Home / CEO / Kembalinya Istri Kaya sang CEO / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Kembalinya Istri Kaya sang CEO: Chapter 141 - Chapter 150

173 Chapters

Bab 141 Mengungkap Sisi Gelap Julian Anggara

Tuan besar Anggara murka melihat pemberitaan di televisi dan media sosial. Dia tidak menyangka jika Willian berbuat seperti itu.Tuan besar Anggara meminta orang-orangnya untuk mencari Willian, namun tak menemukannya dimana pun. Bertanya pada Julia pun, anak itu mengatakan tidak tahu.Dalam amarahnya, tuan Anggara mengecek alamat surelnya tadi pagi dia melihat sekilas ada pesan masuk yang belum sempat dia lihat.Betapa terkejutnya tuan Anggara, email tersebut berupa bukti kepemilikan gudang senjata yang sejatinya adalah milik Julian Anggara. Tak hanya perihal gudang, file itu berisikan tentang informasi bisnis gelap Julian Anggara. Tuan Anggara memukul meja dengan keras hingga tanganya memar dan sedikit mengeluarkan bercak darah.Asisten pribadi tuan Anggara sampai terkejut dan panik."Ada apa Tuan?" tanya asisten tersebut."Cari Willian tanpa sepengetahuan Julian. Booking tiket ke Jakarta. Pastikan Julian tidak tahu kedatanganku."Meski heran, asisten tuan Anggara segera melaksanakan
Read more

Bab 142 Pertemuan Ken dengan Willian Anggara

Nampak gurat kekhawatiran dari orang yang baru saja memasuki kamar rawat inap Karen dan Ken. Berbeda dengan Karen, dia justru tersenyum hangat menyambut kedatangan orang tersebut–Ratna.Ratna mendekati Karen, memindai seluruh tubuh anaknya. Menyentuh wajah cantik anak perempuannya yang ada sedikit lebam di sana."Mami tak perlu cemas. Aku baik-baik saja," ucap Karen seakan tahu isi hati sang ibu."Kamu membuat mami khawatir. Kenapa kamu selalu saja berada dalam keadaan bahaya," ucap Ratna. Netra wanita paruh baya itu mulai memerah. Karen memeluk erat sang ibu."Bagaimana keadaan kandunganmu?" tanya Ratna setelah melepaskan pelukan sang anak."Dia baik-baik saja mi. Dia aman dan sehat," jawab Karen."Syukurlah!"Hari ini Ratna diperbolehkan datang berkunjung ke rumah sakit, setelah melihat kondisi Karen dan Ken yang sudah boleh di jenguk."Di mana Ken? Bukankah kalian satu kamar?" Ratna melihat ke sekeliling ruangan, terdapat beberapa mainan dan b
Read more

Bab 143 Julian Kembali Berulah

Satu mobil berhasil dikecoh. Namun tidak untuk yang satu lagi, mobil yang sejak awal hanya mengintai di belakang, kali ini mulai mendekat dengan agresif. Aksi kejar-kejaran terjadi begitu saja. Beberapa kali suara klakson terdengar untuk menghalau mobil mereka.Tiba-tiba saja dari arah jalan yang lain, muncul sebuah mobil yang berusaha menghalangi laju mobil Diaz. Menurut perkiraan, mobil itu memang sudah menunggu di sana. Suara klakson saling bersahutan. Jalan yang cukup ramai, membuat Jhon sedikit kehilangan kendali mobil itu melesak melewati trotoar menabrak sudut tembok sebuah bangunan dan terguling. Posisi mobil mereka bersandar di buk jembatan, nyaris saja mobil itu melesak ke sungai.Beruntung Jhon masih bisa mengendalikan mobil itu agar tidak menabrak bangunan yang merupakan ruko kecil. Teriakan histeris terdengar dari dalam ruko tersebut.Disisi lain terdengar suara tabrakan yang cukup keras. Rupanya mobil yang mengejar tadi bertabrakan dengan truk yang mati-matian Jhon hind
Read more

Bab 144 Kembalinya Diaz Pradana

Pukul 10 malam, suasana terasa sangat sepi, hening. Ken sudah tertidur di brankarnya, Ratna sudah pulang, sedangkan Rain entah kemana rimbanya. Karen mencoba untuk memejamkan mata, hatinya masih gelisah memikirkan suaminya yang hingga larut tak juga nampak batang hidungnya. Nomor teleponnya juga tak bisa dihubungi.“Kenapa mas Diaz tak juga datang. Tidak mungkin kan dia pulang lebih dulu,” monolog Karen sembari menatap langit-langit yang berwarna putih–monoton.Saat Karen hampir terlelap, sayup-sayup dia mendengar suara pintu dibuka, pelan-pelan. ‘Apa itu Rain? Kenapa dia seperti maling? Bukankah di depan ada penjaga.’ Pikiran Karen berpikir yang tidak-tidak. Dia merasakan orang yang masuk ke dalam ruangan itu mengendap-endap seperti maling. Meski matanya terpejam, dia bersikap sangat waspada.Perlahan orang itu semakin mendekati brankarnya.Hap! Karen mencekal tangan yang hendak menyentuhnya."Aaa…mmmm." Diaz membungkam mulut Karen, khawatir istrinya itu akan berteriak dan membangu
Read more

Bab 145 Pembunuh Bayaran untuk Membunuh Diaz

Karen terjaga dari tidurnya, dia tak mendapati Ken di brankarnya. Sontak Karen terbangun dan memindai setiap sudut ruangan. Karen lega melihat anaknya tidur di atas bed bersama ayahnya."Kenapa?" tanya Rain yang tiba-tiba ikut terjaga.Karen hanya menunjuk dengan dagunya ke arah ayah dan anak yang tidur dalam satu kasur. Rain hanya manggut-manggut, lantas melihat ke arah jam tangannya.Rain kembali menekuri laptop yang sempat ikut beristirahat. Saat Ken terbangun Ratna sudah berada di sana, sedangkan Rain sudah pulang. Diaz sendiri nampak kelelahan dan masih tertidur."Nenek kapan datang?" Ken duduk sembari mengusap-usap matanya agar bisa melihat dengan jelas.Ratna meletakkan jari telunjuk di mulutnya, memberi tanda agar Ken tidak berisik, sebab bisa membangunkan ayahnya. Seketika Ken langsung menutup mulutnya dan terkikik.Diaz sedikit terusik dengan gerakan Ken, pada akhirnya ikut membuka mata. Ratna tersenyum."Apa mami membangunkanmu? Maafkan ma
Read more

Bab 146 Tembakan yang Mengarah pada Diaz

"Baiklah, mari kita lihat siapa yang akan kehilangan nyawa di sini, Ramon," ucap Diaz.Ramon tersenyum miring, ketegangan mulai terjadi di ruangan tersebut, hawa dingin mendominasi, masing-masing orang fokus untuk mengamankan posisi.Ramon mulai menarik pelatuknya. Melihat hal itu, Diaz melakukan pergerakan dengan memegang pergelangan tangan temannya Ramon.Dooorr!!Praankk!!Jendela kaca di ruangan tersebut pecah terkena tembakan dari Ramon. Diaz berhasil menggagalkan tembakan Ramon melesat ke kepalanya.Masing-masing anak buah mereka semakin siaga mengamankan tuannya."Pisauku memang tak secepat pistolmu Ramon, tapi jika kamu bergerak sedikit saja, benda ini akan mengoyak isi perutmu," bisik Diaz.Diaz sudah sedikit menancapkan pisau di perut Ramon, kulit Ramon sudah tergores, darah segar mulai merembes keluar."Pilihannya hanya dua, kita selesaikan ini dengan damai lalu aku akan membayarmu untuk menangkap orang itu dan kita tetap berteman atau kita selesaikan sampai diantara kita m
Read more

Bab 147 Tentang Julian Anggara

Udara sore itu sangat sejuk, terkadang angin menerpa lembut bersama dedaunan yang gugur.Karen menghirup udara dalam-dalam lalu melepaskannya perlahan. Dipandanginya Ken yang sedang asik bermain di pinggir air mancur, nampak dia turun dari kursi rodanya dan melempar batu ke dalam air mancur."Ceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi? Kamu hampir diculik? Hampir dibunuh?" Pertanyaan Ellen membuyarkan pandangan Karen pada Ken. Ellen memberondong Karen dengan beberapa pertanyaan sekaligus.Karen melirik Ellen dengan malas, sebenarnya dia enggan menceritakan hal itu, tapi melihat iparnya yang penuh harap dia menyerah dengan egonya dan mulai menceritakan kejadian yang membuat anaknya syok berat."Apa-apa orang itu, kenapa dia ingin menculikmu? Jadi dia juga yang menyebabkan aku harus selalu bersama bodyguard?" Karen mengangguk.Ellen menggerutu kesal, Karen tersenyum tipis, iparnya memang cerewet."Karen Esme!" panggilan itu mengalihkan keseriusan Karen d
Read more

Bab 148 Diaz dan Glen Cemburu pada Satu Orang yang Sama

Diaz sengaja pulang lebih awal dan membuang rencananya untuk lembur, karena kepalanya yang berdenyut tak karuan. Di sisi lain Diaz masih rindu pada istri dan anaknya.Siapa sangka Diaz malah melihat istrinya sedang bercengkrama dengan seorang laki-laki yang dia tahu adalah asisten pribadi Julian Anggara."Siapa dia, sepertinya tidak asing?" tanya Glen pada Diaz. Diaz hanya diam tak menjawab dengan tatapan lurus ke depan hampir tak berkedip menatap keduanya."Dasar tukang cemburu!" seru Glen. Diaz menatap tajam pada asisten pribadinya itu."Sepertinya mereka serius sekali," oceh Glen lagi.Semakin lama, gemuruh dalam hati Diaz semakin menjadi, terlebih melihat Willian yang menatap Karen memuja. Tentu saja itu hanya perspektif Diaz saja, kenyataannya jauh berbeda. Tak ingin membiarkan dua insan itu terus bercengkrama, Diaz akhirnya menunjukkan diri dan berjalan menuju ke arah keduanya. "Biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka dulu, Bang." Ellen menceg
Read more

Bab 149 Misi Penangkapan Julian

Seminggu kemudian.Karen dan Ken sudah diperbolehkan pulang sejak dua hari yang lalu. Rumah besar itu kembali ramai karena celotehan Ken yang menggema hampir keseluruh sudut ruangan.Kondisi psikis Ken sudah jauh lebih baik karena banyak dukungan dari orang-orang terdekat, Ken hanya perlu terapi beberapa kali dalam sebulan. Tapi anehnya, semenjak kepulangan mereka berdua, Karen sama sekali tak melihat batang hidung saudara kembarnya–Rain. Entah ke mana pemuda itu, tak ada kabarnya.Bertanya pada ibunya, tak tahu pasti apa yang dilakukan oleh Rain. Sedangkan ayahnya malah menjawab "Urusan laki-laki," tidak mungkin kan kembarannya itu sedang mencari calon istri, hatinya tak merasakan hal itu."Mas, kamu tahu ke mana bocah tengil itu pergi?" tanya Karen pada suaminya."Entahlah, bukannya kalian punya radar sendiri untuk bisa saling mengetahui satu sama lain!" jawab Diaz santai."Yyyeee, Mas pikir kami ini robot GPS," ucap Karen lalu mendesis sebal.Keti
Read more

Bab 150 Bom Bunuh Diri

Diaz memanggil tuan Anggara untuk mendekat dan memintanya untuk melihat ke arah laptop. "Sebentar, Bang!" Rain melihat ada pergerakan yang mencurigakan."Shit!""Ramon, awas!" teriak Rain.Terlambat!Ramon berteriak!Dia terkena jaring listrik yang Julian pasang di beberapa titik di balik plafon. Julian tertawa renyah."Bagaimana jika kamu saja yang menyerah?" ujar Julian.Ramon meringis, jika memberontak sedikit Julian akan menyalakan listriknya.Di balik layar tuan Anggara mengepalkan tangan, kemarahan sungguh memuncak, dia hendak melangkah menuju rumah itu, tapi Diaz mencegahnya."Jangan gegabah, Tuan," ucap Diaz."Dia akan berhenti jika melihatku."Rain dan Diaz menggeleng, begitu juga dengan Willian. Tuan Anggara membulatkan mata tak percaya."Ayah, sepertinya kamu belum mengerti seberapa bahaya Julian," ucap Willian pada ayahnya."Shit!"Makian Rain membuat yang lainnya kembali fokus ke layar.Terlihat di sa
Read more
PREV
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status