Home / CEO / Kembalinya Istri Kaya sang CEO / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Kembalinya Istri Kaya sang CEO: Chapter 71 - Chapter 80

173 Chapters

Bab 71 Barang Masa Lalu Karen

Seminggu telah berlalu sejak kepulangan Diaz ke rumah. Hari ini adalah jadwal Diaz untuk melakukan kontrol. Sejak pagi tadi Ken sudah dijemput oleh Arashi dan Rain. Anak itu dibawa ke kediaman Wijaya.Selain rumah sakit melarang anak kecil untuk berkunjung ke rumah sakit. Karen ingin mengantar suaminya ke rumah sakit hanya berdua saja. Wanita itu memang ingin lebih mendekatkan diri dengan suaminya. Diaz masih ketara sekali menjaga jarak dengannya, walau terkadang bersikap normal seperti sepasang suami istri.“Yakin kamu akan menyetir?” tanya Diaz yang nampak ragu. Setahunya, selama di Jepang Karen tak pernah menyetir.“Tentu saja yakin. Kamu keragukanku?” Diaz menggeleng.“Aku hanya masih sayang dengan nyawaku, aku belum mau mati,” ketus Diaz.“Aku akan hubungi Glen untuk memanggilkan sopir atau kita bareng Noah,” ucap Diaz.Karen langsung menolak, “Aku yang setir atau tidak berangkat sama sekali,” katanya.Diaz menghela nafas kasar. Ia bukan meragukan istrinya. Jika menggunak
Read more

Bab 72 Ada Apa Dengan Kota Tua?

Diaz mengerutkan dahi, bingung dan penasaran mau kemana sebenarnya mereka. Tapi ia tak ingin bertanya lebih jauh, menyimpan rasa penasaran itu, agar saat nanti menemukan jawabanya akan terasa lebih luar biasa. Setelah perjalanan kurang lebih setengah jam, akhirnya mereka telah sampai di kawasan Kota Tua. Diaz menyerengit, mengingat momen apa yang spesial hingga Karen mengajaknya datang ke kawasan ini. “Ayo turun, mas!” ajak Karen. Karen langsung menggenggam tangan Diaz setelah mereka turun dari mobil. “Aku ingin berkeliling sebentar sebelum kita menikmati senja,” ujar Karen. Sedangkan Diaz hanya menurut saja, ia masih mencari kepingan memori di dalam otaknya. Siapa tahu, ia akan menemukan jawaban dari pertanyaan yang berputar-putar di otaknya sejak tadi—kenapa Karen mengajakknya ke sana. Mereka terus berkeliling, tak lupa Karen membeli jajanan yang di jajakan oleh pedagang di pinggir jalan. Karen terus berceloteh bercerita ini itu saat dalam perjalanan. Tujuan akhir mereka adala
Read more

Bab 73 Pria Posesif

Sapaan seseorang itu menghentikan dua sejoli yang hendak pergi dari cafe.Diaz mengerutkan dahi, menunjukkan kebingungan. Walau sebenarnya ia tahu siapa orang yang sedang menyapanya.“Oh, hai?” balas Diaz dengan raut wajah bingung, ia melihat ke arah istrinya, berharap wanita itu mau membantunya. Karen hanya menggeleng, wanita itu juga tak tahu orang yang ada di depan mereka itu siapa.“Aku dengar kamu dan adikmu kecelakaan, syukurlah kamu sudah baik-baik saja,” ujar orang itu.“Maaf pak, ada sedikit masalah dengan ingatan mas Diaz akibat kecelakaan, boleh tolong perkenalkan diri Anda,” ucap Karen menjelaskan.“Oh, astaga. Separah itu. Mari kita duduk terlebih dulu, kalian tidak buru-buru, ‘kan?” ucap pria itu sembari mempersilakan keduanya untuk duduk kembali.Karen melihat ke arah suaminya yang tak juga merespon.“Sebelumnya kami minta maaf, pak. Mas Diaz sepertinya sudah terlalu lelah karena hari ini ia melakukan kontrol paska kecelakaan. Jadi sepertinya kami tidak bisa mene
Read more

Bab 74 Gelayut Manja

Tak ada protes sama sekali, diam-diam Diaz menikmati momen itu. Diaz menghirup aroma sampo yang menguar dari rambut Karen.“Apa kamu mengkhawatirkanku?” tanya Diaz.“Tentu saja aku khawatir,” jawab Karen manja. Wanita itu memindah posisi tubuhnya lalu memeluk suaminya tanpa rasa canggung sedikit pun.“Lanjutkan saja pekerjaanmu, aku mau seperti ini sebentar,” ucap Karen dengan nada manja.Membuat Diaz kehilangan konsentrasi, namun tetap melanjutkan kegiatannya. “Karen, ini bahaya. Kamu sungguh berbahaya,” jerit hati Diaz.Terlihat bibi masuk ke dapur. Membuat Diaz tersenyum kaku, sedangkan Karen tetap santai dengan mata terpejam.“Mau makan siang apa, den?” tanya bibi.“Aku mau sayur bayam pakai oyong tapi jangan pakai kunci, lalu lauknya ayam goreng. Sama ini bi, aku mau sambal tempe, tapi tempenya dibakar ya jangan digoreng,” ucap Karen.Sedangkan Diaz hanya menambahkan lauk saja. Karen masih bergelayut manja, di tubuhnya.“Mas aku ingin makan rujak,” rengek Karen.“Ak
Read more

Bab 75 Masuk Angin?

Sebelum memulai makan malam Adinata mengajak menantunya untuk berbicara empat mata di ruang kerjanya.Dalam hati Diaz bertanya-tanya ada apa gerangan, apa ia melakukan kesalahan atau berbuat sesuatu yang mencurigakan. Semua kemungkinan-kemungkinan itu silih berganti di kepala Diaz, mengingat seperti apa ayah mertuanya itu.Adinata pun menyuruh Diaz untuk duduk di hadapannya. Matanya menatap tajam sang menantu.“Berapa persen kamu sudah bisa mengingat? Jawab dan tak perlu berpura-pura,” ucap Adinata penuh penekanan.Terkejut itu sudah pasti, tapi Diaz berusaha untuk bersikap tenang. Wajar jika ayah mertuanya tahu, sebab rumah sakit itu miliknya. Informasi akan dengan mudah Adinata dapatkan, bukankah itu tujuannya mememindahkan Diaz ke rumah sakit Royal Wijaya.“Aku memang sudah mengingat beberapa hal tentang Karen dan hubungan kami. Tapi masih banyak kepingan yang terlewatkan,” jujur Diaz.“Aku kira kamu akan menyangkalnya, mengingat arogansimu yang tinggi,” sindir Adinata.Diaz
Read more

Bab 76 Garis Dua, Positif

Diaz memandang ke arah ibu mertuanya, tak berselang lama Arashi ikut menampakkan diri. Ia hanya bisa menggelengkan kepala. “Aku tidak tahu mi. Bangun tidur Karen sudah mengeluh, katanya aku bau. Ini aku baru saja selesai mandi, tapi aku malah diusir dari kamar,” jawab Diaz yang masih syok. Ratna tersenyum sumringah, sedangkan Arashi tertawa meledek. “Ada apa ini?” tanya Rain. “Ada yang diusir dari kamar,” celetuk Arashi. Rain melihat ke Arah Diaz lalu menertawakan iparnya itu. “Mami akan cek dulu, Yaz. Kamu siap-siap,” ucap Ratna. “Siap-siap apa mi?” tanya Diaz polos. “Siap-siap tidur di luar,” jawab Ratna, lalu terkekeh. Rain dan Arashi kembali tertawa renyah mengejek iparnya. “Maksud mami, kamu harus bersabar. Sepertinya Karen sedang ngidam,” celetuk Arashi. Sontak membuat Rain dan Diaz memandang Arashi dengan pandangan penuh tanya dan tak percaya. “Kenapa kalian melihatku seperti itu?” protes Arashi. Diaz mendekati kakak iparnya itu, lalu memegang erat kedua lengan atasn
Read more

Bab 77 Drama Morning Sickness

Diaz yang mendapatkan tatapan tajam dari ayah mertuanya menjadi salah tingkah. Ia benar-benar tidak bisa menebak apa yang akan dikatakan atsu dilakukan oleh Adinata. Pria paruh baya itu mendekati Diaz dengan mata seperti ingin menelannya hidup-hidup. Pletak! Satu sentilan mendarat di kening Diaz, membuatnya tak bisa berkata-kata. Sedangkan Karen dan Ratna terperangah. Berbeda dengan Arashi dan Rain, setengah menertawakannya. “Dasar anak kurang ajar, bisa-bisa kamu berbuat seperti itu. Diam-diam ke Jepang lalu menghamili putriku, hah. Anak tak tahu diri,” kesal Adinata. Diaz bergeming, salah berucap sedikit saja, bisa-bisa Karen akan curiga jika ia sudah mengingat sesuatu. “Memangnya itu benar-benar anakku?” tanya Diaz ragu-ragu. Deg! Dada Karen terasa sesak, meski ia tahu suaminya sedang tak mengingat namyak hal. Entah mengapa kata-kata itu terdengar sangat menyakitkan di telinganya. Mata Karen sudah berkaca-kaca menahan tangis. Ratna dengan lembut mengelus punggung Karen, meng
Read more

Bab 78 Sensitif

Yunita melihat ke arah Diaz, meminta penjelasan, tapi anaknya itu bersikap acuh. Membuat Yunita berpikir semau hatinya.“Kamu yakin janin itu anakmu?” tanya Yunita pada Diaz tanpa tedeng aling-aling.“Mama ini ngomong apa, ya jelas janin itu darah dagingku, memang anak siapa lagi?” jawab Diaz santai.Di sisi lain, Karen yang mendengar ucapan ibu mertuanya, sedang menahan tangis, matanya sudah berkaca-kaca. Hamil muda membuatnya lebih sensitif.Wajah yang hampir menumpahkan air mata itu tertangkap jelas oleh Diaz.“Mama ngawur, lihatlah istriku hampir menangis,” ucap Diaz, membela sang istri.“Dasar cari perhatian, biasanya juga akan menyalak, berbalik menyerang jika tidak ada Diaz,” gumam Yunita, matanya menatap sinis pad Karen.Diaz berdiri menghampiri istrinya, lalu menggandeng dan mengajaknya untuk duduk. Khawatir Karen akan mual, ia duduk dengan memberi jarak.Yunita menangkap aneh anaknya yang menggesar duduknya. “Karen akan mual ji
Read more

Bab 79 Sensitif 2 (Salah Paham)

Setelah mendengar penhelasan dari Arashi, Diaz segera menyusul istrinya ke kamar.Setelah kepergian menantunya, Ratna menasihati Arashi, agar mencari waktu yang tepat jika ingin membicarakan hal yang sensitif dengan Karen. Wanita yang sedang hamil muda biasanya punya sisi sensitif yang lebih dominan, hal yang biasa kita ucapkan saja bisa menjadi masalah, mirip-mirip seperti wanita yang akan datang bulan. Arashi mengangguk paham. Menurut Arashi, kehamilan Karen kali ini, membuat wanita itu jauh lebih sensitif dan emosian ketimbang ketika hamil Ken. Karen juga menjadi lebih manja.“Sayang!” panggil Diaz yang masih berdiri di dekat pintu, setelah menutup pintu.“Ya?” ketus Karen.“Boleh aku memelukmu?” tanya Diaz sembari memainkan kedua alisnya naik turun.“Aku pikir kamu akan merayuku agar setuju dengan omongan Arashi,” ketus Karen.Diaz tersenyum seraya mendekati istrinya.“Jadi, kamu ingin membahas hal itu sekarang?” tanya Diaz.Karen me
Read more

Bab 80 Keputusan Karen Dan Diaz

“Kenapa kamu jadi menyalahkan janin yang bahkan belum berbentuk,” ucap Karen sembari berkacak pinggang.“Nak, lihatlah mommymu galak sekali. Jika kamu perempuan, kamu tak boleh menirunya,” ucap Diaz, seolah berbicara dengan anaknya.Karen memekik tajam menyebut nama suaminya, membuat pria itu tertawa terbahak-bahak. Menggoda istrinya menjadi hiburan tersendiri baginya.“Sepertinya kamu sudah lebih baik karena sudah bisa mengomel, lebih baik kita segera turun,” ajak Diaz.Karen menyuruh suaminya untuk turun lebih dulu, ia akan menyusul setelah mengoleskan minyak angin. Diaz menurut apa yang dikatakan istrinya, dengan turun lebih dulu.Setelah merasa lebih baik, Karen menyusul ke meja makan. Ken turun dari kursi dan berlari ke arahnya. Pria kecil itu protes, mengapa ibunya itu lama sekali. Padahal Ken ingin disuapi oleh Karen.“Kamu sudah lebih baik?” tanya Ratna pada putrinya.“Sudah, ma,” jawab Karen singkat.“Bagaimana tawaran mama untuk tinggal di sini saja? Sudah dibicaraka
Read more
PREV
1
...
678910
...
18
DMCA.com Protection Status