Semua Bab Bertaruh Hati Demi Anak Tiri: Bab 81 - Bab 90

101 Bab

Kegundahan Melani

Peristiwa yang paling menakutkan dalam hidup terjadi di depan mata. Dimana tubuh Shreya dan mobil saling beradu sampai akhirnya tubuh serta wajah itu terbentur kerasnya aspal. Mata Nathan melotot diiringi dengan jantung yang berdetak sangat kencang. Ia bergegas turun. "Mamaa!" Nathan menjerit berlari menghampiri Shreya yang sudah tergeletak bersimbah darah. Nathan melihat seorang pria turun dari mobil, lalu berjongkok mengecek kondisi Shreya. "Mama, bangun, Ma!" Nathan mengguncang tubuh Shreya sambil menangis. "Loh, Nathan?!""Bang Mario!""Kondisinya masih stabil, bantu Abang naikin ke mobil!""Sebentar, Bang!" Nathan membuka seragamnya. Dilipatnya seragam itu, lalu ia tempelkan dan sedikit ditekan pada kening Shreya yang berdarah. Orang-orang mulai berkerumun. "Tolong beri Mamaku ruang!" seru Nathan sembari mengibaskan sebelah tangannya. "Mama tolong bertahan, Ma!" ucap Nathan sembari mengusap air mata yang menetes. Perhatian Nathan terlalih kepada sosok wanita yang berdiri
Baca selengkapnya

Masuk Penjara?

Suara roda yang beradu dengan lantai terdengar. Perhatian Felix serta lainnya pun tertuju kepada sosok wanita yang terbaring di atas bad hospitals. "Mama!" seru Pricilla dan Nathan bersamaan seraya menghampiri. Mereka turut mendorong bad itu ampai akhirnya masuk ke kamar rawat inap. Nathan menghambur memeluk Shreya. "Maafin Abang, Ma. Gara-gara Abang Mama jadi begini."Shreya mengusap kepala Nathan dengan sayang. "Eh, Abang gak salah, kok, gak ada yang salah. Ini sudah takdir Tuhan. Mama gak pa-pa, kok."Nathan bangkit. "Gak pa-pa gimana? Abang hampir pingsan liat darah mengucur di dahi Mama. Abang gak bisa maafin diri Abang sendiri kalau saja terjadi sesuatu sama Mama."Shreya tersenyum. Pricilla meminta Nathan untuk mundur. Nathan pun patuh. Pricilla mencium pipi Shreya. "Pasti sakit banget, ya, Ma? Cepet sembuh, ya, Ma." Mata Pricilla berkaca. Lagi, Shreya hanya tersenyum. "Iya, Sayang. Makasih doanya, ya? Jangan nangis, dong!"Pricilla mengusap bulir bening di pelupuk mata sem
Baca selengkapnya

Permintaan Maaf Melani

"Nek, Nenek ... bangun!?" seru Nathan. Melani membuka matanya. "Tolong, tolong bilang sama mamamu, kalo Nenek tidak mau masuk penjara!" ucapnya takut. Nathan tidak memedulikan ocehan Melani. "Ayok, Nenek bangun dulu! Kenapa bisa Nenek tidur di lantai?" Nathan membantu Melani bangun dan membimbing sang nenek duduk di ranjang. "Polisi itu mana?" tanya Melani sembari celingukan. "Nek, Nenek tenang dulu. Tidak ada polisi di sini.""Se-semalem dia datang."Nathan mencoba menenangkan Melani. Ia pun pamit ke dapur untuk mengambil segelas air putih. Tidak berselang lama, Nathan kembali dan menyodorkan gelas itu. "Minum dulu, Nek!"Melani meraih gelas itu dan meminum airnya hingga tandas. "Kenapa bisa Nenek tidur di lantai? Pintu juga tidak dikunci."Melani menatap Nathan lekat, lalu mata itu memejam mencoba mengingat apa yang sudah terjadi. Ternyata mimpi. Mimpi yang akan menjadi kenyataan? Entahlah. Melani tidak bisa menebak itu. "Nenek baru ingat, kemarin begitu sampe rumah Nenek tid
Baca selengkapnya

Pricilla Merajuk

Felix maupun Shreya sangat mengerti dengan sikap Pricilla. Putri mereka tidak ingin hal buruk lainnya terjadi. Apakah mungkin seseorang bisa berubah dalam sekejap saja? Itu yang membuat Pricilla meragukan Melani. Shreya tidak berkomentar atau menegur Pricilla. Ia hanya menatap Pricilla. Seolah-olah mengerti maksud hati sang mama, seketika Pricilla menunduk dan memilih meninggalkan kamar. Nathan, remaja tampan itu meraih tangan Melani dan Shreya. Disatukannya tangan itu seraya berkata, "Aku sangat, sangat, sangaaat bahagia Mama sama Nenek seperti ini. Sehat-sehat selalu dan saling menyayangilah, karena kita saudara. Iya, kan?"Shreya dan Melani tersenyum. "Semua berkat usahamu, Bang," kata Shreya. "Iya, benar. Semua karna cucu Nenek ini," timpal Melani. Melani meminta maaf kepada Adelia dan Andreas. Pelukan hangat antara Melani dan Adelia pun menjadi pertanda hilangnya rasa benci dan bersatunya mereka. "Kamu beruntung punya istri seperti Aya," ucap Melani kepada Felix. "Iya, ben
Baca selengkapnya

Warisan Untuk Nathan

Hari berganti bulan, bulan berganti tahun. Lima tahun sudah berlalu. Keluarga Shreya lewati dengan penuh arti. Terlebih untuk Nathan. Putra keduanya itu baru saja lulus di salah satu universitas ternama ibu kota. Di sebuah restoran mewah, keluarga besar Henry dan Andreas berkumpul untuk menikmati makan malam. Tak terkecuali Melani. Pesta kecil mereka persembahan untuk Nathan. "Selamat, ya? Kamu hebat bisa lulus dengan IPK terbaik," ucap Lorenza.Nathan tersenyum. "Makasih, Nek."Melani tersenyum penuh bangga. "Kamu seperti Papamu. Dia juga pintar. Waktu sekolah ranking pertama terus dan waktu kuliah juga sama sepertimu, lulus dengan IPK terbaik."Nathan turut tersenyum sembari membusungkan dada dan menepuknya."Laki-laki perebut istri orang aja dibanggain!" sungut Pricilla. "Yaaang!" Jody menatap tajam ke arah sang istri. Pricilla memalingkan wajahnya. Bertepatan dengan itu, Felix turut menatap tajam dirinya. Pricilla menunduk. Melani hanya diam saja. Entah sampai kapan rasa benc
Baca selengkapnya

Pricilla - Jadi Mama Dadakan

Felix tersenyum sarkas. "Tuan Hanggara? Apa maksud Anda?""Saya sebagai pemilik saham di perusahaan ini sama sekali tidak setuju!" ucap Hanggara lantang.Felix berdiri. "Tunggu! Saham yang mana? Tidak ada saham atas nama Anda di sini sepeserpun, Tuan."Hanggara tertawa lepas. Ia mengatakan jika dirinya memiliki saham sebesar tiga puluh persen. "Aku tidak pernah menjual saham perusahaan ini!" Felix menatap sinis Hanggara. Felix berdiri tepat di hadapan para dewan. "Sebelum aku tahu siapa yang curang, aku tunggu surat pengunduran diri dalam waktu dua kali dua puluh empat jam di meja kerjaku!"Felix menoleh ke arah Hanggara. "Terima atau tidak, putraku tetap menjadi pemilik perusahaan ini. Lagipula, ranah ini bukan urusanmu!"Felix mengajak Nathan meninggalkan ruangan. Sebelumnya ia menutup meeting pagi itu. "Putramu masih muda, belum berpengalaman dalam dunia bisnis. Perusahaan ini bisa hancur!" teriak Hanggara karena Felix dan Nathan sudah menghilang di balik pintu.Felix dan Nathan
Baca selengkapnya

Kekecewaan Jody

Hari demi hari Nathan lalui dengan penuh semangat. Tugas kantor dari Felix dapat ia kerjakan tepat waktu dan penuh ketelitian. Semakin lama, semakin ia paham dan tau jika dunia bisnis itu kejam. Banyak orang melakukan segala cara demi kelangsungan bisnisnya, termasuk salah satu dewan direksi di perusahaannya yang sekarang ia pimpin. Nathan mengendus sikap licik mereka. "Kamu tenang saja, orang yang sudah berlaku curang itu sudah mengundurkan diri," kata Felix kepada Nathan. "Siapa, Pa?""Namanya Bian. Dia memanfaatkan perusahaan ini yang sedang maju pesat. Tenang saja, kamu tidak usah memikirkan hal ini. Perkara saham biar jadi urusan Papa. Lagipula, Hanggara memiliki saham ini hanya sepuluh persen saja.""Baik, Pa. Kalau begitu Abang pamit meeting dulu.""Cieee ... yang mau mimpin meeting!" Suara seorang wanita tiba-tiba menggema. Felix dan Nathan menoleh ke arah suara. "Mama!" seru Nathan. "Sayang, kau datang?" sambung Felix."Iya, Lili mau diantar sekolah. Jadi, daripada pulan
Baca selengkapnya

Dinginnya Sikap Jody

Suara decitan ban yang beradu dengan aspal sangat nyaring terdengar saat mobil Jody parkir di basement apartemen. Terdengar di telinga Jody napas Pricilla yang memburu. Jody menoleh. Ia melihat sang istri memegang dadanya sembari terpejam. Sudah dapat disimpulkan jika Pricilla sangat ketakutan. "Maaf!" Hanya kata itu yang terlontar dari mulut Jody. Laki-laki itu bergegas turun. Pun dengan Pricilla. "Wih, kayaknya enak, Bang?" tanya Jody kepada seorang pria yang sedang merokok. "Mau?" tanya Pricilla itu. "Boleh, dua."Jody tak hanya menerima dua batang, tetapi satu bungkus. Jody menggantinya dengan beberapa lembar uang, lalu bergegas pergi. "Kak? Tunggu!" cegah Pricilla sembari berlari mengejar, tetapi Jody terus melangkah. "Kak? Untuk apa rokok itu? Kakak, kan, tidak merokok! Kak?!"Setibanya di depan pintu apartemen, dengan cepat jemari Jody memijit kode pin. Pintu pun dapat ia buka. Jody masuk diikuti oleh Pricilla. Pricilla mengguncang lengan Jody. "Kak? Ngomong, dong!"Jod
Baca selengkapnya

Bujuk Rayu Dio

"Setiap waktu aku menunggu malaikat kecil hadir di rahimmu, Cilla! Sampai sekarang, lima tahun lamanya aku menunggu kabar bahagia itu. Tapi, apa? Tanpa seizinku kamu meminum pil KB ini, kenapa?!"Jody melempar alat kontrasepsi itu, lalu membuka kaos oblong yang ia kenakan. Pria itu mendekati Pricilla merapatkan tubuhnya tanpa celah. Jemarinya meraih dagu Pricilla agar menatapnya. Napasnya pun memburu. "Pintar sekali lidahmu berkelit saat aku mengajakmu untuk konsultasi ke dokter dulu. Kenapa? Kamu tidak mau memiliki anak dariku?"Tampak Pricilla ketakutan. Bahkan bulir bening sudah menggenang di pelupuk mata. "Jawab!" bentak Jody. "A-aku, a-aku belum siap!"Jody tertawa keras membuat Pricilla bertambah takut. "Belum siap kamu bilang? Dan sekarang kamu so peduli dengan anaknya si Dio itu, hah?!"Prang! Jody meninju kaca lemari. Darah segar pun mengucur. "Apa maksud kamu, Cilla, apa?!"Tangis Pricilla pun pecah. Jody membekap bibir Pricilla dengan bibirnya cukup kasar. "Bibir ini
Baca selengkapnya

Kesalahan Fatal

Dio tersenyum penuh kemenangan. Sesungguhnya ia tahu jika mobil yang baru saja terparkir dekat mereka adalah mobil Jody. Dio sengaja melakukan itu. Bahkan ia tertawa puas saat Pricilla bergegas pulang. Pricilla, melajukan mobilnya cukup kencang. Ia berniat mengejar mobil Jody, tetapi kehilangan jejak. Pricilla bermonolog, "Sepertinya tidak mungkin Kakak pulang!"Pricilla memutar arah. Ia akan ke kantor Jody. Tin! Tin! Tin! "Cepat minggir!" seru Pricilla sembari berkali-kali menyalakan klakson karena tepat di depannya puluhan mobil mengular.Pricilla menghela napas. Tamat sudah hubungannya dengan Jody. Usai sudah pernikahannya. "Arrrrrrggh! Bodoh!" Pricilla memukul kepalanya. Pricilla merogoh ponselnya dalam tas. Lekas ia menghubungi nomor Jody. Terhubung, tetapi Jody tidak menerimanya. "Angkat, dong, Kak!" serunya panik. Berkali-kali Pricilla menghubungi, berkali-kali juga Jody tak menerima panggilannya. Satu jam berselang, tibalah Pricilla di kantor Jody. Lekas ia turun. Ber
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status