Home / CEO / Kembalinya Istri Kaya sang CEO / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Kembalinya Istri Kaya sang CEO: Chapter 131 - Chapter 140

173 Chapters

Bab 131 Julian Menemui Viola

Sebulan telah berlalu paska publikasi hubungan Karen dan Diaz. Awalnya Karen pikir berita itu hanya akan berlalu begitu saja, ternyata dia salah. Karen bak menjadi artis dadakan, banyak wartawan infotainment mencari dirinya, hidupnya menjadi tak tenang sebab kemanapun dia pergi akan ada yang mengenali dan mengajaknya berfoto.Belum lagi perusahaan-perusahaan dari kecil hingga ternama terus menghubungi Karen, ada yang menawarkan endorsement hingga brand ambassador.Sama seperti saat ini Karen sedang memenuhi permintaan adik iparnya, Ellen tak segan-segan memanfaat Karen untuk menjadi endorse produk-produknya. Ditambah lagi dengan penguatan brand dan manajemen promo baru yang sudah Karen godok di dapur periklanannya, membuat butik Ellen kebanjiran pesanan.“Kenapa tidak dari dulu saja kamu begini, aku tidak perlu pusing melakukan promosi untuk butikku?” Karen melirik Ellen dengan malas.“Aku bekerja dengan otak, bukan wajah!” balas Karen.“Iissshh, kenap
Read more

Bab 132 Kekacauan Di Sukabumi

Viola menatap penuh curiga pada Julian. Sebagai anak seorang pengusaha, nama Julian Anggara seperti tidak asing di telinganya. Dalam benaknya masih bertanya-tanya apa yang sebenarnya diinginkan oleh pemuda yang ada di hadapannya ini. Dilihat dari raut wajah, gestur dan cara bicaranya, Julian seperti sedang memiliki niat tidak baik. Melihat lawan bicaranya nampak tidak tertarik meskipun menanyakan maksudnya, Julian menjadi kesal. Sorot manat kekesalannya nampak terlihat jelas oleh Viola. Sepertinya Julian lupa siapa Viola, sehingga dia lupa mengatur ekspresinya.“Sepertinya Anda tidak tertari dengan apa yang ingin saya bicarakan. Hal ini berkqitan dengan Diaz Pradana, apakah nona Viola masih meyukai pria itu?” tanya Julian, sebagai permulaan pembicaraan mereka.“Untuk apa Anda menanyakan hal itu? Sepertinya itu bukan sesuatu yang dengan mudah bisa dibicarakan dengan orang yang baru saja saya temui.” Julian terkekeh.Meski Viola sedang sensitif jika menyinggung perihal Diaz Pradana
Read more

Bab 133 Diaz Dinas di Sukabumi

Setelah keberangkatan Diaz, Karen masih terus memandang ke arah gerbang. Tiba-tiba tangan Ken menggandeng tangannya dan mengajak untuk segera masuk ke dalam rumah.“Mom tak perlu khawatir, aku akan menjaga mom,” ucap Ken menenangkan Karen dengan penuh kemantapan.Karen mengangguk dan tersenyum. Kemudian mensejajarkan tinggi dengan Ken, mengusap lembut kepala anak itu.“Terima kasih, sayang.” “Ayo kita masuk mom!” Ini kali pertamanya Karen dan Ken tanpa Diaz. Entah mengapa Karen merasa seperti tidak rela, mungkin karena hormon hamilannya yang menyebabkan suasana hatinya menjadi kacau.“Sudah. Diaz hanya pergi ke Sukabumi, Ren. Bukan ke Amerika, tampangmu tak perlu seperti itu!” goda Rain.Tidak biasanya saudara kembarnya itu belum berangkat kerja.“Berisik. Lebih baik kamu segera berangkat. CEO harus memberi contoh yang baik untuk bawahnanya,” sindir Karen.“Aku ada pertemuan di luar, jadi tak perlu ke kantor,” balas Rain santai. Setelah perjalanan kurang lebih tiga seteng
Read more

Bab 134 Kehidupan Bagai Artis Dadakan

Setelah Karen sadar dari keterkejutannya, Rain bahkan sudah tak bisa mendengar ucapannya.“Kenapa dia seenaknya sendiri,” gumam Karen kesal. Siapa yang tidak kesal, tiba-tiba saja Rain menambah orang untuk mengikutinya.“Bangun Ken, kamu harus sekolah hari ini.”“Apakah aku tidak boleh tidak sekolah mom haru ini? Aku sangat tidak ingin sekolah.” “No. Ken, kamu harus sekolah!” Ken merengut.“Setidaknya biarkan aku sekolah di tempat umum mom, aku sangat bosan sekolah di rumah,” keluh Ken.“Baiklah. Nanti akan mom bicarakan dengan dad. Untuk sementara kamu turuti saja perintah dad.” Ken mengangguk lesu.Karen langsung menangkup kedua pipi anakanya dan mencium keningnya.“Bersemangatlah, son.” Ken menghela nafas.Ken mengajukkan syarat agar dia semangat bersekolah.“Temani aku belajar sampai selesai, mom.” Karen mengangguk.“Tentu saja,” balas Karen dengan senyum terindahnyanBiasanya Ken hanya meminta ditemani sebentar saja,
Read more

Bab 135 Percobaan Penculikan Terhadap Karen

Mengetahui rencana tidak terpuji Julian, Wilian–asisten pribadi Julian yang juga merupakan adik Julian pun merasa harus menghentikan aksi tersebut."Julian!" Julian menatap tajam pada Wilian."Sudah ku katakan jangan melakukan sesuatu diluar kendali. Kenapa kamu tidak mau mendengar…"Buugghhh!Wilian dipukul dari belakang hingga pingsan."Urus dia. Jangan sampai lepas," perintah Julian pada anak buahnya. Dia pun menyeringai, siapapun yang menghalanginya akan dia singkirkan walau itu adalah adiknya sendiri.Ellen menatap kagum pada sosok Joan. Dalam pansdangannya, Joan seperti sosok Gal Gadot yang memerankan peran sebagai wonder woman, perawakan Joan memang mirip dengan aktris tersebut.Joan yang dipandangi seperri itu menjadi tidak nyaman."Berhentilah memandani Joan seperti itu. Kamu membuatnya tidak nyaman. Lagian dia itu normal." Ellen berdecak kesal."Aku baru tahu Rain mempunyai simpanan seperti ini," bisik Ellen. Karen mengeryitkan dahi."Simpanan? Maksudmu apa? Kata-kata itu t
Read more

Bab 136 Karen Melawan Para Penculik

"Sial ternyata dia kuat juga," gumam Karen.Entah Karen yang terlalu behati-hati atau lawannya yang memang kuat. Setelah melakukan beberapa serangan akhirnya Karen berhasil membuat lawannya terjatuh. Tenaganya terkuras cukup banyak, nafasnya tersengal-sengal, hamil membuat dirinya tak leluasa bergerak.Melihat Karen yang melemah, pria yang tadi mengajaknya bernegosiasi berniat menyerangnya."Non, awas!" teriak Joan dari kajauhan, wanita itu ingin membantu Karen, tapi sepertinya tak akan cukup waktu.Karen berhasil menghindari serangan pria tersebut. Dan memberi beberapa bogem mentah padanya."Brengsek! Beraninya keroyokan!" maki Karen."Luar biasa ternyata nona kuat juga," oceh pria itu.'Sial, apa dia meremehkanku!' batin Karen."Lebih baik kita sudahi ini semua dan nona ikut dengan saya," si pria mencoba membujuk Karen."Mohon maaf, Tuan. Sepertinya aku sudah mengurungkan niatku tadi." "Di dalam mobil ada anak kecil, cepat cari dan bawa dia kemari," perintah pria itu pada salah satu
Read more

Bab 137 Nyaris Saja

Doorr!Mendengar suara tembakan, tubuh Karen semakin melemas dan mulai bergetar. Pikiran sudah tak karuan. Sedangkan Ken sudah berteriak histeris dan meronta. Anak itu sangat ketakutan. Karen tak lagi memikirkan keselamatannya, yang ada dalam pikirannya hanya Ken, dia langsung berlari ke arah Ken."Ken!"Dalam keadaan berlari, Karen hanya bisa berharap, tak akan terjadi apa-apa pada Jun dan juga Joan."Mom! Help me!" Ken berteriak sembari menangis, entah apa yang terjadi tiba-tiba saja orang yang menyandra Ken tumbang. Merasakan tubuhnya tak lagi dicengkram, Ken berlari ke arah ibunya, tangisnya pecah. Karen memeluk erat tubuh Ken."It's ok, Ken. Ini mom!" Karen tak sempat lagi memindai sekeliling, perutnya terasa nyeri dan kaku.Sembari memeluk Ken dan berusaha menggendong anak itu, Karen berbisik dalam hati.'Kamu kuat nak, kamu kuat seperti kakakmu, ayo kita bertahan sedikit lagi.' Tiba-tiba saja sepasang tangan menyentuh kedua bahunya, seketika Karen menegang. Dia sudah bersiap
Read more

Bab 138 Bala Bantuan Dari Rain

"Apa yang dirasakan nyonya Karen?" tanya dokter Lidya sembari memeriksa dengan stetoskop.Karen menceritakan apa yang dia rasakan dan juga sempat mengalami pendarahan."Mari kira periksa dulu kemudian USG."Dokter Lidya menutup tirai pemeriksaan, kemudian memeriksa jalan lahir. Aman."Apa ada rasa mual?" Keren menggeleng."Saya tekan seperti ini, sakit?" Karen meringis. "Nyeri dok." Dokter Lidya mengangguk.Tirai kembali dibuka, perawat mulai memberi gel USG dibagian bawah perut Karen. Dokter Lidya memeriksa dengan seksama. Ekspresi yang ditunjukkan dokter Lidya membuat Rain kesal."Bagaimana kondisi keponakanku, dok?" tanya Rain yang sudah tidak sabar.Dokter Lidya memberi tahu satu persatu gambar yang ditangkap di layar datar tersebut, terakhir memberi tahu detak jantung si janin."Semuanya normal ya, hanya saja keadaan kandungannya sedikit lemah. Saya akan resepkan vitamin dan penguat." Dokter Lidya menuliskan resep di kertas resepnya.
Read more

Bab 139 Memutus Pergerakan Lawan

Setelah melihat email dari Rain, Diaz menyalakan walkie talkie, sepertinya dia lupa bahwa jaraknya terlalu jauh dari Jonathan."Shit!"Diaz mengambil telepon genggamnya lalu memberi perintah melalui chat aplikasi berwarna hijau untuk mengantisipasi susah signal.Diaz kembali membaca email tersebut dengan seksama, barangkali ada yang terlewat. Email yang berisikan informasi tentang sindikat yang dimiliki oleh Julian Anggara, yaitu pembunuh bayaran dan narkoba. Diaz menggelengkan kepala tak habis pikir dengan bisnis gelap yang Julian Anggara miliki. Pemimpin keluarga Anggara memang terkenal hebat di Surabaya, tapi tak pernah memiliki jejak hitam seperti Julian. Diaz menyeringai setelah membaca setiap informasi yang ada dalam laman PDF tersebut.Pantas saja jika Rain menyebut pria itu psikopat, pasalnya Julian Anggara memang seorang pembunuh berdarah dingin.Sampailah mereka di rumah Bintang yang ternyata sudah ada beberapa orang suruhan Rain berjaga di sana. Saat Diaz turun, orang-or
Read more

Bab 140 Kejutan untuk Julian Anggara

Dengan tergopoh-gopoh salah satu orang kepercayaan Julian memasuki ruangannya."Ada apa?" tanya Julian yang masih merasa kesal karena teror yang baru saja dia terima.Terlihat orang kepercayaannya itu sedang mengatur nafas, namun Julian sudah tak sabar."Cepat katakan!"Sore itu menjadi hari yang kelam bagi Julian Anggara, gudang senjata miliknya tiba-tiba saja meledak tak bersisa."Apa? Jangan bercanda!"Jelas saja Julian tidak percaya, pasalnya gudang yang dimaksud adalah gudang paling aman dan tersembunyi, bahkan ayahnya saja tidak tahu tentang gudang tersebut."Be-benar Tuan. Tidak mungkin dalam situasi seperti ini saya malah berca
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
18
DMCA.com Protection Status