Sang dokter melihat ke arah Diaz. Diaz sendiri hanya berwajah datar tanpa ekspresi. Dokter spesialis saraf itu menjelaskan satu persatu apa yang ditanyakan oleh Karen. Karen mengangguk paham, ia kembali menatap tajam pada suaminya. Meski Karen sedikit kesal pada Diaz yang tak mengatakan apapun jika ingatannya sudah kembali, dalam hati kecilnya ia merasa sangat bersyukur. ‘Tunggu perhitungan dariku, mas,’ batin Karen. Untuk urusan hari ini semuanya selesai, Tuhan memang maha baik, keluarga kecilnya mendapat kebahagiaan yang luar biasa. Karen sangat bersyukur. “Untuk merayakan kebahagiaan kita hari ini, bagaimana kalau kita makan siang dulu sebelum mengantar daddy ke kantor,” usul Karen. Ken pun setuju, begitu pula dengan Diaz. “Apa kalian ingin makan di suatu tempat?” Karen melihat pada Ken, bocah cilik itu hanya menggeleng. “Kami ikut saja mas, aku sedang tidak ingin memakan sesuatu yang spesifik.” Diaz mengangguk. Diaz memilih retoran favoritnya, yang terletak tak jauh dari kan
Read more