LEBIH BAIK KITA BERPISAH 25"Senja!"Biru melompat turun dari mobil begitu melihatku. Jika selama ini kami nyaris tak pernah saling bersentuhan dengan sengaja, kali ini, mengabaikan prinsip yang selama ini kupegang teguh, aku membiarkan dia merengkuhku, meletakkan kepalaku di dadanya. Di dalam pelukannya, aku terisak. Biru tidak bertanya apa-apa, tangannya sibuk mengusap kepalaku."Sstt, sudah. Tak apa. Ada aku." bisiknya berulang-ulang. Dia membiarkan kemejanya basah air mata."Ada apa, Senja?"Setelah isakanku reda, barulah dia bertanya. Terbata-bata aku menjawab. Sungguh, seumur hidup, aku tak pernah merasa se takut ini."Aku… hampir saja dilecehkan…"Biru yang sejak tadi tampak curiga melihat kemeja Leon yang robek, langsung menarik leher lelaki itu, tak peduli teriakan si pemilik warung. Untung saja tak ada pengunjung lain saat ini."Bi, dengar dulu!" seruku panik. Aku menarik tangannya. "Dia memang… maksudku… Oh tolonglah duduk dulu, aku nggak bisa cerita. Yang jelas, dia nggak
Read more