"Sini kamu! Silakan pergi dari sini!" Raffi menarik kuat lengan Siena, dan menyeretnya hingga keluar pintu depan."Ngapain sih kesini, cuma bikin onar! Sudah berapa kali aku bilang, kita sudah selesai! Nggak ada lagi yang harus di bahas! Aku sudah nikah, dan aku mohon kamu jangan ganggu hidupku lagi!" sentak Mas Raffi seraya menghempaskan dengan kasar tubuh Siena."Tega kamu Fi! Kamu tega! Kamu lupa dengan semua yang pernah kita lakukan! Bahkan kamu dulu sangat memujaku. Aku yakin pernikahan kamu dengan perempuan sok suci itu pasti hanya pelarian semata kan? Aku tahu di hati kamu hanya ada aku kan Fi?! Ayolah, sekarang aku sadar, aku datang untuk kembali sama kamu, aku mau kita sama-sama lagi kayak dulu, ayolah Fi, aku janji nggak akan mengulangi kesalahanku. Aku minta maaf, aku khilaf. Sekarang laki-laki yang aku cintai hanya kamu seorang Raffi! Aku cinta kamu Sayang."Aku menajamkan pendengaran dan melihat wanita itu dengan penuh drama menarik simpati Mas Raffi.Benar-benar sudah gi
"Indah banget ya Mas, pemandangannya.""Iya."Salah satu bukti kebesaran Allah, yang menciptakan semua pemandangan yang memukau, bak di dalam lukisan. Sangat indah.Lautan lepas berwarna biru, debur ombak bersahutan, membuat siapapun akan betah berlama-lama di sini, menatap birunya lautan bersamaan dengan semilir angin yang berhembus mengibarkan hijab berwarna abu-abu yang kukenakan.Aku menatap ke bawah, kakiku yang basah oleh air laut karena terbawa ombak, lalu kemudian surut dan disusul lagi oleh ombak yang lain. Begitu terus hingga pasir putih yang lembut dibawah telapak kaki, perlahan makin membenamkan kakiku di bawah sana.Pelan kurasakan satu tangan Mas Raffi merangkul pundakku, kami sama-sama menikmati indahnya ia panorama alam yang begitu indah. Menatap jauh hamparan laut yang luas berpadu dengan birunya langit cerah pagi ini.Lalu Mas Raffi menggandeng tanganku, mengajakku berjalan di sepanjang bibir pantai, menikmati setiap detik waktu yang kelak akan menjadi sebuah memori
"Oh Tuhan, siapa lagi ini?" Aku mengusap wajahku, kemudian menatap wajah suamiku yang masih terlelap dalam damainya.Semoga saja dia bukan siapa-siapa.Aku masih sibuk dengan pikiranku, ketika tiba-tiba Mas Raffi menggeliat, perlahan matanya terbuka dan menatapku yang berada di sebelahnya dengan ponsel miliknya berada dalam genggamanku"Sayang, kamu lagi ngapain?" Ia sedikit terkejut."Enggak ngapa-ngapain. Cuma mau lihat-lihat foto-foto kita tadi di pantai." Aku mengukir senyum untuknya."Oh. Astaghfirullah! Aku belum salat salat dhuhur, jam berapa sekarang?" "Jam dua siang. Salat dulu Mas.""Kamu udah?" tanyanya."Udah, tadi kamu tidur pules banget, aku jadi nggak tega mau bangunin jadi aku salat duluan tadi.""Ya udah nggak apa-apa. Mas mau salat dulu."Ia pun bangun dan berjalan ke kamar mandi.Aku meletakkan kembali ponsel miliknya di atas nakas, biarlah nanti setelah Mas Raffi salat, aku baru akan menanyakan soal wanita yang mengirim pesan padanya.Aku merebahkan tubuhku di pem
Bab "Ingatan tentang Lidia tetap ada di sini. Dulu kami saling mencintai, namun ternyata dia sudah di jodohkan dengan seseorang oleh kedua orangtuanya sejak ia kecil. Istilah yang biasa orang sebut Kawin gantung. Saat orang tuanya tahu kami berpacaran masa SMA itu, mereka marah, dan melarang Lidia untuk bertemu denganku. Tapi cinta yang tumbuh diantara kami, sepertinya sangat kuat, Aku dan Lidia bahkan nekat mencuri waktu untuk bertemu saat jam sekolah berakhir. Sampai pada puncaknya, Orang tuanya langsung mendatangiku untuk tak lagi menemui Lidia, dan sejak saat itu, Lidia dipindahkan ke sekolah lain."Aku terkesiap mendengar cerita yang di ungkapkan oleh laki-laki yang beberapa hari lalu telah sah menjadi suamiku."Aku kira setelah lama tak berjumpa dengannya aku akan lupa tentangnya. Ternyata aku salah. Hampir satu tahun aku dekat dengan Siena ternyata semua itu tak mampu mengikis rasaku pada Lidia."Aku tercekat hingga tanpa sadar netraku berkaca-kaca menatap wajah laki-laki data
Sebuah kalung emas dengan liontin diamond yang berkilau, begitu indah, seketika membuatku netraku membeliak, karena terkejut bahagia bercampur haru, semuanya jadi satu.Model rantai kalungnya yang tipis dengan sebuah liontin berlian, sangat simpel namun begitu anggun dan elegan.Aku menatapnya dengan senyum merekah di bibir."Spesial aku memesan hadiah ini untukmu, anggap saja hadiah pertama dariku untuk istriku.""Masya Allah Mas, ini indah sekali. Terimakasih Mas." Ia mengangguk tersenyum, kemudian bangkit dari duduknya menyingkap sedikit hijabku dan memakaikannya di leherku.Untung saja makan malam spesial ini, tempat ini memang di sediakan khusus untuk kami berdua jadi tak ada pengunjung lain yang duduk di area ini. Jadi aman."Nah, cantik. Secantik orangnya.""Ah masak, makasih ya.""Ya. Aku suka melihatmu tersenyum." Ia meraih jemariku dan mendekatkan pada bibirnya. Mengecupnya cukup lama.Selesai makan kami sejenak menikmati suasana malam dari sini, pemandangan alam di bawah k
"Lidia," ucap Mas Raffi pada wanita itu."Raffi," gumamnya pelan.Ternyata Alina, gadis kecil cantik jelita ini adalah anaknya Lidia, wanita yang pernah menjadi ratu di hati suamiku, meski itu di masa lalunya."Ekhem!" Aku sengaja berdehem setelah beberapa saat mereka bersitatap. Keduanya langsung menoleh menyadari ada sesuatu."Ehm, Alina, sini Sayang," ucap Lidia lembut pada Putrinya."Mas Raffi kamu apa kabar?"Terlihat sekali suasana canggung diantara keduanya.Aku yang tadinya merendahkan tubuhku dengan Alina kini kembali berdiri tegap di sebelah Mas Raffi."Aku baik, oh ya, Lidia, kenalkan ini Putri, Istriku," ucap Mas Raffi seraya merangkul bahuku."Oh, ya. Saya Lidia, saya ....""Lidia ini teman SMA-ku dulu, Sayang," ucap Mas Raffi. Aku pun mengulas senyum padanya dan meraih uluran tangannya, kami berjabat tangan."Putri, aku senang bisa berkenalan denganmu Lidia.""Ah ya, sama. Nggak nyangka ya setelah sekian lama kita tak berjumpa, kita justru tak sengaja bertemu di sini. Ap
Sampai di Bandara Jakarta, kami sudah di jemput oleh Yanto untuk langsung pulang ke rumah Mama Maya."Alhamdulillah yang abis bulan madu sudah pulang, gimana? Seru? Lancar nggak?" Baru saja kami mendaratkan tubuh di sofa, sudah di berondong pertanyaan oleh Mama Maya."Alhamdulillah Ma," sahutku."Mama, anak baru pulang kok langsung di tanyain macam-macam. Biarlah mereka istirahat dulu, makan dulu, baru ngobrol dan tanya," tegur Papa."Ya Mama kan penasaran aja Pa.""Ya, yang pasti seru lah, Mama kayak nggak pernah ngerasain bulan madu aja.""Ya kalau kita kan udh lama banget dulu Pa, ya jelas beda lah," cetus Mama."Apa perlu kita bulan madu kedua? mumpung anak sudah married, jadi sudah tenang. Kita yang tua juga ndak kalah romantisnya sama yang muda, ya nggak Ma," ucap Papa, membuat aku dan Mas Raffi seketika saling pandang."Papa serius?" ucap Mama langsung antusias."Ya serius lah, kapan sih Papa pernah nggak serius sama Mama. Mau nggak?""Ya mau dong Pa. Ayok! Udah lama juga kita
"Hallo Tante.""Hallo Raffi! Kamu di rumah kan?" sahut Tante Syakira dari seberang sana, aku bisa mendengarnya karena ponsel Mas Raffi diloudspeaker."Iya Tante, ada apa?""Kamu tolong cari Dea Fi, sejak semalam dia belum pulang. Tante sudah menelpon teman-temannya tapi nggak ada yang tahu Dea ada di mana. Tante bingung harus minta tolong sama siapa lagi kalau bukan sama kamu Fi."Aku menghela napas mendengarnya. Sedangkan Mas Raffi hanya menatapku."Kenapa harus Raffi Tante. Aku harus cari dia di mana? Rumah teman-temannya aja aku nggak ada yang tahu," ketus Mas Raffi pada Tantenya itu."Ya kan kamu laki-laki, ya bisa lah kamu cari di tempat dimana sering anak muda itu pada nongkrong," ucap Tante Syakira sedikit memaksa."Ya tapi kan aku juga capek Tante, baru sampai Jakarta tadi malam.""Aduh Raffi please, tolonglah bantu Tante Fi, Tante bingung. Kamu masak tega sih, sama Tante sendiri nggak mau bantu.""Bukan begitu Tante, tapi–""Halah sudahlah, kamu memang selalu banyak alasan s
Dua bulan sudah terhitung sejak Adrian mulai datang hampir setiap hari ke rumah Yulia untuk membantu segala sesuatu kebutuhan Anita.Merawat orang lumpuh ternyata tidak semudah yang ia bayangkan. Tanpa rasa sungkan Adrian membantu mengangkat tubuh Anita jika hendak ke kamar mandi. Barulah setelah di bawa ke kamar mandi urusan mandi atau buang air akan di bantu oleh Yulia atau Sumi.Adrian duduk termenung di ruang tamu menunggu Anita yang sedang dimandikan oleh Yulia di dalam.Sebenarnya ia tak masalah membantu sampai sejauh ini, Adrian ikhlas. Hanya saja kalau Anita tetap tak merestui hubungan mereka, apa semua yang sudah ia lakukan ini akan sia-sia belaka?"Kenapa? Kok ngelamun? Kamu capek? Bantu Aku dan Mama?" Adrian terkejut tiba-tiba Yulia ada di sebelahnya."Oh, nggak aku lagi menikmati pemandangan bunga-bunga di halaman aja." Adrian berkilah."Oh. Kalau di rasa sudah tak sanggup membantu, katakan saja, aku nggak apa-apa."Adrian terdiam. Baginya cinta yang sudah terlanjur tumbuh
"Selamat pagi Tante," sapa Adrian hari Minggu pagi ini ia datang ke rumah Yulia. Kini Yulia sedang membawa ibunya yang duduk di kursi roda, bermaksud untuk menjemurnya di bawah sinar matahari pagi. Sebuah rutinitas yang tak pernah terlewatkan setiap pagi, agar tubuhnya Anita lebih segar.Adrian datang dengan membawa buah dan kue red Velvet kesukaan Anita.Anita diam, dari raut wajahnya masih memperlihatkan ketidaksukaannya pada Adrian, meski ia tahu Adrian adalah orang yang menolong nyawanya ketika waktu ia butuh transfusi darah. Anita tetap keras kepala, sekali tak suka maka sampai kapanpun ia tetap tak suka.Adrian tersenyum, ia paham dirinya masih belum diterima oleh Anita."Mulai sekarang Saya akan sering datang untuk menemui Tante. Jadi kalau ada apa-apa yang dibutuhkan, jangan sungkan untuk menghubungi saya, Tante."Anita mendelik mendengar ucapan Adrian."Memangnya kamu siapa?! Nggak! Nggak perlu kamu datang kemari sering-sering! Bikin mata sepet aja!" sentak Anita.Sedangkan Y
Semenjak hari itu Yulia benar-benar sulit ditemui, bahkan di kantornya, Adrian tak dapat menemuinya. Gadis itu benar-benar serius dengan ucapannya, yaitu ingin instrospeksi diri juga berpikir lebih jernih mengenai hubungan mereka ke depan.Jangan tanya bagaimana suasana hati Adrian. Tidak bisa mendengar suara Yulia, tak bisa melihat senyumannya, tentu rasanya sangat menyiksa.Ternyata sesakit diabaikan. Apa kabar dengan hati Yulia yang menunggu selama berbulan-bulan, menyembunyikan perasaannya sampai pada akhirnya Adrian menyambut cinta itu.Adrian tak pernah menyerah, ia kembali mencoba menghubungi Yulia melalui sambungan telepon.Namun tetap sama, tidak diangkat.Hingga lebih dari dua minggu kondisi ini berlalu. Adrian menyerah tak lagi mengubungi gadisnya. Ia sudah pasrah. Jika memang mereka ditakdirkan bersama maka insya Allah nanti mereka akan bersama-sama. Tapi jika memang takdir tak menyatukan mereka maka Adrian akan berusaha ikhlas.Ikhlas adalah titik terdalam sebuah perasaa
Mendadak wajah Adrian pucat, ia terlihat gugup menatap Yulia yang menatapnya tajam."Ehm, Li, aku akan jelasin ke kamu semuanya, dan kamu jangan dulu salah paham, oke." Yulia masih terdiam menunggu penjelasan seperti apa yang akan Adrian katakan.Setelah keduanya sama-sama diam untuk beberapa saat, Adrian meneguk jus alpukat miliknya."Aku khilaf telah bermain api di belakang Anisa," ucap Adrian jujur. Sebenarnya ia tak tahu lagi dari mana ia harus memulai bercerita, kata-kata seperti apa yang harus ia rangkai dan ia katakan pada Yulia.Ia tak ingin Yulia jadi salah tangkap dan jadi membencinya, Adrian tak sanggup jika harus kehilangan Yulia. Baginya Anisa sudah menjadi masa lalu, dan sekarang ia ingin menggapai masa depan bersama gadis manis yang tengah merajuk ini."Khilaf sampai berselingkuh dengan sepupunya istrimu, Yan?!" Yulia menggeleng tak percaya.Adrian tercekat, ia tak mampu membantah karena memang itu faktanya."Aku nggak nyangka kamu ternyata setega itu Yan. Apa kehadiran
"Aku pamit pulang ya Kak, kasihan Mama, pasti sudah menungguku pulang." Jari sudah hampir gelap, Yulia pun pamit untuk pulang.Putri mengantar Yulia hingga ke depan pintu gerbang, saat sebuah taksi mobil yang dipesan Yulia tiba di depan rumah Putri, Yulia langsung naik dan berlalu pulang ke rumahnya.Sepanjang perjalanan, perasaan Yulia gampang, antara tetap melanjutkan atau memilih mundur pada hubungannya dengan Adrian. Sesungguhnya jauh di lubuk hatinya, Yulia sangat mencintai laki-laki itu, sejauh ini, walaupun mamanya menentang keras hubungan mereka, selama ini ia tetap berdiri tegak, teguh pada pendiriannya, yaitu memperjuangkan cinta.Tapi menilik akan kisah masa lalunya Adrian, apakah laki-laki itu benar-benar bisa tulus mencintainya sepanjang hidup mereka? Seperti cintanya pada Adrian.Bagaimana kalau tiba-tiba Adrian mengulangi kesalahan yang pernah ia lakukan pada Anisa? Tentu saja hati Yulia akan hancur.Orang bilang sekali saja laki-laki berselingkuh maka tak menutup kemu
Mendadak raut wajah Putri berubah. Ia merasa kurang nyaman membahas lagi tentang masa lalunya."Ehm maaf Kak, maaf banget. Aku bukan bermaksud untuk mengingatkan Kak Putri tentang masa lalu Kakak, tapi aku sangat butuh informasi tentang Adrian." Yulia berkata dengan sungguh-sungguh.Ia tak ada maksud apapun, ia hanya ingin tahu tentang Adrian. Ia tak ingin salah dalam melangkah.Putri menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Kemudian ia meraih cangkir teh-nya, menyesapnya pelan, berharap ia bisa merasa lebih rileks sebelum memulai bercerita tentang mantan suaminya."Ehm, memangnya Yulia kenal Adrian dimana?" tanyanya yang merasa heran bagaimana bisa sosok Yulia yang terlahir dari keluarga terhormat, tumbuh menjadi gadis cantik, berpendidikan tinggi, dan kini memiliki karir yang bagus di perusahaan tempatnya bekerja, tiba-tiba saja kenal dengan Adrian yang notabenenya hanya laki-laki biasa.Yulia tersenyum kecil."Mas Adrian ... Dia calon suami Yulia Kak," jawabnya.Seketi
"Yulia, boleh Tante ngobrol sebentar?" tanya Maya setelah Adrian pamit pulang."Ada apa Tante?" Yulia mendaratkan bobotnya di sebelah Maya.Maya mengulas senyum lembut pada gadis disebelahnya. Yulia memang cantik, dia juga sangat penurut."Gimana kerjaan kamu? Lancar?" tanya Maya sekedar basa-basi."Alhamdulillah lancar Tante." Yulia menatap lekat wajah Maya, ia seakan bisa membaca gurat ekspresi tantenya yang terlihat sepertinya ada yang ingin beliau sampaikan."Ada apa Tante? Ada yang ingin Tante katakan sama Yulia?" tanya Yulia langsung pada intinya. Maya pun kembali mengulas senyum."Iya ada sedikit yang ingin Tante tanyakan." Yulia menegakkan tubuhnya seakan ia telah siap untuk mendengarkan apa yang hendak Maya tanyakan."Kamu serius sama laki-laki itu? Siapa itu tadi namanya, ehm ....""Adrian Tante.""Ah ya, Adrian. Apa kamu benar-benar serius dengan hubungan kalian?" "Iya Tante. Yulia sama dia sih serius, tapi masalahnya ada sama Mama, Mama nggak merestui hubungan kami, padaha
Semenjak hari itu Anita lebih banyak diam, tak lagi membahas tentang perjodohan pada Yulia.Sampai pada hari ini rumah Anita kedatangan sepupunya, yang tak lain adalah Maya–ibunya Raffi.Beberapa kali Maya datang ke rumah, dan dua kali menjenguk di rumah sakit. Melihat kondisi sepupunya yang kini terbaring di tempat tidur membuat Maya sedih, karena biasanya saat ada acara kumpul keluarga, Anita selalu menyempatkan diri untuk hadir di tengah-tengah mereka. Tapi kini semenjak ia mengalami kecelakaan, Anita seakan tersisih dari keluarga besarnya."Gimana keadaan kamu sekarang Mbak?" tanya Maya. Ia datang sendiri dengan di temani supir."Ya beginilah May, tak ada perubahan apapun, aku cuma wanita tua yang lumpuh, dan merepotkan," ketus Anita.Maya yang memang sudah sangat mengerti karakter Anita pun biasa saja."Sabar Mbak, namanya juga ujian. Alhamdulillah Yulia gadis yang baik, aku lihat dia merawatmu dengan baik."Anita hanya menghela napas. Putrinya memang gadis yang baik, cantik, ta
"Makan dulu Ma." Yulia menyuapi bubur untuk Anita. Namun Anita masih diam tak bergeming."Ma, makanlah sedikit," pinta Yulia lagi, pasalnya semenjak sadar dari komanya mamanya lebih banyak diam, tak mau makan.Akibat kecelakaan yang menimpanya dan masalah pada saraf otaknya, menyebabkan kedua kaki Anita tak bisa digerakkan. Lumpuh.Segala sesuatunya harus di bantu. Yulia jadi sering ijin tak masuk kantor, untungnya pihak kantor berbaik hati memberikan dispensasi karena selama mengabdi pada perusahaan kinerja Yulia bagus."Kamu nggak masuk kerja lagi?" tanya Anita.Beruntung meski kakinya lumpuh, dalam berbicara Anita masih lancar, tak ada masalah."Nggak usah pikirkan tentang kerjaanku Ma, yang penting sekarang Mama harus makan biar cepat sembuh," sahut Yulia."Assalamualaikum, selamat pagi." Tiba-tiba pintu ruang rawat Anita terbuka, menampakkan sosok Adrian.Melihat kehadiran Adrian, Anita langsung membuang muka."Ini aku bawakan buah-buahan dan brownies untuk Tante Anita." Adrian m