“Ada apa sayang?” tanya Diaz yang baru saja terbangun, ia tekejut melihat istrinya yang meringis kesakitan. Setelah mendengar jawaban istrinya, Diaz beranjak dari tempat tidur, bergegas membersihkan diri, hanya sekedar mencuci muka dan berganti pakaian. Ia meminta Karen untuk menunggu sebentar. Karen memanggil suaminya, dari suaranya jelas sekali ia sedang menahan sakit, membuat Diaz panik. Jam dinding masih menunjukkan pukul 3 dini hari. Ia tidak mungkin menyetir sendiri mengingat kondisinya yang masih belum stabil. Pikirannya langsung tertuju pada Arashi, Diaz menggelengkan kepala, ia lupa jika iparnya baru saja kembali ke Jepang. Rain, hanya Rain yang bisa ia andalkan saat ini, ada baiknya juga ternyata mereka tinggal di kediaman Wijaya. “Sabar, sayang. Aku akan meminta Rain untuk mengantar kita ke rumah sakit.” Diaz bergegas menuju kamar Rain, lalu mengetuk pintu tiada jeda, seperti orang kesetanan. “Rain, bangun. Tolong aku! Cepat bangun!” ucap Dia
Read more