gumam Jovi yang sudah siap untuk berangkat. "Aku tidak mau." Sayang sekali, Anna bergeming. "Setidaknya berikan nomor ponselmu sebelum kau pergi." "Minggir sekarang atau aku akan menabrakmu." Jovi kembali meminta disertai dengan ancaman. "Berikan nomor ponselmu, agar kita bisa mengobrol dengan lebih tenang dan... Kyaa." Anna segera menghindar ketika Jovi benar-benar melajukan motornya. Padahal lelaki itu hanya melajukan motor dengan sangat lambat untuk menakut-nakuti. Tentu saja itu membuat Anna langsung menghindar karena takut ditabrak. "Tunggu dulu." Rupa

  • My Bad Doctor   126. Pengganggu

    "Mahasiswa baru ya?" Jovi mendongak ketika dia mendengar ada suara di sebelahnya. Ada seorang perempuan yang tampaknya lebih muda dari dirinya, tersenyum dengan sangat lebar. Hal yang membuat Jovi mendengus pelan. "Ada masalah dengan status kuliahku?" tanya Jovi kini kembali menatap ke depan. Sekarang ini, Jovi memang sudah mulai menjalankan kuliah kembali dan ini adalah hari pertamanya. Padahal, hari ini bersamaan dengan jadwal operasi Vanessa. Tapi karena dia juga tidak bisa bolos pada semester baru dan hari pertama, jika ingin cepat lulus. Alhasil Jovi memilih untuk pergi ke kampus dengan perasaan was-was. "Tidak ada sih." Bukannya menyerah, perempuan tadi malah duduk di sebelah Jovi yang memang kosong. "Tapi aku boleh berkenalan denganmu kan? Namaku Anna." "Maaf, tapi tidak bisa." Jovi segera menolak dan memilih untuk pindah ke deretan kursi paling belakang, walau dia suka duduk di tengah. "Kenapa tidak bisa?" tan

  • My Bad Doctor   125. Waktu Untukmu

    "Keguguran?" tanya Cindy dengan kedua alis terangkat. "Ya." Danapati mengangguk pelan. "Dan sepertinya baik Jovi maupun Vanessa tidak tahu tentang kehamilan itu. Bahkan Jovi mengaku sempat memberikan Vanessa obat untuk menghalangi kehamilan, tapi mungkin lupa diminum karena bertengkar." Cindy terduduk di kursi yang ada di dalam ruangan suaminya. Dia yang sejak tadi menunggu di sana karena Vanessa harus dibiarkan sendiri untuk istirahat, benar-benar merasa sangat terkejut. Padahal cucu adalah hal yang sangat Cindy inginkan, tapi dia malah kehilangan. "Ini mungkin hukuman untukku," bisik Cindy pelan. "Ini pasti karena aku menindas Vanessa dan memaksanya untuk memiliki anak yang tidak mereka inginkan." "Jangan menyalahkan dirimu." Danapati mencoba untuk menenangkan sang istri. "Itu semua terjadi bukan karena dirimu." "Ya." Cindy tidak segan untuk mengangguk, ketika mengingat apa yang terjadi. "Ini semua karena mobil sialan yang tid

DMCA.com Protection Status