Home / CEO / Kembalinya Istri Kaya sang CEO / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Kembalinya Istri Kaya sang CEO: Chapter 111 - Chapter 120

173 Chapters

Bab 111 Makan Siang Bersama Di Kantor

Sekretaris itu menatap Karen dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dalam benaknya penuh tanya, siapa gerangan waanita cantik bak bidadari ini. Selama ia bekerja menjadi sekretaris di kantor ini, hanya ada satu wanita yang mendatangi bosnya—Anna, super model yang juga ikut tenggelam seperti Pradana grup.  Karen tersenyum pada wanita yang beediri di balik meja, tanpa ada niat berhenti atau berbasa-basi, sebab iya sudah mendapatkan informasi jika Diaz berada di dalam ruangan dari resepsionis. “Maaf ada keperluan apa, nona?” Sekretaris itu
Read more

Bab 112 Quality Time

Diaz mengangkat interkom dan menekan tombol angka 2 untuk menghubungi Glen. “Cepat ke sini,” perintah Diaz dan langsung menutup panggilan tersebut tanpa Glen sempat mengucap sepatah katapun. Dengan tergopoh-gopoh Glen memasuki ruangan Diaz. Semua mata tertuju padanya yang masuk tanpa mengetuk pintu. “Ada apa pak?” Glen tak menghiraukan tatapan dua wanita yang duduk di sofa. “Kamu antarkan bebek cerewet itu pulang atau kembali ke butiknya. Suaranya sangat mengganggu konsentrasiku.” Glen membulatkan mata, begitu juga dengan Ellen. Ellen tak percaya saat ini ia sedang diusir oleh kakaknya. Sedangkan Karen menahan tawa. Elen hendak melayangkan protes, tapi sepertinya akan sia-sia. Glen melihat jam di dinding sebelum mengiyakan perintah Diaz, pukul setengah empat. “Kamu tak perlu kembali ke kantor. Aku akan pulang bersama Karen.” Perintah Diaz tegas, seakan tahu apa yang ada dalam pikiran asistennya. “Baik pak.” “Mari, nona Ellen.” “Manfaatkan waktu sebaik mungkin,” bisik Karen p
Read more

Bab 113 Kebahagiaan Keluarga Kecil Diaz

Rain duduk di kursi komputernya, lalu menggeser satu kursi lagi untuk Diaz. Rain mengotak-atik layar cembung miliknya—sebentar. Kemudian menunjukkan sesuatu pada kakak iparnya, Diaz mengangguk-angguk. “Sudah aku kirim ke alamat emailmu, bang.” Diaz berdiri lalu menepuk bahu Rain tanda terima kasih. “Jangan mengajari Ken hal yang aneh-aneh,” ucap Diaz sebelum keluar dari kamar Rain. Rain tersenyum sombong.
Read more

Bab 114 Momen Bersama Keluarga

Sang dokter melihat ke arah Diaz. Diaz sendiri hanya berwajah datar tanpa ekspresi. Dokter spesialis saraf itu menjelaskan satu persatu apa yang ditanyakan oleh Karen. Karen mengangguk paham, ia kembali menatap tajam pada suaminya. Meski Karen sedikit kesal pada Diaz yang tak mengatakan apapun jika ingatannya sudah kembali, dalam hati kecilnya ia merasa sangat bersyukur. ‘Tunggu perhitungan dariku, mas,’ batin Karen. Untuk urusan hari ini semuanya selesai, Tuhan memang maha baik, keluarga kecilnya mendapat kebahagiaan yang luar biasa. Karen sangat bersyukur. “Untuk merayakan kebahagiaan kita hari ini, bagaimana kalau kita makan siang dulu sebelum mengantar daddy ke kantor,” usul Karen. Ken pun setuju, begitu pula dengan Diaz. “Apa kalian ingin makan di suatu tempat?” Karen melihat pada Ken, bocah cilik itu hanya menggeleng. “Kami ikut saja mas, aku sedang tidak ingin memakan sesuatu yang spesifik.” Diaz mengangguk. Diaz memilih retoran favoritnya, yang terletak tak jauh dari kan
Read more

BB 115 Menghancurkan Musuh

“Ada yang ingin kamu katakan?” tanya Diaz, ia masih mendapati sekretarisnya berdiri diam di depan meja kerjanya.“Ah, memangnya ini dokumen apa pak?”“Dokumen rencana produk baru.”Lala mengangguk lantas berpamitan keluar dari ruangan bosnya. Ia menghirup udara dalam-dalam setelah keluar dari ruangan tersebut. Masuk ke dalam ruangan itu seperti masuk ke dalam goa yang tidak ada ventilasi udaranya—sesak.Lala tidak akan capai-capai bekerja pada Diaz jika saja ia memiliki pilhan lain. Lala menghela nafas panjang. Perlahan Lala membuka map tersebut. Di dalam map itu ternyata ada flashdisk. Ia mulai mengerjakan sesuai perintah.Tanpa Lala tahu ia telah masuk dalam perangkap yang Diaz pasang.Dering ponsel Diaz berbunyi, panggilan dari asistennya—Glen.“Halo pak, sudah di kantor? Aku sudah meletakkan dokumen tersebut di meja, aku sudah merubah sesuai keinginan Anda.”“Kerja bagus, Glen. Aku sudah memberikannya pada wanita itu. Awasi terus wanita itu.”Diaz mengakhiri panggilan sec
Read more

Bab 116 Ini Baru Permulaan

Karen membuka mata, tak didapatinya sang suami di ranjang. Ia pun mengubah posisinya—duduk.Jam digital di atas nakas menunjukkan pukul 3.40 dini hari. Karen berpikir mungkin suaminya berada di kamar mandi, tp setelah beberapa lama menunggu tak juga ada tanda-tanda keberadaan suaminta.Karen berdiri memindai seluruh ruangan. Ia melihat pintu balkon yang sedikit terbuka. Diintipnya dari jendela, memastikan ada suaminya atau tidak.“Kerja bagus, Glen. Semuanya berjalan dengan baik.” Suara obrolan Diaz terdengar samar-samar dari balik jendela.“Ini baru permulaan,” gumam Diaz.“Kamu tidak tidur mas?” Diaz yang terkejut langsung menoleh ke arah Karen.“Aku terbangun sayang. Jadi aku melihat-lihat sebentar.” Karen tersenyum sangat manis.Meski Karen penasaran dengan apa yang dilakukan oleh suaminya, ia memilih menanggalkan rasa ingin tahunya dan bersikap seolah tidak mendengar apapun.“Ayo kita masuk. Udaranya lumayan dingin di luar.” Diaz menggiring istrinya untuk masuk ke dalam k
Read more

Bab 117 Rasakan Itu!

Bu RT menarik Ayu lebih dulu ke dapur, lalu setengah berbisik menanyakan pada gadis itu apa belum melihat sosial media pagi ini. Ayu langsung menggeleng.“Iiissshh bagamana kamu ini, mbakmu bikin masalah kamu belum tahu?”Ayu membulatkan mata bahkan sampai melongo, ia tidak mengerti apa maksud ucapan bu RT.Bu RT berdecak dan langsung mengeluarkan ponsel pintarnya, menunjukkan sesuatu yang sedang viral di jagat dunia maya. Ayu memperhatikan berita itu satu demi satu, ia menggeleng seakan tidak percaya, tangan kiri menutup mulutnya, ia hampir menangis dibuatnya.“Kami ini bingung, bagaimana cara menyampaikannya pada ibumu.”Sedangkan dari arah ruang tamu terdengar suara yang mengintimidasi, membuat bu RT langsung berlari ke depan.“Ya ampun mbakyu, anakmu yang kamu bangga-banggakan itu ternyata wanita simpanan. Lonte. Iihh, dia sok baik suka bagi-bagi rezeki ternyata hasil dari jual diri,” ucap seseorang yang baru saja menyusul rombongan bu RT. Wanita itu memperlihatkan sebuah
Read more

Bab 118 Tanpa Belas Kasih

Diaz menoleh ke arah Lala sekilas, sebelum benar-benar meninggalkan ruangan itu. Ia tersenyum sinis.“Sebentar pak saya ada telepon,” pamit Glen.Glen nampak serius menerima telepon tersebut, lantas kembali memasukkan gawaynya ke dalam katong celananya.“Pak, saya baru saja mendapat kabar, bahwa ibunda Lala meninggal dunia,” ucap Glen seraya berjalan memsejajarkan langkah dengan Diaz.Diaz tak merepon, bukan tak bersimpati. Mengingat wanita itu sudah mengkhianatinya selama bertahun-tahun rasa simpati itu menghilang begitu saja.Glen tahu atasannya itu pasti tak mempunyai rasa iba sedikitpun. Akhirnya tanpa persetujuan Diaz, Glen mengirim karangan bunga dan juga uang santunan bela sungkawa, paling tidak mereka masih berbaik hati setelah apa yang dilakukan oleh Lala selama ini. Anggap saja penghiburan sebelum berita kriminal yang dilakukan Lala tersebar luas besok.“Kita langsung pulang saja Glen,” perintah Diaz.“Baik pak.”Diaz bersandar di jok mobil lalu memijat pelipisnya, k
Read more

Bab 119 Tak Akan Memungut Barang Rusak

Interkom Glen berbunyi, panggilan dari resepsionis.“Ada yang ingin bertemu dengan pak Diaz, pak Glen.”“Siapa?”“Viola Renata, pak.” Glen berpikir sejanak. Lalu mengizinkan wanita itu untuk bertemu dengan bosnya, sepertinya ada yang ingin dibicarakan oleh Viola.“Pak ada tamu.”“Siapa?”“Dokter Viola, pak.”“Aku sedang sibuk Glen, suruh dia untuk datang lain kali.” Diaz pikir Viola belum berada di depan ruangannya.Tanpa permisi Viola masuk begitu saja ke ruangan Diaz. Wajahnya dibuat semanis mungkin, dandannya sangat sederhana, mungkin efek masalah yang sedang menimpa keluarga, membuat wanita itu tampak lelah dan kurang tidur.“Kenapa kamu menjadi pria yang sombong sekarang? Apa kabar Diaz?” Viola terus berjalan menuju ke arah Diaz.“Aku benar-benar sibuk dokter Vio. Maafkan aku. Katakan apa yang kamu inginkan.” Viola terkekeh.“Kamu tidak sabaran sekali, biarkan aku duduk lebih dulu.”Diaz menghela nafas pelan,menghentikan aktivitasnya, berdiri lalu berjalan menuju sofa
Read more

Bab 120 Seperti Musuh, Padahal Teman

“Kau dari mana?” tanya David pada Ramon. “Biasalah!” David mengangguk sedangkan Diaz hanya berwajah datar seperti biasanya. Tanpa menunggu lama lagi, mereka segera memulai rapat tersebut dengan Glen sebagai notulen. Satu jam rapat itu telah selesai. Diaz segera akan meninggalkan rekan bisnisnya, namun Ramon segera menghentikannya. Pria itu sangat penasaran dengan kasus yang menimpa perusahaannya, terlebih itu dilakukan oleh sekretarisnya sendiri. “Aku akan ceritakan lain waktu Ram, tapi tidak untuk sekarang. Setelah semua selesai.” “Hei, kau anggap apa aku ini? Jangan menganggapku remeh. Aku akan membantumu jika memang kau membutuhkan.” Ramon sudah berdiri dengan mata berapi-api serasa ingin menguliti Diaz. Lebih tepatnya menguliti kesombongan temannya itu. “Thanks, Ram.” Diaz menepuk bahu Ramon lalu berlalu meninggalkan pria jangkung bertato itu, tanpa berkata apapun. “Kamu tak perlu mengkhawatirkan pria sombong itu, Ram. Dia akan meminta bantuanmu jika memang membutuhkan. Kamu
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
18
DMCA.com Protection Status