Nah, di pinggir jalan ada penjual bunga segar yang hampir tutup. Aku beli satu ikat untuk Can. Suka atau tidak urusan nomor 100, yang penting ada yang dibawa. Supaya predikat nggak peka tadi hilang. Ribet sekali perasaan perempuan ini. Can yang nggak mood, aku yang repot. Can yang laper, eh, malah aku juga yang masak. Dasar! “Bunga warna apa, Mas. Putih? Pink, atau merah?” tanya penjualnya. “Hitam ada nggak?” Maksudku, kan, cocok sama kepribadian Can yang nggak beres. “Bunga orang mati itu, Mas, yang hatinya udah patah berkali-kali dibaperin sama pasangannya. Mau yang itu juga?” tanya si penjual gaul juga. Jangan, deh, ntar malah tambah marah Can. Ya, aku belikan bunga putih saja, seputih dan sesuci hatiku yang sedang belajar mencintai dia. Alon-alon, aku pasti bisa tidur, eh, maksudku pasti bisa membuatnya menerimaku sebagai suaminya. “Cantik pasti ceweknya, Mas.” Si kakak penjual bunga menambahkan satu batang mawar lagi. Bonus. Kenapa nggak buy one get one free. Seperti aku y
Terakhir Diperbarui : 2023-09-11 Baca selengkapnya