Liam membuka satu per satu kancing kemejanya. Gerakan Liam lambat dan elegan.Sofia sontak membelalak, tatapannya tertuju kepada leher dan dada Liam yang putih bersih. Sofia sudah pernah melihat setiap inci tubuh Liam. Dadanya yang bidang, perutnya yang berotot ....Sofa mengerutkan alis sambil mendesak Liam. "Ce-cepat buka kemejamu!"Liam tersenyum dan mengolok Sofia. "Kamu sudah tidak sabar?"Sofia baru sadar ucapannya barusan memang agak rancu. Dengan wajah memerah, Sofia pun berkata, "Aku ... hanya ingin melihat lukamu."Liam melirik Sofia, lalu melemparkan kemejanya ke samping sambil menyeringai misterius. Kemudian dia meletakkan kedua tangannya di pinggang, lalu berbisik dengan lembut di telinga Sofia, "Kalau kamu mau melakukan hal yang lain ... juga boleh."Suara Liam terdengar lembut, mengolok-olok, tapi juga menawan. Wajah Sofia terasa panas, dia ingin mendorong Liam, tetapi takut kalau tersentuh lukanya.Liam memperhatikan bulu mata Sofia yang bergetar dan tangannya yang dige
Aroma obat yang menusuk dan bau sontak membuat Liam mual. Rasanya Liam mau melarikan diri, tapi kerinduan akan sentuhan ini membuatnya rela menahan semua aroma yang tidak enak ini.Liam menggigit bibir bawahnya dengan erat, dia sedang berusaha menahan hasrat yang bergejolak di dalam dirinya.Ketika melihat ekspresi Liam, Sofia mengira kalau pijitannya terlalu kuat hingga membuat Liam kesakitan. "Sakit, ya?""Tidak." Liam menggelengkan kepala.Jangankan pijatan seperti ini, Liam bahkan pernah tertembak dan terluka. Pijatan ini sama sekali tidak ada rasanya bagi Liam."Kalau sakit, bilang ke aku, ya!" Sofia terus berpesan.Ketika Evano membuka pintu ruangan Liam, dia terkejut mendengar ucapan Sofia. Yang lebih mengejutkan lagi, Evano melihat Sofia sedang mengusap Liam yang sedang berbaring.Evano benar-benar terkejut, pikirannya langsung mengembara ke mana-mana."Maaf!" Evano membalikkan badan dengan panik. "Aku tidak melihat apa-apa. Kalian lanjutkan saja.""Kembali!" Sofia berteriak..
Sofia bingung mendengarkan serangkaian tuduhan Niel."Aku jawab telepon sebentar," Sofia berbicara kepada Liam sambil menutup pengeras suaranya."Em." Liam mengangguk.Sesampainya di depan restoran, Sofia baru bertanya dengan lantang kepada Niel, "Kapan aku mengajak dia ke bar?""Selama beberapa hari ini Selena bersamamu. Kalau bukan kamu, siapa yang mengajaknya ke bar?" Niel menyerang Sofia.Sikap Niel sontak membuat Sofia murka. Walaupun suaranya tenang, tatapan Sofia terlihat sangat dingin. "Maaf, Pak Niel. Aku tidak tidak membawa pacarmu ke bar. Aku tidak tahu dia pergi dengan siapa. Kalau kamu penasaran, tanyakan langsung kepada dia, jangan asal menebak dan menuduh orang yang tak bersalah. Aku memang tidak pintar menjaga orang, jadi silakan jaga pacarmu sendiri baik-baik."Jawaban Sofia membuat Niel terdiam."Oh ... satu lagi. Demi menyelamatkan pacarmu, Pak Liam dan Pak Evano sampai mengalami luka ringan." Sofia sengaja menekankan kalimat ini. "Bagaimana Pak Niel akan bertanggung
Secara samar-samar, Sofia mendengar satpam yang berusaha menghibur Sofia. "Non, jangan nangis lagi."Suara tersebut jelas bukan suara Niel."Di mana Niel? Dia tidak bersama kamu?" tanya Sofia."Jangan bahas dia lagi." Selena berlagak seolah Niel telah menyakitinya. Begitu membahas Niel, Selena langsung meninggikan suaranya."Kak, cepat jemput aku! Aku kedinginan di luar ...." Suara Selena terdengar lembut dan sesekali terisak, seolah sangat menyedihkan.Sebenarnya Sofia tidak mau menemui Selena. Setelah semua ucapan Niel, Sofia enggan menampung Selena di rumahnya lagi. Sofia tidak mau menambah masalah.Namun melihat kondisi Selena sekarang, tampaknya kurang pantas jika Sofia tidak turun untuk menemuinya. Akhirnya Sofia pun luluh.Sesampainya di gerbang, Sofia tidak melihat siapa pun di sana. Namun begitu menoleh, Sofia melihat Selena sedang duduk di dalam pos satpam.Satpam tampak memberikan beberapa lembar tisu sambil mengatakan sesuatu kepada Selena. Selena mengusap air matanya, lalu
Keinginan dan keberanian Selena patut dihargai. Namun Sofia tahu, keputusan Selena dibuat atas dasar emosi yang gegabah, bukan pertimbangan yang matang.Intinya selama ini Selena hidup dengan enak, dia tidak pernah mengalami kesulitan sedikit pun, makanya dia bersikap seperti ini."Tidak mudah mendapatkan pekerjaan di sini, terutama untuk orang-orang sepertimu. Kamu sudah lama lulus kuliah, tapi pengalaman kerjamu belum banyak. Pasti sudah untuk mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar." Sofia menjelaskan pandangannya kepada Selena.Sayangnya pandangan Sofia tidak dapat mengubah keputusan Selena. "Aku bisa meminta tolong pada temanku, mereka pasti akan merekomendasikan beberapa pekerjaan yang cocok untukku. Aku ingin belajar, jadi aku tidak terlalu mengharapkan gaji yang tinggi."Sofia menghargai keputusan Selena, dia pun berhenti membujuknya. Kalau tidak sakit, tidak akan belajar. Lagi pula ini adalah kehidupan Selena, Sofia tidak berhak mengaturnya."Sudah malam, mandi dan tidurlah.
"Kak, kok aku nggak pernah melihat kamu berkencan dengan Pak Liam?" Selena lanjut bertanya. "Kamu nggak makan bareng Pak Liam? Apakah aku perlu bersembunyi di kamar?"....Karena Selena terlalu sering membahas Liam, Sofia jadi curiga jangan-jangan Selena menyukai Liam?Berdasarkan fakta, Sofia memang bukan pacar Liam yang sesungguhnya, tapi mereka memiliki ikatan kontrak. Ditambah, Selena juga memutuskan Niel secara sepihak, sedangkan Niel masih berusaha mendapatkan pengampunan dari Selena.Liam belum menikah dan tidak memiliki pacar, sah-sah saja kalau Selena menyukainya, tapi ....Sekarang Selena tahu bahwa Sofia dan Liam "berpacaran", kenapa Selena sama sekali tidak sungkan dan terus-menerus membahas Liam di depan Sofia?Sikap Selena sontak membuat Sofia risih. Akhirnya Sofia sengaja menjawab, "Ada, kok. Kadang-kadang kami berkencan di luar."Seketika ekspresi Selena pun berubah menjadi masam."Oh, kalian sering banget makan bersama?" tanya Selena."Iya," Sofia menjawab dengan santa
Wanita yang berdiri di belakang pria paruh baya langsung mengambil ponsel untuk menghubungi polisi.Kemudian pria paruh baya melempar sertifikat rumah yang diberikan, lalu menutup pintunya dengan keras. Untung saja Sofia sempat melangkah mundur, kalau tidak hidungnya terbentur pintu dan patah.Sofia tidak mengetuk pintu, dia menunggu di depan rumah hingga polisi datang. Dia tidak takut berhadapan dengan polisi.Kebetulan, Sofia juga ingin meminta pihak kepolisian untuk menyelidiki siapa yang menyewakan rumah Sofia tanpa seizinnya.Sekitar 20 menit kemudian, polisi tiba di depan rumah Sofia. Polisi menatap Sofia sambil mengerutkan alis. Bukankah pemilik rumah ini melaporkan ada wanita yang datang menipu mereka? Sofia tidak tampak seperti penipu. Lagi pula, mana ada penipu yang menunggu kedatangan polisi?"Kamu?" tanya salah seorang polisi yang tinggi."Ini rumahku dan aku tidak mengenali orang yang tinggal di rumah ini." Sofia memencet bel. "Tolong selidiki bagaimana mereka menyewa ruma
"Kamu juga tinggal di sini?" tanya polisi kepada Wina."Iya." Wina menunjuk ke arah rumahnya. "Aku tinggal di situ.""Kalian saling kenal?" tanya polisi sambil menunjuk Sofia."Tentu saja kenal, kami bertetangga selama 1 tahun lebih. Kami berkenalan saat Sofia sibuk merenovasi rumah," Wina menjawab dengan santai."Jangan-jangan kamu juga penipu? Kalian bekerja sama?" tanya pria paruh baya.Wina langsung berjalan ke rumahnya, lalu mengeluarkan kunci dan membuka pintu. "Sayang!""Ya?" Suami Wina menjawab, "Hari ini kamu lembur lagi? Malam banget pulangnya."Kali ini pria paruh baya tak dapat berkata-kata. Polisi langsung memerintahkannya, "Panggil pemilik yang kamu sebutkan itu!"Pria paruh baya mengambil ponselnya dan menelepon sambil menyalakan pengeras suara. Begitu mendengar suara di ujung telepon, Sofia langsung mengenalinya, itu adalah suara Bu Hutomo."Halo, Baron? Ada apa?" Bu Hutomo bertanya dengan ramah.Pria tersebut menjawab sambil menatap Sofia, "Ada seorang wanita yang data
Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers
Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak
Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma
"Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint
Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva
"Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila
Setelah selesai memeriksa dokumen yang dikirimkan, Liam mengambil telepon dan menghubungi Marco. "Cari tahu apakah ada orang bernama Yaga Hutomo yang pernah mengirimkan lamaran ke perusahaan."...."Pak, orang bernama Yaga Hutomo pernah melamar di Fargo Investment." Marco bergegas memeriksa dan melaporkannya kepada Liam.Fargo Investment adalah salah satu anak perusahaan Grup Charula yang bergerak di bidang jasa keuangan.Liam mengetuk meja dengan menggunakan jari telunjuk. "Terima lamarannya, segera urus prosedur perekrutan."Asalkan Keluarga Hutomo berhenti mengganggu Sofia, Liam bersedia memberikannya pekerjaan.....Tak terasa, hari Sabtu pun tiba.Pagi-pagi sekali, Evano datang ke rumah Liam. "Sudah siap? Ayo, berangkat!"Liam masih mengenakan piyamanya dan duduk di ruang tamu sambil menikmati secangkir kopi.Liam tampak tersenyum saat memegang ponselnya. Sorotan matanya berbeda dari biasanya.Evano tidak kesulitan menebak, hanya Hesper dan Sofia yang bisa membuat Liam bersikap le
Keluarga Hutomo adalah sebuah keluarga sederhana yang tidak memiliki kuasa maupun koneksi.Saat Glen masih hidup, warga desa sangat mengidolakan Keluarga Hutomo. Keluarga Hutomo dianggap berhasil mendidik kedua putranya. Glen bekerja di kota besar dan setiap bulan mengirimkan uang kepada orang tuanya, sedangkan Yaga adalah mahasiswa yang berprestasi.Ada banyak kerabat dan teman yang datang berkunjung ke rumah Keluarga Hutomo untuk menyanjungnya. Beberapa datang meminta Glen untuk merekomendasikan pekerjaan, sedangkan yang lainnya mencari alasan untuk meminjam uang.Kedua orang tua Glen paling mencintai uang, jangan harap bisa mendapatkan pinjaman uang dari mereka. Demi menjaga citra keluarga, kedua orang tua Glen memaksa Glen untuk membantu warga desa yang meminta pekerjaan. Tak hanya Glen, Sofia juga terkena imbasnya.Di dunia ini tak ada teman maupun musuh yang abadi. Sejak Yaga kembali ke kampung halaman, warga desa malah berbalik menghina Keluarga Hutomo. Terutama orang-orang yang
Liam takut.Sejak bertemu kembali dengan Sofia, Liam tidak jarang merasa ketakutan. Jantungnya berdegup kencang setiap menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan Sofia.Keluarga Hutomo mengganggu kehidupan Sofia demi mendapatkan uang.Mengingat semua perbuatan Keluarga Hutomo kepada Sofia, Liam yakin Sofia sudah muak berhubungan dengan mereka.Yang Liam khawatirkan kalau Keluarga Hutomo menggunakan kematian Glen untuk meluluhkan hati Sofia. Bagaimanapun Liam pernah menikahi Sofia, sedikit banyak dia memahami karakter Sofia.Sofia selalu berkata tidak peduli, tetapi asalkan dibujuk terus, lama-lama hatinya pun luluh.Liam berharap Sofia hanya luluh kepadanya, bukan kepada orang lain.Liam mengernyit, kilatan cahaya gelap melintas di matanya. Glen sudah meninggal, segala sesuatu mengenainya harus musnah dari dunia ini agar tidak ada lagi yang mengganggu Sofia.Di dalam dokumen yang dikirimkan, tatapan Liam berlabuh pada foto Yaga Hutomo, adik kandung Glen Hutomo.Dulu Yaga adalah mahasiswa