Semua Bab Kembalinya Istri Kaya sang CEO: Bab 91 - Bab 100

173 Bab

Bab 91 Si Penggoda

Ellen benar-benar tidak paham dengan apa yang dimaksud oleh kakak iparnya. Otaknya berpikir bahwa yang dimaksud oleh Karen adalah rancangan yang tadi sudah dibuat oleh wanita itu.“Aku setuju semuanya, aku tidak akan menolak kalau itu semua adalah ide dari otakmu yang cemerlang,” ucap Ellen santai.Perkataan Ellen sontak membuat Karen berdecak—gemas. Adik iparnya itu benar-benar tidak mengerti atau hanya pura-pura tidak mengerti dengan arah pembicaraannya.“Bukan itu maksudku, Len. Tapi perkembanganmu dengan Glen,” beo Karen langsung pada intinya.Ellen meringis, ia sama sekali tidak terpikir sampai di sana. Ellen mengatakan tidak ada yang berubah. Mereka hanya mengobrol seperti biasa.Karen langsung menepuk dahinya, dalam hati ia menggerutu, percuma saja diberi waktu berdua tapi tidak ada kemajuan.Mereka hanya berbincang sebentar lalu mengakhiri pekerjaan. Hamil membuat tubuh Karen terasa lebih cepat lelah, ingin sekali ia segera merebahkan tubuhnya d
Baca selengkapnya

Bab 92 Waspada

“Sayang, aku menantikan malam panas penuh gairah malam ini,” bisik Diaz.Setelah mengatakan itu, Diaz langsung menggendong Ken dan berjalan cepat menuruni tangga.“Diaz Pradana!” pekik Karen sekuat tenaga.Wanita itu kesal karena sejak tadi sang suami terus saja menggodanya.Rain yang mendengar teriakkan saudari kembarnya, manjadi ikut kesal, tanpa sadar ia berdecak.“Menikahlah, maka kamu akan tahu betapa asiknya menggoda istri,” ucap Adinata pada Rain, seraya mengerlingkan mata pada Ratna.Membuat wanita itu tersipu malu dan menepuk lengan Adinata.“Papi bisa aja,” balas Ratna.“Memangnya menikah semudah ngurus bisnis,” lirih Rain.“Yang pasti kalau menikah itu lebih nikmat daripada mengurus bisnis,” sahut Diaz lalu mendudukkan Ken di samping tempat duduknya.“Mas, besok aku akan ke butik Ellen,” ujar Karen, setelah mereka kembali ke kamar usai makan malam.Diaz tentu saja mengiyakan meski matanya tidak fokus pada sang istri.
Baca selengkapnya

Bab 93 Dibuntuti Orang Tidak Dikenal

Tidak sampai di situ saja David menggoda Diaz. Ia bahkan menunjukkan kartu nama yang Karen berikan. Kartu yang membuatnya sangat kesal, karena ia tak paham huruf kanji. Diaz nampak acuh, namun sesungguhnya ia memperhatikan kartu nama milik istrinya. Sebenarnya Diaz tak perlu khawatir tentang kartu nama tersebut, akan tetapi ia tetap saja tidak suka jika David memiliki kartu itu. Diaz akan membuat perhitungan dengan istrinya yang telah sembarangan memberikan kartu nama pada orang seperti David.Diaz langsung menyambar kartu nama itu, lalu mengantonginya di saku jas.“Terima kasih untuk hari ini, pak David,” pamit Diaz, tanpa mempedulikan David yang kesal kartu nama itu diambil begitu saja oleh Diaz.“Diaz Pradana, sialan. Kembalikan benda itu,” seru David.Diaz berjalan penuh kemenangan, senyumnya terukir lebar. Hal yang dulu tak pernah Diaz lakukan.Diaz menyuruh Glen melajukan mobil ke arah butik milik Ellen. Tanpa banyak bertanya Glen menuruti perintah atasannya. Ia sudah d
Baca selengkapnya

Bab 94 Pintu Belakang

Karen tersenyum, dugaannya benar. Tadi saat ia sedang menerima telepon dari Arashi, dari lantai dua tidak sengaja ia melihat ada mobil yang mencurigakan. Mobil itu hanya berhenti di pinggir jalan dan tak bergerak hingga Diaz pergi. Karen sengaja menampakkan diri untuk memperkuat asumsinya.Ternyata Karen benar, mobil itu tadi memang sengaja mengikuti suaminya. Dan saat ini berganti halauan mengikuti dirinya.“Ada masalah apa sebenarnya kamu, mas?” gumam Karen.“Sepertinya kalian ingin bermain-main denganku ya!” seru Karen. Karen memutar otak, tapi ia tak bisa gegabah dalam berindak.“Kita melaju pelan-pelan, mang Jun. Aku akan coba hubungi Rain lebih dulu. Untuk sementara ini, kita bermain-main dulu dengan mereka.”“Baik, non.”Karen menghubungi Rain, menceritakan detail kejadian saat ini. Rain meminta saudari kembarnya untuk bersikap biasa dan kembali ke rumah. Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.Meski semua sopir di keluarga Wijaya dibekali dengan ilmu beladiri b
Baca selengkapnya

Bab 95 Virus Menyerang

Karen mengulas senyum lalu memegang punggung tangan suaminya.“Akan aku usahakan, mas. Terima kasih.”Karen tidak bisa menjanjikan hal itu pada Diaz, bukan tak percaya pada suaminya, hanya saja Karen masih butuh waktu untuk menyesuaikan.Karen melepas pelukan suaminya, lalu menggeser posisi duduk menghadap ke arah sang suami. Menatap netra coklat sang suami. Memberi pria itu sedikit ketenangan, lewat sorot mata indahnya.“Kamu tak perlu cemas, mas. Dan…kamu harus lebih berhati-hati menghadapi lawanmu, akubakan selalu mendukungmu,” ucap Karen.Karen memeluk sang suami lalu membenamkan wajahnya di dada bidang itu.“Bisakah kamu ceritakan apa yang sebenarnya terjadi mas?” tanya Karen.Terasa Diaz menghela nafas pelan.“Aku tidak yakin. Aku masih menyelidiki semua ini, sayang.”Karen mengecup bibir suaminya.Diaz berpesan pada Karen agar lebih berhati-hati lagi saat keluar rumah dan harus bersama sopir.“Iya mas, untuk itu kamu tak
Baca selengkapnya

Bab 96 Berhati-hati,

Setelah memberi komando pada asisten pribadinya, Diaz kembali berkutat dengan komputernya.Namun, konsentrasinya telah buyar oleh kejadian tadi. Sejenak ia berpikir, “Bodoh sekali aku, merka pasti tidak hanya menyerang komputerku,” monolog Diaz, lalu memanggil Glen.“Panggilkan manajer divisi IT,” perintah Diaz pada Glen.“Ada apa lagi pak? Apa ada masalah?”“Cepat panggilkan, sejak kapan kamu dibayar hanya untuk banyak bertanya?” ketus Diaz.Dengan menggerutu dalam hati, Glen melakukan panggilan melalui interkom. Bos-nya itu memang paling pandai membuatnya spot jantung.Tak berselang lama, manajer divisi IT pun datang. Diaz menatap pria itu dengan tatapan dingin, hal yang biasa diterima oleh hampir semua karyawan di Pradana grup.Diaz memerintahkan divisi IT untuk memeriksa komputer divisi product development, pemasaran, dan brand. Tentunya tanpa sepengetahuan pengguna komputer dengan kata lain remote.Ia mencurigai orang yang menyerang kompu
Baca selengkapnya

Bab 97 Serangan Rahasia

Di sisi lain, melihat kesibukan divisi IT hari ini, memembuat divisi lain juga sibuk. Sibuk membuat spekulasi, tentang apa yang sedang terjadi hari ini.Di pagi hari, tim 3 IT sudah sibuk di ruang CEO, lalu setelah itu Glen datang ke ruang IT dan keluar dengan membawa tumpukan kertas.Saat ini, CEO datang langsung ke ruangan IT dengan wajah sangat tidak bersahabat. Bahkan pria itu tak kunjung keluar dari ruangan tersebut, menambah riuhnya perbincangan hari ini.Mulut yang masih bisa mengghibah menandakan otak mereka masih banyak yang kosong, dengan kata lain orang-orang itu kurang kerjaan.Glen yang akan menyusul Diaz pun memperingatkan para karyawan yang tak kunjung fokus dengan pekerjaan mereka.Kasak-kusuk tetap berlanjut sepeninggalan Glen.“Sepertinya ada masalah serius, yang sedang terjadi berkaitan dengan komputer pak Diaz,” ucap salah satu karyawan yang tadi hanya menyimak.“Tahu dari mana?” “Aku hanya menebak, kemungkinan itu sangat fatal karena pak Diaz sampai turun
Baca selengkapnya

Bab 98 Sama-sama Berbahaya

Karen awalnya hanya menyuapi Ken, ia akan menunggu suaminya dan makan bersama. “Makanlah barang sedikit, kamu tidak akan tahu suamimu sampai di rumah jam berapa, siapa tahu kena macet, kamu tega membuat calon keponakannku kelaparan?” beo Rain pada saudari kembarnya. Benar saja, hingga selesai makan, Diaz tak kunjung datang. Melihat Karen yang gelisah, Rain berinisiatif mengajak Ken ke kamarnya. Ia tidak ingin Ken melihat ibunya dalam keadaan seperti itu. Anak itu sangat antusias, ini kali pertama untuknya datang ke kamar paman yang ia sebut papi. “Apa ini sungguh kamar papi?” tanya Ken yang takjub dengan kamar tersebut. Kamar dengan dekorasi aesthetic dominan warna abu-abu. Selain ada TV, di kamar tersebut juga ada seperangkat komputer dengan ukuran monitor kurang lebih 29 inchi. Di sekitaran meja komputer tersebut banyak ornamen khas gamer. “Tentu saja, apa kamu menyukai kamar ini?” “Aku suka di sini pi. Apa ini komputer?” tanya Ken yang langsung duduk di kursi gaming milik pam
Baca selengkapnya

Bab 99 Titik Terang

Di kamar Ken. Rain sedang membacakan buku cerita untuk keponakannya. Tapi anak itu tak kunjung memejamkan mata dan malah berceloteh tentang keresahan hatinya.Ken mengatakan, ia merasa sedang ada sesuatu yang sedang ibunya sembunyikan darinya.“Dari mana kamu tahu hal itu, boy?” tanya Rain.Walau Ken masih balita, Rain tahu anak itu cerdas dan tumbuh lebih dewasa ketimbang anak seusianya. Satu lagi, anak itu selalu peka dan sensitif jika itu menyangkut ibunya.“Papi, aku selalu hidup bersama mom. Aku tahu mom seperti apa, dia tidak akan bisa menyembunyikan apapun dariku. Termasuk tentang dad yang pernah tak peduli pada kami.”Rain membelalakan mata tak percaya.“Siapa yang mengatakan hal itu, boy?” tanya Rain penasaran. Ken menggeleng.Pria kecil itu hanya mengumpulkan pazzel-pazzel dari setiap kejadian yang ia saksikan selama mengenal Diaz. Ken bisa menyimpulkan bahwa ucapannya benar lewat ekspresi pamannya itu.“Dad it soo complicated!” seru
Baca selengkapnya

Bab 100 Diaz Tersadar

Tidak jauh berbeda dengan Julian, David juga tidak berhasil mendapat informasi mengenai Karen Esme. Pria itu sedikit kecewa, namun ia semakin yakin jika Karen Esme bukanlah orang sembarangan. Itu sebabnya sangat sulit mengetahui informasi tentang wanita itu. David sendiri heran, mengapa ia sangat tertarik dengan Karen. Padahal Diaz sudah memberitahunya jika wanita itu adalah istrinya, tapi ia tetap menampik hal itu. “Kenapa kamu jadi bodoh gara-gara satu wanita, padahal banyak wanita yang mengantri di depanmu,” gumam David. Info yang tak kalah mengejutkan untuk David adalah Julian Anggara juga mencari informasi tentang Karen Esme. “Ada apa dengan anak ingusan itu? Mengapa ia mencari informasi mengenai Karen? Mencurigakan!” monolog David. “Menarik,” imbuh David. * “Mas!” suara manja Karen membangunkan sang suami. “Hheeemmm,” balas Diaz. “Bangun, Glen sudah menunggu di depan. Apa kalian ada janji sepagi ini?” tanya Karen. Seketika Diaz terperanjat, otaknya blank tak bisa mempro
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
18
DMCA.com Protection Status