Home / Romansa / Penguasa Hati sang Presdir / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Penguasa Hati sang Presdir: Chapter 141 - Chapter 150

643 Chapters

Bab 141

Sofia memejamkan mata sambil berusaha menahan amarahnya."Di kamar mandi ada colokan, kamu bisa mengeringkan rambut di sana." Sofia menunjuk ke arah kamar mandi."Oh ...." Selena mencabut colokan dan pindah ke kamar mandi.Setelah Selena pergi, Sofia bangun dari tempat tidur dan mengelap lantai yang basah.Ketika Selena selesai mengeringkan rambut, dia kembali dan memeluk Sofia yang sudah tertidur pulas. "Kak, Kakak ...."Selena terus memanggil sampai Sofia terbangun."Ada apa lagi?" bentak Sofia.Selena terkejut, dia menggigit bibir dan kedua matanya tampak berkaca-kaca. "Aku ...."Selena berbicara dengan terbata-bata, "Aku nggak bisa tidur, pingin ngobrol sebentar. Ta-tapi kalau kamu ngantuk, tidur saja."Kemudian Selena menyeka air matanya dan berlagak tersenyum polos. "Tidak usah pedulikan aku."Setelah selesai bicara, Selena membalikkan badan dan membelakangi Sofia. Sofia dapat mendengar suara Selena yang terisak, dia menghela napas dan memilih untuk mengalah."Mau obrolin apa?" S
Read more

Bab 142

Waktu baru menunjukkan pukul 7 pagi, tetapi Selena sudah ribut membangunkan Sofia."Kak, cepat bangun! Kalau kesiangan nanti sayuran segar sudah habis." Selena menarik Sofia.Supermarket di apartemen berbeda dengan pasar tradisional. Supermarket di apartemen baru buka sekitar pukul 8 pagi.Ketika mereka tiba, pegawai supermarket masih menata dan membersihkakn toko."Kak, kenapa kamu nggak bilang mereka buka jam 8? Aku sudah capek-capek berdandan." Selena menyalahkan Sofia.Saking lelahnya, Sofia bahkan tidak memiliki tenaga untuk menjawab Selena.....Selena meminta pegawai toko untuk memilih seekor ayam yang gemuk, dua buah tulang iga, dan beberapa sayuran segar."Sudah cukup," kata Sofia dengan lemas."Kak, kamu bisa masak?" tanya Selena."Hah?" Sofia mengerutkan alis.Selena menjawab dengan gugup, "Aku nggak pernah masak, jadi nanti aku mungkin membutuhkan bantuanmu."Fakta membuktikan bahwa Selena tak hanya membutuhkan "bantuan", dia bahkan tidak bisa membersihkan dan memotong semu
Read more

Bab 143

Sofia menutup pintu mobil, lalu berjalan menghampiri Selena.Begitu Sofia berdiri di hadapannya, Selena langsung mengulurkan tangan. "Suratnya!""Aku tidak punya," jawab Sofia.Seketika raut wajah Selena pun berubah jadi masam. "Terus untuk apa kamu datang? Mentertawakan aku?"Sikap Selena langsung membuat Sofia murka. Awalnya Sofia ingin membantu Selena untuk membujuk satpam, tapi sekarang Sofia berubah pikiran."Aku ada janji dengan temanku di dekat sini. Aku datang untuk memberitahumu bahwa aku nggak punya surat janji!" Sofia melambaikan tangan dan pergi. "Aku pergi dulu, kamu telepon saja Liam.""Bu Sofia." Seorang satpam keluar dan menyapa Sofia dengan ramah. "Ada apa Anda ke sini?""Hanya kebetulan lewat." Sofia tersenyum."Oh?" Satpam tertegun, lalu menjawab dengan canggung. "Baiklah, semoga harimu menyenangkan.""Terima kasih, kamu juga," jawab Sofia.Sesaat melihat interaksi Sofia dan satpam, Selena langsung menarik Sofia dan bertanya, "Kak, kamu kenal satpam ini?"Sebelum Sof
Read more

Bab 144

Sofia bertanya kepada Selena, "Kamu bawa berapa porsi?"Memang Sofia yang memasak, tetapi Selena yang membungkusnya. Menata dan membungkus makanan tidak memerluka keahlian khusus, jadi Sofia membiarkan Selena yang mengaturnya.Selena menunduk untuk menghindari tatapan Sofia. Entah kenapa suara Selena terdengar gemetaran. "Satu porsi, untuk Pak Liam. Kenapa?""Tidak apa-apa." Sofia tidak berhak menyalahkan Selena. Sofia sendiri pun lupa untuk mengingatkan Selena untuk berterima kasih kepada Evano."Kamu naik duluan, ruangan Pak Liam ada di lantai 69. Setelah sampai, kamu tanyakan saja ruangannya kepada pegawai di sana. Aku mau pergi membeli beberapa barang untuk Pak Evano, kemarin dia juga membantumu," kata Sofia."Oh iya, ada Pak Evano!" Selena baru ingat, lalu memukul kepalanya sendiri. "Astaga, kok aku bisa lupa?"Kebetulan pintu lift terbuka, Selena buru-buru masuk dan meninggalkan Sofia. "Terima kasih, Kak."Meskipun Sofia tidak berharap Selena berinisiatif menemaninya pergi membel
Read more

Bab 145

Semua orang, termasuk Selena pun tertegun mendengar jawaban Sofia.Wanita bergaun putih ini bertanya, "Bagaimana kamu membuktikan kalau kamu adalah keluarganya Pak Liam? Siapa tahu kamu cuma wanita genit yang berusaha mendekati atasan kami?"Wanita bergaun putih melirik Sofia dengan sinis.Selena langsung memeluk Sofia sambil menangis. "Kak, mereka menindas aku! Aku mau berterima kasih kepada Pak Liam, tapi mereka malah menuduhku mau menggoda Pak Liam."Wanita bergaun putih tertegun saat mendenga Selena memanggil Sofia dengan panggilan kakak."Kamu kakaknya? Tadi dia bilang ke aku kalau dia adalah temannya Pak Liam. Dasar penipu! Cepat, seseorang, tolong hubungi satpam untuk mengusir mereka!"Resepsionis bergegas mengambil telepon dan memanggil satpam ke atas. Sofia tidak takut, semua satpam di perusahaan ini mengenalinya."Aku memang keluarganya Pak Liam. Kalau tidak percaya ...." Sofia mengeluarkan ponselnya. "Aku akan meneleponnya.""Aduh, kuno banget akal-akalanmu. Tadi adikmu suda
Read more

Bab 146

"Hah?" Sofia menunduk, lalu tersenyum canggung. "BUkan ...."Selena langsung memanfaatkan kesempatan ini, dia maju dan menunjuk kantong yang dibawanya. "Ini untuk Anda."Liam hanya meliriknya, dia tidak kelihatan tertarik. Kemudian Liam menggandeng tangan Sofia dan berkata, "Ayo, ke ruangan aku."Semua orang terkejut melihat pemandangan ini. Selena pun hanya bisa mengikuti dari belakang, dia menggertakkan giginya dengan kesal.....Ukuran ruangan Liam jauh lebih kecil daripada yang Sofia bayangkan. Ukuran ruangan ini kurang lebih sama dengan ukuran kamarnya.Di ruangan ini hanya ada sebuah meja, beberapa kursi, lemari buku, dan sofa untuk menyambut tamu. Ruangan ini didominasi dengan warna hitam, putih, dan abu-abu. Dibandingkan dengan ruang kerja, suasana di ruang ini lebih terasa seperti ruang baca yang ada di rumah.Liam menggandeng Sofia dan mengajaknya duduk di sofa. Meskipun Liam melingkarkan tangannya di belakang pinggang Sofia, dia tidak benar memeluknya."Ada apa kamu ke sini?
Read more

Bab 147

Selena lebih panik dibandingkan Sofia."Pak Liam, maafkan aku, aku tidak tahu." Selena buru-buru mengemas semua makanan yang telah disiapkannya dan memikirkan cara untuk menebus semua ini. "Aku, aku akan mentraktirmu makan di luar. Pilih saja restoran yang kamu sukai.""Tidak perlu." Liam menolak dengan tegas. "Aku menolongmu karena aku mengkhawatirkan kakakmu. Kalau mau berterima kasih, harusnya kamu berterima kasih kepada kakakmu."Dalam sekejap senyuman Selena pun membeku. Namun dia segera menata kembali emosinya dan menatap Sofia sambil berkata dengan manis, "Aku sangat berterima kasih kepada kakakku, tapi Pak Liam telah menyelamatkan aku dari preman itu. Pak Liam bahkan sampai terluka, aku harus berterima kasih kepadamu juga."Terluka? Sofia refleks melirik ke arah Liam.Kemarin Liam dan Evano berhasil melumpuhkan para preman itu. Sejak polisi datang sampai pulang ke rumah, Liam sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda kesakitan. Jadi, Sofia mengira mereka baik-baik saja. Tidak d
Read more

Bab 148

Liam membuka satu per satu kancing kemejanya. Gerakan Liam lambat dan elegan.Sofia sontak membelalak, tatapannya tertuju kepada leher dan dada Liam yang putih bersih. Sofia sudah pernah melihat setiap inci tubuh Liam. Dadanya yang bidang, perutnya yang berotot ....Sofa mengerutkan alis sambil mendesak Liam. "Ce-cepat buka kemejamu!"Liam tersenyum dan mengolok Sofia. "Kamu sudah tidak sabar?"Sofia baru sadar ucapannya barusan memang agak rancu. Dengan wajah memerah, Sofia pun berkata, "Aku ... hanya ingin melihat lukamu."Liam melirik Sofia, lalu melemparkan kemejanya ke samping sambil menyeringai misterius. Kemudian dia meletakkan kedua tangannya di pinggang, lalu berbisik dengan lembut di telinga Sofia, "Kalau kamu mau melakukan hal yang lain ... juga boleh."Suara Liam terdengar lembut, mengolok-olok, tapi juga menawan. Wajah Sofia terasa panas, dia ingin mendorong Liam, tetapi takut kalau tersentuh lukanya.Liam memperhatikan bulu mata Sofia yang bergetar dan tangannya yang dige
Read more

Bab 149

Aroma obat yang menusuk dan bau sontak membuat Liam mual. Rasanya Liam mau melarikan diri, tapi kerinduan akan sentuhan ini membuatnya rela menahan semua aroma yang tidak enak ini.Liam menggigit bibir bawahnya dengan erat, dia sedang berusaha menahan hasrat yang bergejolak di dalam dirinya.Ketika melihat ekspresi Liam, Sofia mengira kalau pijitannya terlalu kuat hingga membuat Liam kesakitan. "Sakit, ya?""Tidak." Liam menggelengkan kepala.Jangankan pijatan seperti ini, Liam bahkan pernah tertembak dan terluka. Pijatan ini sama sekali tidak ada rasanya bagi Liam."Kalau sakit, bilang ke aku, ya!" Sofia terus berpesan.Ketika Evano membuka pintu ruangan Liam, dia terkejut mendengar ucapan Sofia. Yang lebih mengejutkan lagi, Evano melihat Sofia sedang mengusap Liam yang sedang berbaring.Evano benar-benar terkejut, pikirannya langsung mengembara ke mana-mana."Maaf!" Evano membalikkan badan dengan panik. "Aku tidak melihat apa-apa. Kalian lanjutkan saja.""Kembali!" Sofia berteriak..
Read more

Bab 150

Sofia bingung mendengarkan serangkaian tuduhan Niel."Aku jawab telepon sebentar," Sofia berbicara kepada Liam sambil menutup pengeras suaranya."Em." Liam mengangguk.Sesampainya di depan restoran, Sofia baru bertanya dengan lantang kepada Niel, "Kapan aku mengajak dia ke bar?""Selama beberapa hari ini Selena bersamamu. Kalau bukan kamu, siapa yang mengajaknya ke bar?" Niel menyerang Sofia.Sikap Niel sontak membuat Sofia murka. Walaupun suaranya tenang, tatapan Sofia terlihat sangat dingin. "Maaf, Pak Niel. Aku tidak tidak membawa pacarmu ke bar. Aku tidak tahu dia pergi dengan siapa. Kalau kamu penasaran, tanyakan langsung kepada dia, jangan asal menebak dan menuduh orang yang tak bersalah. Aku memang tidak pintar menjaga orang, jadi silakan jaga pacarmu sendiri baik-baik."Jawaban Sofia membuat Niel terdiam."Oh ... satu lagi. Demi menyelamatkan pacarmu, Pak Liam dan Pak Evano sampai mengalami luka ringan." Sofia sengaja menekankan kalimat ini. "Bagaimana Pak Niel akan bertanggung
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
65
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status