Semua Bab Kembalinya Istri Kaya sang CEO: Bab 121 - Bab 130

173 Bab

Bab 121 Kapan Beri Mami Menantu Rain?

Ellen telah dibuat malu oleh Rain, di depan keluarganya sendiri. Padahal niat sebenarnya ia mengikuti Rain, hanya ingin ke kamar Ken, karena bocah cilik itu belum juga keluar dari kamarnya. Ellen penasaran dengan kamar Ken, hanya saja Rain langsung memotong kata-katanya sebelum sempat menyelesaikannya.Pria itu benar-benar tak bisa diajak kerja sama begitulah pikiran Ellen. “Kamu naik saja ke atas, kamar Ken ada di paling ujung. Ada nama dia di pintu kamu tidak akan kesasar,” tutur Karen.Namun saudari iparnya itu sudàh berwajah masam karena kesal.Ellen mendapat notifikasi pesan di handphonenya. Setelah dilihat ternyata pesan dari Rain.[Sejak kapan kamu mesum dan menguntit seorang laki-laki?] Pesan itu diakhiri dengan emoticon yang sangat menyebalkan untuk Ellen.Gadis itu membulatkan mata tajam bahkan sampai melongo. Rasa-rasanya ia ingin menghajar Rain andai saja pria itu sedang ada di hepannya.‘Rain, sialan!’ umpat Ellen dalam hati.[Ku
Baca selengkapnya

Bab 122 Diaz si Bucin

Mendengar pertanyaan dari anaknya, Diaz terlihat berpikir. Ia ingin menemani anaknya, tapi sayang jika waktu berdua dengan istrinya terlewat begitu saja.“Mas, kasihan Ken sudah menunggu.” Suara Karen membuyarakan pikirannya.“Ah, apa kamu lelah sayang? Kalau tidak bagaimana jika kita ikut mereka,” usul Diaz.Karen melirik pada Ken, anak itu semakin cemberut, mengisyaratkan tidak ingin ayah dan ibunya ikut. Rain pun tersenyum dengan senyum yang dipaksakan. Semua akan berjalan sesuai dengan jawabannya.Karen yang paham keinginan anaknya akhirnya memilih untuk tidak ikut dengan Ken ke mall. Raut wajah Ken sedikit berubah, Karen hanya berharap agar suaminya memahami situasi.“Biarkanlah mereka bersenang-senang, mas. Kita quality time, bagaimana kalau kita membuat acara sendiri, nonton misalnya.” Karen membujuk Diaz, agar tak bersikeras mengikuti Ken. Diaz benar-benar nampak seperti anak kecil yang ingin ikut ayah atau ibunya yang sedang berpamitan ingin pergi kerja atau ke suatu t
Baca selengkapnya

Bab 123 Quality Time

“Nah boy, kita sudah sampai!” seru Rain pada Ken. Ken memindai bangunan kecil di pinggir kota itu, mengingatkannya pada tempat makan yang hampir serupa di Jepang.“Tempat apa ini, pi? Maksudku, tempat makan apa ini? Kenapa ramai sekali?”Tempat makan tersebut memang sedang ramai-ramainya karena sedang ada promo all you can it di jam makan siang, dari pukul 11.00 sampai dengan 14.00 siang.Rain dan Karen memang suka berkulineran di tempat makan biasa bahkan warung-warung pinggir jalan. Mereka tak pernah gengsi apalagi berpikir akan sakit jika memakan makanan tersebut. “Shabu shuki grill Ken, kamu bisa pilih sepuasnya. Tapi ingat, waktu makan kita hanya satu setengah jam.” Ken mengangguk paham.Rain dan Ken turun dari mobil, pertama-tama mereka harus mendaftar lebih dulu, baru setelahnya bisa memilih daging dan lainnya dengan sesuka hati.“Kamu mau yang mana?” tanya Rain.Ken pun menunjuk semua yang ia inginkan, hingga piring yang dibawa Rain penuh
Baca selengkapnya

Bab 124 Car Free Day

Ada pesan masuk ke dalam gawaynya, Diaz fokus membaca atu persatu kata yang tertera dalam layar datarnya. Ia sampai tak sadar jika Karen mengajaknya bicara.Suara panggilan Karen syarat akan kekesalan. Membuat fokus Diaz langsung teralihkan pada istrinya, ia pun gegas memasukkan gawaynya ke saku celana.“Maaf, sayang. Ada info terbaru dari perkembangan kasus om Alex.” Karen hanya diam dan melirik pada suaminya.Telat beberapa detik saja, mood Karen sudah berubah. “Ini kebabnya sudah jadi, ayo kita makan dulu. Aku akan belikan kamu float, kamu mau tunggu di sini atau ikut?” Diaz mencoba mengembalikan mood sang istri dengan membelikannya mango float.“Tunggu di sini saja, aku lelah jima harus berjalan lagi.” Jarak food court dan restoran yang memiliki menu mango float lumayan jauh, berbeda lantai. Lebih baik ia menunggu saja di sini.Diaz memberi kode pada Jun untuk menjaga istrinya saat ia meninggalkannya, Jun mengangguk paham.Kebab yang awalnya membuat air liur Karen hampir
Baca selengkapnya

Bab 125 Car Free Day 2

Ken yang sudah paham kemana arah dan tujuan Ellen mulai terpikir hal jahil di otaknya. Ken menginjak kaki Ellen, berharap tantenya itu akan berteriak dan hebohh seperti biasanya. Sayangnya, Ellen hanya meringis kesakitan dalam mode kalem.“Ah tidak seru,” gumam Ken.Karen dan Rain menahan tawa, sedangkan Diaz hanya menatap data pada anak dan adiknya. “Pencitraan!” celetuk Rain menyindir Ellen. Ellen langsung menatap Rain dengan tajam.Dua wanita paruh baya semakin mendekat ke arah mereka—Ratna dan Endang ibunda Glen.“Ada keluarga mbak Yunita juga ternyata!” seru Endang.“Ya ampun Endang, sudah lama sekali kita tidak bertemu.” Yunita langsung mendekati perempuan yang bernama Endang itu dan memeluknya.“Mbak Yun bagaimana kabarnya?” Endang tampak memindai Yunita dengan seksama, memastikan kondisi wanitu itu sudah lebih baik.“Kabarku jauh lebih baik, En. Jangan melihatku seperti aku ini orang yang penyakitan.” Mereka pun terkekeh.“Kenapa
Baca selengkapnya

Bab 126 Kejutan dari Viola

Dari kejauhan Diaz melihat adanya kerumunan, entah mengapa perasaannya menjadi tidak enak. Apalagi sejak tadi Glen dan adikknya tak juga menyusul bahkan hingga dirinya mendapat satu putaran. “Rai, tolong jaga Ken, aku akan ke sana lebih dulu.” Diaz menunjuk kerumunan yang berada di depan sana, tak jauh dari mereka. “Ok!” balas Rain. “Tante bebek dan paman Glen mana ya, pi?” Ken seakan tahu kegelisahaan ayahnya. “Entahlah, mari kita susul daddy-mu.” Diaz turun dari sepedanya lalu membelah kerumunan tersebut. “Ada apa ini?” tanya Diaz sembari memasuki kerumunan. “Ada yang jatuh dari sepeda mas, tapi sepertinya tidak apa-apa,” jawawb salah seorang yang ikut berkerumun. Perlahan kerumunan itu mulai berkurang, terlihat Ellen sudah berdiri dan membersihkan dirinya. Diaz menatap tajam kepada keduanya. “Apa yang kamu lakukan pada adikku, Glen?” hardik Diaz, matanya seperti elang yang ingin menerkam mangsanya. “Aku tidak apa-apa, bang. Tidak perlu berlebihan seperti itu,” ucap Ellen
Baca selengkapnya

Bab 127 Membalas Kejutan dari Viola

Beberapa orang yang melewati ruangan CEO memandang aneh pada Viola, pasalnya wanita itu mengaku sebagai calon istri dari Diaz Pradana, namun wanita itu justru diperlalukan seperti hama. Orang-orang yang melihat kajadian itu menceritakan kepada teman-temannya. Kasak-kusuk antar karyawan sudah menjadi hal biasa dan menambah kegaduhan yang sudah terjadi. Banyak spekulasi dari masing-masing pribadi, apa pula yang membandingkan Viola dengan Karen. Ketara sekali perbedaan tatapan mata Diaz pada Karen yang hangat dan pada Viola yang dingin. Ada pula yang menghujat Viola sebagai wanita tak tahu diri dan pelakor.
Baca selengkapnya

Bab 128 Eksistensi Karen Esme

Mendengar kata-kata dari Karen, keriuahan pun kembali terjadi, sebagian orang bahkan masih mencerna kata-kata tersebut, sebagiannya lagi memandang kagum.Karen dan Diaz saling memandang lalu mengulas senyum.“Oh, hai istriku kamu sudah datang. Kemarilah, perkenalkan dirimu.” Diaz berucap masih dengan menggenggam tangan Viola.“Apa sekarang kamu sedang melakukan drama percintaan dengan menggandeng wanita itu?” sindir Karen. “Bukan seperti itu, sayang. Nona ini sepertinya sangat terobsesi padaku, tapi setelah melihat kedatanganmu dia ingin kabur. Jadi aku mencegahnya agar dia tidak pergi dan memberi penjelasan padamu tentang kegaduhan yang telah diperbuat olehnya” tutur Diaz panjang lebar.“Jadi, bisa tolong kamu jelaskan apa maksudnya ini nona Viola Renata Danuarta? Padahal kamu sudah jelas-jelas mengetahui kebenaran status pernikahan Diaz Pradana tapi masih melakukan hal seperti ini, apa kamu ingin disebut sebagai pelakor?” Karen mengatakan itu dengan santai dan raut wajah ya
Baca selengkapnya

Bab 129 Trending Topic

Karen dan Rain seperti tak ingin melewatkan waktu berdua. Waktu yang sangat jarang terjadi pada mereka, terlebih mereka pernah tinggal di tempat yang berbeda.Steak yang tak seberapa banyaknya sengaja mereka nikmati dengan santai untuk mengulur waktu. “Kamu ingat kapan terakhir kali kita makan di luar berdua?” Rain mencoba mengingat-ingat lalu menggeleng.“Waktu berjalan begitu cepat, sepertinya beberapa waktu lalu kita baru saja wisuda, sekarang aku sudah mau punya dua anak.”“Ya begitulah kehidupan. Tahu-tahu kita sudah menua,” imbuh Rain.“Kalau begitu kapan kamu akan menikah? Keburu tua!” kata Karen diiringi gelak tawa.Rain hanya memandang santai pada saudari kembarnya. Menikah belum menjadi prioritasnya. Keinginannya adalah mendapat orang yang tepat, agar kehidupan pernikahannya tidak penuh drama seperti kedua orang tuanya maupun saudari kembarnya.“Aku masih 27 tahun, Karen. Aku belum setua itu.”Menurut Rain menikah itu bukan perkara umur, tapi semuannya butuh kesiapa
Baca selengkapnya

Bab 130 Berita Tak Bermutu

Diaz sengaja pulang lebih awal, rindu membuncah ingin segera bertemu dengan pujaan hati. Diaz juga khawatir dengan kondisi Karen, bisa saja berita dan komentar yang mengorek masa lalunya akan berpengaruh pada Karen. Apalagi istrinya sedang hamil, Karen tidak boleh stres pikir Diaz. Diaz memindai seluruh ruangan, tak dia temukan sang istri di sana. “Ke mana Karen?” monolog Diaz. Diaz tersenyum kala melihat gorden pintu balkon melambai terkena angin. Kemungkinan Karen berada di balkon. Perlahan Diaz melangkah menuju balkon, terlihat Karen sedang melakukan yoga. Tubuh istrinya nampak seksi dengan keringat yang membasah. Baju olahraga yang pas membuat perut Karen mulai terlihat perubahannya. Diaz tak melakukan apapun dan hanya memandangi istrinya dari pintu. Senyumnya terkembang. Karen membalikkan badan untuk melakukan gerakan yang berlawanan. “Astaga!” Pekik Karen sekuat tenaga. Tubuhnya nyaris limbung saking kagetnya. “Maafkan aku, sayang. Aku tak tahu jika kamu akan sekaget ini
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
18
DMCA.com Protection Status