Semua Bab Kembalinya Istri Kaya sang CEO: Bab 81 - Bab 90

173 Bab

Bab 81 Kunjungan Yunita

Sampai pagi datang, Diaz tak kunjung membalas pesan dari Ellen. Jelas-jelas pesan itu sudah dibaca. Ellen yang kesal pun mengumpati sang kakak. “Dasar pria tak berhati, bisa-bisanya dia mengabaikan pesanku.” Ellen yang khawatir dengan keadaan Diaz, akhirnya memutuskan untuk datang ke rumah kakaknya. “Kamu mau kemana, Len? Kenapa rapi sekali?” tanya Noah yang sudah berada di meja makan bersama kedua orang tua-nya. “Aku mau ke rumah bang Diaz. Khawatir ada apa-apa, pesanku tidak dibalas,” jawab Ellen dengan kesal. “Kamu seperti tidak hafal kelakuan Diaz saja, Len,” sahut Henry. Ellen protes dengan ucapan ayahnya, sebab saat ini kondisinya berbeda, kakaknya itu masih dalam pemulihan. “Diaz baik-baik saja, Len. Kamu tak perlu khawatir…” Yunita menjeda ucapannya, ia ragu akan mengatakan atau tidak jika Karen saat ini tengah hamil. Pada akhirnya ibu tiga anak itu memilih untuk tidak mengatakannya. “Syukurlah kalau baik-baik saja. Tapi aku akan tetap ke sana. Aku rindu dengan si keci
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-03
Baca selengkapnya

Bab 82 Lagi-lagi Soal Bisnis

Semua mata memandang ke arah sumber suara. Ratna mengajak mereka untuk makan siang bersama. Bahkan Ellen dan Ken sudah berada di meja makan sejak tadi.“Seadanya mbak, ayo kita makan,” ajak Ratna.Arashi memimpin doa sebelum mereka menyantap makanan yang sudah terhidang lengkap di meja.Ratna mengawali percakapan dengan menanyakan perkembangan butik yang di rintis oleh Ellen. Gadis itu mengatakan bisnisnya sudah mulai berjalan lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.Segmen pasar butiknya menyasar semua kalangan, baik menengah ke atas, maupun menengah ke bawah. Hanya saja ia membuat dua brand yang berbeda untuk masing-masing segmen.Hal itu ia lakukan setelah berdiskusi panjang dengan Diaz dan Rain. Yunita terkejut mendengar penuturan anak bungsunya. Ternyata putrinya itu justru berhubungan baik dengan Rain. Tanpa Yunita dan Diaz, ketahui baik Noah dan Ellen memang berhubungan baik dengan Rain. “Kamu memang hebat, Len. Darah bisnis fashion mbak Yunita menurun padamu,”
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-03
Baca selengkapnya

Bab 83 Inspeksi Dadakan

Arashi tiba-tiba menghampiri Karen dengan wajah yang serius.“Ada apa kak? Kenapa wajahmu serius sekali?” tanya Karen.Arashi justru tertawa, lalu berkata, “Aku sengaja memasang wajah serius agar kamu serius.”Karen mencebikkan bibir, lalu menggerutu.“Katakanlah, aku tahu ini serius,” beo Karen.Sebelum memulai pembicaraan, Arashi lebih dulu menanyakan kondisi Karen saat ini. Sekiranya bisa diajak berdiskusi atau tidak. Arashi ingin membicarakan perihal apa yang disampaikan oleh Diaz. Secara mendadak mereka melakukan rapat berdua. Membuat rancangan dan kerangka pekerjaan baru, seperti rencana riset dan bahan yang akan dijadikan objek atau kelinci percobaan.Setelah dua jam mereka berkutat dengan internet, melihat beberap referensi iklan dan promosi dari berbagai macam brand dengan segmen yang berbeda-beda. Akhirnya mereka mendapatkan gambaran tentang pola promosi dan periklanan di Indonesia. Semua itu mereka simpulkan dalam sebuah rancangan yang diperlukan untuk proyek dada
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-04
Baca selengkapnya

Bab 84 Menghabisi Biang Kerok

Karen membelai lembut kepala sang suami, ia juga memandangi perban di kepala suaminya.“Apa masih sakit?” tanya Karen.“Sedikit, terkadang di luka itu juga terasa nyeri,” keluh Diaz.Karen mencium perban tersebut sembari membisikkan kata-kata penyemangat. Tidak ada rasa jijik sama sekali. Wanita itu seperti lupa akan aroma tubuh suaminya.Diaz mengucapkan terima kasih lalu mencium punggung tangan istrinya.Netra mereka saling meyelami satu sama lain. Namun, harum tubuh Diaz mulai mengganggu indra penciuman Karen. Ia mulai menunjukkan tanda mual.bDiaz pun langsung mendesah, diiringi dengan terlihatnya deretan gigi putih sang istri—nyengir.Untuk mentralkan suasana yang mendadak canggung, Karen memberikan berkas yang tadi telah ia buat bersama Arashi.“Apa ini?” tanya Diaz.“Lihatlah,” ucap Karen.Diaz mendudukkan tubuhnya, lembar demi lembar ia membaca berkas yang masih di tulis tangan itu.Diaz takjub, dengan isi rancangan itu. Terlihat sekali bahwa yang menyusun itu sangat
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-04
Baca selengkapnya

Bab 85 Diaz Dilarikan Ke Rumah Sakit

Kenapa bang Glen telepon sebanyak ini?” gumam Karen.Jantung Karen berdetak tak karuan. Ia khawatir terjadi apa-apa dengan Diaz—suaminya.“Halo, bang. Ada apa?” tanya Karen was-was.“Mas Diaz kenapa bang?” “Diaz dilarikan ke rumah sakit, Ren. Kami sekarang di rumah sakit Royal Wijaya sekarang, Ren. Segeralah datang kemari, aku jelaskan nanti,” jawab Glen dari sebrang sana.“Keadaannya bagaimana?”“Sedang ditangani, kamu jangan panik. Hati-hati di jalan.”Glen menutup sambungan telepon secara sepihak.Karen bersiap-siap, lalu mencari Arashi di kamarnya. Walau Glen berpesan untuk tidak panik, sepertinya hal itu tidak bisa ia lakukan. “Ada apa Ren?” tanya Arashi, ia sedikit terkejut melihat adiknya itu dengan kondisi panik.“Mas Diaz dilarikan ke rumah sakit, kak. Antar aku ke sana.”Walaupun terkejut, Arashi tidak banyak bertanya dan segera bersiap-siap. Sedangkan Karen mencari ibunya untuk berpamitan dan menitipkan Ken.“Apa dad akan baik-baik saja, mom?” tanya Ken.“Ki
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-05
Baca selengkapnya

Bab 86 Arashi Kembali Ke Jepang

Dari hasil pemeriksaan pagi ini, Diaz sudah diperbolehkan pulang. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, semuanya normal. Hanya saja dokter berpesan, agar Diaz tidak bekerja terlalu keras dan tidak boleh begadang, semua itu untuk menjaga kondisi tubuhnya. Terlebih bagian kepala yang masih rawan.Sesampainya di rumah, Diaz disambut gembira oleh Ken—putra kecilnya. Pria kecil itu berlari menghampiri ayahnya yang baru saja keluar dari mobil. Diaz langsung menggendong anaknya.“Dad sudah sembuh?” tanya Ken.“Tentu saja. Apa kamu merindukan daddy?” tanya Diaz.“Iya. Aku sangat rindu pada daddy,” jawab Ken mantap. Diaz pun mengecup pipi Ken dengan gemas.Karen terharu melihat interaksi ayah dan anak itu. Seperti baru kemaren mereka bertemu dalam keadaan Diaz yang membenciya. Kini mereka bertiga berkumpul bersama menjadi sebuah keluarga. Takdir memang tidak bisa ditebak oleh manusia. Tak terasa sejak pertemuan mereka hingga hari ini berjalan kurang lebih setengah tahun.“Dad harus cepat
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-05
Baca selengkapnya

Bab 87 Hanya Seekor Lalat

“Hai, nona cantik!” sapa pria itu.Karen terkesiap mendengar ada orang yang menyapa, ia memindai sekeliling, khawatir ada nona lain di sekitarnya. Kosong, hanya ada dirinya. Ia pikir yang menyapa itu adalah karyawan restoran sebab suara itu tak menyebut namanya, ternyata bukan. Karen mengingat-ingat siapa pria yang menyapanya itu. Seingatnya selama ia berada di Jakarta minim sekali bertemu dengan orang. Melihat lawannya bicara nampak kebingungan, pria itu akhirnya berdehem.“Apa Anda tidak mengingat saya, nona?” tanya si pria. Pria itu memaklumi jika Karen tidak mengingatnya, karena pertemuannya beberapa hari lalu hanya sebentar.“Ooh, ya. Saya ingat, pak David?” beruntung otak Karen dapat diajak kerjasama, memproses informasi dengan cepat.“Ya, syukurlah Anda masih mengingat saya nona. Saya pikir Anda tidak akan mengingat nama saya. Saya sangat senang,” ucap David penuh basa-basi. Karen hanya bisa memaksakan senyum—malas.“Waktu itu kita
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-06
Baca selengkapnya

Bab 88 Gara-gara Terlalu Bersemangat

“Ada apa sayang?” tanya Diaz yang baru saja terbangun, ia tekejut melihat istrinya yang meringis kesakitan. Setelah mendengar jawaban istrinya, Diaz beranjak dari tempat tidur, bergegas membersihkan diri, hanya sekedar mencuci muka dan berganti pakaian. Ia meminta Karen untuk menunggu sebentar. Karen memanggil suaminya, dari suaranya jelas sekali ia sedang menahan sakit, membuat Diaz panik. Jam dinding masih menunjukkan pukul 3 dini hari. Ia tidak mungkin menyetir sendiri mengingat kondisinya yang masih belum stabil. Pikirannya langsung tertuju pada Arashi, Diaz menggelengkan kepala, ia lupa jika iparnya baru saja kembali ke Jepang. Rain, hanya Rain yang bisa ia andalkan saat ini, ada baiknya juga ternyata mereka tinggal di kediaman Wijaya. “Sabar, sayang. Aku akan meminta Rain untuk mengantar kita ke rumah sakit.” Diaz bergegas menuju kamar Rain, lalu mengetuk pintu tiada jeda, seperti orang kesetanan. “Rain, bangun. Tolong aku! Cepat bangun!” ucap Dia
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-06
Baca selengkapnya

Bab 89 Siap Mengepakkan Sayap

Karen ikut melihat kearah telepon genggam milik suaminya. Di layar itu terpampang jelas nama Ellen—adik bungsu sang suami.“Kenapa tidak diangkat? Siapa tahu penting,” beo Karen.“Malas,” jawab Diaz yang masih fokus dengan laptopnya.Pada akhirnya, nada dering itu berhenti dengan sendirinya. Beberapa detik kemudian suara itu kembali menguar keseluruh penjuru ruangan.“Angkatlah, mas!”Walau dengan perasaan enggan, Diaz akhirnya mengangkat telepon tersebut, dari sebrang sana, suara Ellen terdengar seperti mercon yang sedang dibakar. Diaz bahkan sampai menjauhkan telepon genggam itudari telinganya. Karen terkikik saat melihat tingkah suaminya, si bungsu—Ellen—memang memiliki warna tersendiri di keluarga Pradana.Tanpa basa-basi Diaz mematikan sambungan telepon dan melmpar benda pipih itu ke sofa yang lain.Nada dering itu kembali bergema, Karen meminta izin suaminya untuk mengangkat telepon tersebut.“Halo, nona cantik “ sapa Karen.“Ah, sy
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-07
Baca selengkapnya

Bab 90 Memberi Kesempatan

Karen dan David melihat ke sumber suara. Karen tersenyum pada orang tersebut, sedangkan David menampakkan wajah kurang suka, ia berpikir kedatangan orang tersebut akan mengganggu dirinya yang sedang asik berbincang dengan Karen.“Maaf aku terlambat. Kamu sudah lama menunggu?”Karen akhirnya bisa bernafas lega, orang yang ia tunggu telah datang. Karen menatap adik iparnya, memberi kode untuk mengusir manusia yang ada di depannya.Ellen memang sudah mengamati David sejak tadi. Sebagai adik Diaz Pradana, sedikit banyak ia tahu tentang playboy cap kacang itu.“Oh hai, Ellen Pradana, lama tak berjumpa. Kau tak ingin menyapaku?” sapa David basa-basi.Ellen mendesis, lalu berkata, “Hai, pak David. Aku kira siapa!” Seraya tersenyum dengan terpaksa.“Pak David sudah selesai menggoda wanita cantik ini? Kalau sudah bisa tinggalkan kami? Kami ingin segera membicarakan hal-hal tentang wanita, kecuali kalau pak David ingin menjadi wanita,” usir Ellen, lalu terkekeh.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-07
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
18
DMCA.com Protection Status