All Chapters of Istri yang Kau Selingkuhi Ternyata Anak Pewaris: Chapter 151 - Chapter 160

230 Chapters

Bab 151. Malam Pertama

Tok! Tok! Tok!"Put! Kamu baik-baik saja? Kok lama banget di dalam?"Suara Raffi mengagetkanku."Ah, iy Fi, aku baik-baik saja, sebentar ya.""Oke. Aku kira kamu kenapa-napa dalam lama banget."Aku menyahut dari dalam, walau sebenarnya aku masih mondar mandir kebingungan di dalam kamar mandi.Sesaat hening, sepertinya Raffi sudah tak ada di depan pintu kamar mandi lagi. Aku tak menyerah, aku coba lagi mencari baju yang bisa kukenakan, koper yang masih berantakan karena isinya sudah berceceran di lantai kamar mandi. Biarlah, untung saja ini kamar mandi kering, bagian basah ada agak kedalam, tertutupi oleh pintu kaca.Akhirnya aku mengenakan yang berwarna salem, masih jenis lingerie juga, berbahan satin silk akan tetapi model kimono. Okelah tak terlalu terbuka. Mini dress dengan bahu terbuka tapi lebih baik karena ada kimono yang menutupi bahu dan dada, dan ada tali yang bisa di ikat ke depan.Aku memasukkan kembali semua baju yang tadi keluar dari koper, kemudian menutupnya. Aku mulai
Read more

Bab 152. Makan dulu

"Permisi! Pesanan makanan atas nama Ibu Putri." Terdengar suara seorang petugas hotel di ambang pintu.Oh ya, aku baru ingat tadi aku sempat menghubungi petugas hotel memesan makanan untuk makan malam kami, aku lupa menyampaikannya pada Mas Raffi."Sayang, kamu pesan makanan?" teriak Mas Raffi padaku."Iya Mas," sahutku dengan sedikit berteriak dari dalam."Iya, Mas, Istri saya yang pesan, terimakasih ya." sayup-sayup terdengar suara Mas Raffi pada petugas hotel. Kemudian suara pintu di tutup kembali dan Raffi masuk sambil mendorong troli makanan."Kamu tau aja kalau aku juga sudah lapar banget," ucap Raffi setelah melihat makanan yang tertata rapi di atas meja troli makanan itu."Tau lah, aku juga kan lapar." Aku bangkit berdiri dan mulai menyiapkan nasi serta lauk pauk untukku dan Mas Raffi."Pengertian banget sih, sebelum tempur isi bensin dulu, biar nggak lemes, ya kan, hayoo ngaku," ucap Mas Raffi sambil mendekat dibelakangku. Mulai deh sifat usil dan tukang meledeknya kambuh. Te
Read more

Bab 153. Malam yang Indah

Selesai makan, aku membereskan semua bekas makan kami, menumpuk piring jadi satu dan mendorong troli makanan ke dekat pintu, jadi saat nanti petugas hotel datang, bisa langsung membawanya.Sedangkan Mas Raffi masih menatap ke arah luar jendela. Aku menghampirinya."Minum, Mas." Aku menyodorkan satu gelas minuman jeruk hangat padanya."Terimakasih.""Kenapa kok ngelamun nggak kayak biasanya," ucapku padanya."Nggak apa-apa. Aku, masih nggak nyangka aja, akhirnya aku bisa sama-sama sama kamu, aku bersyukur, terimakasih ya, sudah mau menjadi istriku, menerima semua kekuranganku," ucapannya, seketika membuat hati ini menghangat."Sama-sama. Aku juga nggak nyangka, kamu itu kan laki-laki yang banyak di gilai perempuan cantik, di kantor, tapi kamu justru memilihku, aku so merasa ....""Merasa apa?""Beruntung. Apalagi aku ini, hanya orang biasa dan ya, yang kamu tahu, aku ini ....""Sssttt! Bagiku kamu itu luar biasa, dan aku suka semuanya yang ada pada dirimu. Bagiku cuma sama kamu hati in
Read more

Bab 154. Gelora cinta

Aku membuka pelan pintu kamar mandi, dan netra ini langsung memindai seluruh kamar. Ternyata Mas Raffi kembali terlelap.Setengah berlari aku menuju nakas mencari mukena untuk salat. Selesai mengenakan mukena, baru aku membangunkan Mas Raffi."Mas bangun, ayo salat subuh dulu, keburu waktunya habis lho," ucapku sambil sedikit menggoyangkan tubuhnya, ia menggeliat, kemudian pelan-pelan membuka matanya dan menatapku."Kamu udah salat subuh?" Aku mengangguk. Padahal belum, tentu aku menunggunya, untuk salat berjamaah bersama.Dahinya mengernyit."Kok nggak nungguin aku sih," ucapnya berdecak kesal."Hehe, belum kok, aku nungguin kamu, ayo cepetan mandi, aku tunggu." Aku berkata sambil tersenyum, ia pun ikut tersenyum hendak mengelus pipiku.Secepat kilat aku memundurkan kepalaku."Eeitss! Aku sudah wudhu lho! No!" Aku menggerakkan jari telunjukku tanda tak ingin di sentuh karena sudah ada wudhu.Mas Raffi pun segera bangkit, meraih celana pendek yang berada tak jauh dari tubuhnya kemudia
Read more

Bab 155. Surat Adrian

"Oh ini, dari Mas Adrian kemarin yang di titipkan melalui Dania," sahutku.Tapi wajah Mas Raffi seketika berubah, dan langsung mengambil surat itu dari tanganku."Mas, ak–"Raffi tidak merespon, ia langsung membaca isi surat itu.'Annisa, Selamat atas pernikahanmu, semoga Kau bahagia bersama suamimu yang sekarang.Aku selalu berdoa semoga kau selalu sehat dan bahagia.Aku minta maaf, dengan segenap hati, aku minta maaf pernah menyakitimu. Aku adalah orang paling tolol di dunia ini, yang telah menyia-nyiakan bidadari sepertimu. Sekali lagi aku sangat menyesal Nis.Kini setiap detik waktu yang berjalan, aku hanya bisa meratapi semua ini. Penyesalan yang membelenggu jiwa, hingga aku tak bisa berpikir jernih, memaksamu untuk kembali bersamaku. Tapi hal itu kini sudah menjadi hal yang sangat mustahil.Aku minta maaf.Aku ikhlaskan kau berbahagia dengan jalan yang kau pilih sesuai dengan pintamu saat itu. Selamat berbahagia Sayang.Dari lelaki bodoh di masa lalumu.Tertanda Adrian.'"Ikhla
Read more

Bab 156. Sebuah Syarat

"Eh kok gitu sih Sayang, jangan gitu dong!" Raffi mengejarku.Pintu lift terbuka aku pun langsung masuk. Namun saat pintu lift hampir tertutup kembali, Raffi sudah lebih dulu menyelinap masuk ke dalam."Yank, Kok gitu sih," ucapnya lagi."Biarin! Lagian aku lagi mode serius kamu malah gitu.""Aku kan bercanda, maksud aku pengin bikin kamu tersenyum gitu lho."Aku diam pura-pura merajuk."Please jangan ngambek," ungkapannya sambil berusaha memelukku."Inget lagi di lift nih, jangan sampai ada cctv bisa kena ciduk kita di kira pasangan mesum!" "Biarin, mesum sama istri sendiri juga.""Awas minggir, sempit nih!" Aku sedikit mendorong tubuhnya, untung saja di lift ini hanya ada kami berdua."Jangan gitu dong, cium nih, kalau masih ngambek." Aku makin mendelik menatapnya.Tapi Raffi justru memajukan tubuhnya semakin mendekat."Iya. Iya! Jangan gini ah, malu kalau di lihat orang!" Lagi aku mendorong tubuh kekarnya."Gitu dong, makanya jangan ngambek, ngambek aku cium ntar!"Duh, gini bange
Read more

Bab 157. Kedatangan si Pengganggu

Bukannya aku pesimis aku hanya takut tak bisa secepatnya memberikan keturunan untuk keluarga ini. Walaupun hasil pemeriksaan beberapa dokter semuanya mengatakan aku sehat. Kalau aku lihat, Mama Maya dan Papa Hendra dari sudut netra mereka sangat terlihat jelas, mereka begitu mengidamkan kehadiran cucu. *"Sayang kamu kenapa? Kok sejak tadi kayaknya banyak diam?" tanya Mas Raffi. Saat ini kami tengah mengemasi barang-barang kami, akan check out dari hotel, dan malam ini juga kami akan terbang ke pulau Dewata Bali."Aku nggak apa-apa Mas.""Kamu capek? Kalau kamu capek, kita bisa ambil penerbangan besok pagi aja," ucapnya lagi."Oh, enggak kok. Aku nggak apa-apa. Terbang malam ini pun oke."Kami pun sama-sama berkemas memastikan semua barang milik kami berdua sudah semuanya masuk ke dalam koper.Setelah semuanya selesai kami langsung turun, di bawah Papa dan Mama sudah menunggu di lobby."Sudah siap pulang siang ini?""Sudah Ma," sahutku."Nggak ada yang ketinggalan kan?""Nggak ada,
Read more

Bab 158. Bulan madu

"Sini kamu! Silakan pergi dari sini!" Raffi menarik kuat lengan Siena, dan menyeretnya hingga keluar pintu depan."Ngapain sih kesini, cuma bikin onar! Sudah berapa kali aku bilang, kita sudah selesai! Nggak ada lagi yang harus di bahas! Aku sudah nikah, dan aku mohon kamu jangan ganggu hidupku lagi!" sentak Mas Raffi seraya menghempaskan dengan kasar tubuh Siena."Tega kamu Fi! Kamu tega! Kamu lupa dengan semua yang pernah kita lakukan! Bahkan kamu dulu sangat memujaku. Aku yakin pernikahan kamu dengan perempuan sok suci itu pasti hanya pelarian semata kan? Aku tahu di hati kamu hanya ada aku kan Fi?! Ayolah, sekarang aku sadar, aku datang untuk kembali sama kamu, aku mau kita sama-sama lagi kayak dulu, ayolah Fi, aku janji nggak akan mengulangi kesalahanku. Aku minta maaf, aku khilaf. Sekarang laki-laki yang aku cintai hanya kamu seorang Raffi! Aku cinta kamu Sayang."Aku menajamkan pendengaran dan melihat wanita itu dengan penuh drama menarik simpati Mas Raffi.Benar-benar sudah gi
Read more

Bab 159. Salahkah dengan statusku?

"Indah banget ya Mas, pemandangannya.""Iya."Salah satu bukti kebesaran Allah, yang menciptakan semua pemandangan yang memukau, bak di dalam lukisan. Sangat indah.Lautan lepas berwarna biru, debur ombak bersahutan, membuat siapapun akan betah berlama-lama di sini, menatap birunya lautan bersamaan dengan semilir angin yang berhembus mengibarkan hijab berwarna abu-abu yang kukenakan.Aku menatap ke bawah, kakiku yang basah oleh air laut karena terbawa ombak, lalu kemudian surut dan disusul lagi oleh ombak yang lain. Begitu terus hingga pasir putih yang lembut dibawah telapak kaki, perlahan makin membenamkan kakiku di bawah sana.Pelan kurasakan satu tangan Mas Raffi merangkul pundakku, kami sama-sama menikmati indahnya ia panorama alam yang begitu indah. Menatap jauh hamparan laut yang luas berpadu dengan birunya langit cerah pagi ini.Lalu Mas Raffi menggandeng tanganku, mengajakku berjalan di sepanjang bibir pantai, menikmati setiap detik waktu yang kelak akan menjadi sebuah memori
Read more

Bab 160. Pesan tanpa nama

"Oh Tuhan, siapa lagi ini?" Aku mengusap wajahku, kemudian menatap wajah suamiku yang masih terlelap dalam damainya.Semoga saja dia bukan siapa-siapa.Aku masih sibuk dengan pikiranku, ketika tiba-tiba Mas Raffi menggeliat, perlahan matanya terbuka dan menatapku yang berada di sebelahnya dengan ponsel miliknya berada dalam genggamanku"Sayang, kamu lagi ngapain?" Ia sedikit terkejut."Enggak ngapa-ngapain. Cuma mau lihat-lihat foto-foto kita tadi di pantai." Aku mengukir senyum untuknya."Oh. Astaghfirullah! Aku belum salat salat dhuhur, jam berapa sekarang?" "Jam dua siang. Salat dulu Mas.""Kamu udah?" tanyanya."Udah, tadi kamu tidur pules banget, aku jadi nggak tega mau bangunin jadi aku salat duluan tadi.""Ya udah nggak apa-apa. Mas mau salat dulu."Ia pun bangun dan berjalan ke kamar mandi.Aku meletakkan kembali ponsel miliknya di atas nakas, biarlah nanti setelah Mas Raffi salat, aku baru akan menanyakan soal wanita yang mengirim pesan padanya.Aku merebahkan tubuhku di pem
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
23
DMCA.com Protection Status