Home / Pernikahan / Bertaruh Hati Demi Anak Tiri / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Bertaruh Hati Demi Anak Tiri: Chapter 71 - Chapter 80

101 Chapters

Kebencian Nathan

Melani sudah pulang terlebih dahulu. Nathan yang bingung harus pergi ke mana, akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke mall. Tak lupa ia membeli baju terlebih dahulu karena tidak mungkin memakai seragam sedangkan waktu masih jam sekolah. Tak ada yang banyak Nathan lakukan di sana. Hanya berkeliling, ke toko buku, kemudian bermain games sembari menunggu jam pulang sekolah. Jam masih menunjuk pada angka sebelas, tatapi Nathan sudah merasa jenuh. Akhirnya Nathan memutuskan untuk pulang. "Nathan?!"Seketika langkah Nathan terhenti saat mendengar sapaan dari suara yang tidak asing lagi baginya. Ia pun menoleh. "Pa-Papa?!"Dada Nathan berdebar kencang. Sungguh ia belum siapa jika saja Felix bertanya tentang keberadaannya di sana. "Papa, kok, ada di sini?" tanya Nathan cepat sebelum Felix bertanya terlebih dahulu. "Papa udah ketemu temen bisnis Papa. Abang sendiri ngapain di sini?""Emm ... anu, Pa ... Abang disuruh Bu Guru untuk order kaos untuk tim suporter nanti," dalihnya. "Oh, begitu
Read more

Sikap Bar-bar Nathan

Hari demi hari sikap Nathan kian dingin kepada Shreya juga Felix, bahkan sampai dua bulan lamanya Nathan sulit diajak bicara. Felix yang gerah melihat tingkah putranya itu pun akhirnya mengajak bicara empat mata. Ya, siang itu tepat di hari minggu, Felix mengajak Nathan ke sebuah tempat yang terbilang cukup sepi. "Ke mana kamu kemarin?" tanya Felix. "Menemui Tante Cindy dan ke pusara Papaku!""Apa yang Cindy katakan?"Nathan tersenyum samar. "Papa tidak berhak tau!"Felix mengembuskan napas kasar. "Aku Papamu!""Papa tiri!""Kamu membenci kami?""Ya, sangat!""Kalau begitu, silakan luapkan kebencian dan kekesalanmu!"Bug! Bug! Tak disangka ternyata Nathan melayangkan bogem mentahnya kepada Felix. Felix yang mendapat serangan mendadak tentu saja tidak bisa menghindar. Felix tidak melawan, pun tidak menjauhkan dirinya. Ia membiarkan tubuh serta wajahnya menjadi sasaran kemarahan Nathan. Tidak mungkin dan tidak akan ia melawan, karena Felix sangat menyayangi Nathan seperti darah dagi
Read more

Gara-gara Nathan

Jody melajukan mobil dengan kencang. "Jangan biarkan Kakakmu tidur!" seru Jody di balik kemudi.Nathan yang kalap menepuk-nepuk pipi Pricilla. Dengan suara bergetar ia berkata, "Kak, bangun, Kak. Maafin Abang, Kak, maaf!"Pricilla meringis. "Sakiittt!""Sabar, Sayang. Kita akan segera tiba di rumah sakit!" ucap Jody. Tibalah Jody di sebuah rumah sakit. Mobil pun ia parkir tepat di depan pintu IGD. Jody menekan klakson beberapa kali. Lama tak berselang tim medis mendorong kursi roda. "Brankar saja, Sus!" seru Nathan. Akhirnya Pricilla sudah terbaring di brankar dan tim medis segera membawanya ke ruang IGD. Nathan dan Jody menunggu di ruang tunggu. "Om, maafin aku, Om," ucap Nathan penuh penyesalan. Jody menepuk-nepuk pundak Nathan diiringi seulas senyum. Jody merogoh ponselnya. Ia mencari tahu sendiri apa yang sebenarnya terjadi dengan melihat rekaman CCTV. Jody mengusap wajahnya kasar. "Suami Nyonya Pricilla?!" panggil seorang perawat. Jody berdiri. "Saya, Sus!""Mari ikut sa
Read more

Permintaan Maaf Nathan

Di rumah sakit, ada Shreya yang setia menunggu Pricilla. Tangan wanita itu menggenggam tangan sang putri. Dalam hatinya tak henti berdoa agar masalah yang terjadi cepat terselesaikan dan tidak ada kebencian satu sama lain. "Ah, kamu sudah bangun, Nak?" sapa Shreya. Pricilla menoleh ke arah suara. "Mama?!""Kamu mau makan, minum? Biar Mama siapkan. Atau lainnya, Sayang?"Pricilla tersenyum. Ia beringsut merubah posisinya. Shreya dengan sigap membantu. "Ma, maafin Kakak, ya? Sudah berani melawan, bahkan membentak Mama tadi," ungkap Pricilla sembari menangis. "Iya, Sayang. Udah, dong jangan nangis, ah." Shreya mengusap bulir bening di sudut mata Pricilla. "Papa mana, Ma?""Pulang dulu, Sayang.""Kalo Kak Jody?""Pergi sama Nathan."Pricilla mengembuskan napas kasar. Ia tidak menyangka jika Nathan bisa terpengaruh oleh Melani. "Ya, mau gimana lagi, Kak. Mama ikuti aja permainan Melani. Udah dua bulan, loh, dia minta uang sama Nathan.""Oh, ya? Berapa banyak?""Dua puluh juta.""What
Read more

Bertemu Lagi

Satu minggu sudah berlalu. Pricilla dan Jody pun mengisi hari-hari sesuai dengan kesepakatan yakni menginap di rumah Shreya, Adelia dan sekarang mereka sedang menikmati waktu berdua di apartemen. Ponsel Jody berdering.Ponsel yang berada tepat di samping Pricilla pun seketika mencuri perhatiannya. "Kak, telepon, tuh, dari Rey," ucap Pricilla sembari membaca nama yang tertera. "Angkat saja. Idupin spekernya, Yang!"Pricilla mengikuti perintah Jody. "Ada apa, Rey?" tanya Jody kepada asistennya. "Pak, masih di Indonesia, kan?""Iya, ada apa?""Bisa ke kantor, Pak?"Jody menyambar ponselnya dan mematikan pengeras suara. Ia beranjak dari kasur dan memilih pergi. Sikap Jody tentu saja meninggalkan tanda tanya bagi Pricilla. "Ada apa, ya? Kenapa main rahasia-rahasiaan, sih?" gumam Pricilla.Pricilla tak hentinya mencondongkan kepalanya menengok ke arah di mana Jody berdiri. "Ada apa, sih, Kak?" tanya Pricilla saat Jody kembali menghampiri. "Ah, tidak ada apa-apa.""Kalo gak ada apa-a
Read more

Usaha Nathan

Di sekolah, ada Nathan yang merasa gerah karena pasalnya Airin adalah murid baru di kelasnya. Yang membuat Nathan risih adalah Airin duduk bersebelahan dengannya. "Hei, kita sekelas!" ucap Airin. "Tidak usah sok kenal, orang kaya baru!" kata Nathan ketus tanpa menoleh. "Ish! Aku minta maaf, deh. Dan tenang saja, aku akan ganti ponselmu yang rusak itu."Nathan menoleh, kemudian berkata, "Tidak perlu!""Kalian! Kalo mau kenalan nanti istirahat saja!" seru sang guru sembari menatap tajam ke arah Nathan. "Pelajaran Ibu tidak boleh ada yang mengobrol. Mengerti?!"Nathan mendelik ke arah Airin membuat murid baru itu menunduk. Bel istirahat diperdengarkan. Murid-murid berhamburan menuju kantin, termasuk Nathan. "Tunggu! Aku ikut, boleh?!" kata Airin sembari menarik lengan Nathan. Dengan cepat Nathan menepis tangan Airin sembari berkata, "Lu ngapain, sih, pegang-pegang gue, hah?!"Airin menunduk. Nathan melihat gadis itu menitikkan air mata. Tidak tega, akhirnya Nathan berkata, "Gue gak
Read more

Investor

Siang itu adalah hari pertama Nathan kerja di bengkel. Wajah yang tampan, badan tinggi tegap tentu saja mampu mencuri perhatian setiap pelanggan. Semula, Nathan merasa risih karena tatapan genit kerap ia dapatkan dari pelanggan wanita. "Aku mau sama Abang yang itu, ah!""Eh, aku dulu!""Aku datang duluan!""Loh, kenapa gak sama Abang-abang satunya lagi aja? Kan, ada tiga montir!"Perdebatan itu terdengar jelas di telinga Nathan. Merasa tidak enak kepada montir lain, Nathan angkat bicara, "Maaf, Kakak-kakak, silakan motor dan mobilnya diperbaiki oleh rekan saya saja. Saya baru masuk hari ini dan masih belajar. Bagaimana kalo nanti malah tambah rusak kalo saya yang perbaiki?""Emm ... iya juga, sih!""Tak apalah sama montir lain. Paling tidak, mata ini tetap bisa melihat kamu!"Nathan menggeleng mendengar itu. Kata maaf ia lontarkan kepada dua seniornya. "Tidak masalah. Kita jadi kecipratan rezeki. Akhir-akhir ini bengkel sepi," ucap salah seorang montir di sana. Nathan tersenyum dan
Read more

Pupus Sudah

Di kamar, ada Nathan yang terus berpikir bagaimana caranya ia mendapatkan uang esok hari. Bukan puluhan ribu, tetapi ratusan atau bahkan jutaan rupiah. Tidak sengaja Nathan melihat sepatu serta koleksi lainnya di lemari pajangan. "Ahaa! Aku jual saja barang-barang kesayanganku itu!" Nathan berjalan menuju lemari. Dipilihnya barang-barang yang menurutnya tetap bernilai tinggi seperti sepatu dan topi. Sepatu dengan harga ratusan juta rupiah pemberian Shreya. Topi dengan harga puluhan juta rupiah pemberian Felix. Ada rasa ragu untuk menjualnya, tetapi Nathan akan berusaha menutupi dari orang tuanya. "Maaf, Ma, Pa. Abang akan jual barang pemberian kalian," gumamnya. Urusan Melani, Nathan sudah mendapatkan jalan keluar. Saatnya ia mengerjakan tugas sekolah. Hari sudah larut. Rasa kantuk menyerang seiring dengan tugas sekolah yang baru saja selesai. Nathan pun segera tidur. *Pagi menjelang. Keluarga besar Felix disibukkan dengan persiapan mereka menjalani hari. Termasuk Nathan. Ia si
Read more

Skakmat!

Pagi itu, Nathan terlihat tidak bersemangat. Kejadian kemarin benar-benar membuatnya emosi. Bagaimana tidak? Selain Andika memintanya untuk tidak bekerja lagi di bengkel, Nathan dipermalukan di hadapan semua orang dengan mengatakan bahwa keluarga Alexander adalah keluarga penipu, bahkan menyebut Melani penyebab kematian istrinya. Tidak cukup sampai di situ, Nathan dimintai pertanggungjawaban untuk mengganti semua kerugian yang sudah Melani perbuat dahulu. "Loh, kok, belum siap-siap?" tanya Shreya yang mampu membuat Nathan terperanjat karena kaget. "Kenapa gak ketuk pintu dulu, sih?!" bentak Nathan. Shreya mengernyit. Ia merasakan perubahan sikap dari putranya itu. Akan tetapi, Shreya tidak ingin berburuk sangka dulu. "Sudah, Sayang, Mama sudah ketuk pintu. Tapi, kamu gak nyaut. Makanya Mama masuk. Maaf, ya?"Nathan yang menyadari dengan apa yang sudah ia ucapkan pun bangkit dari duduknya dan menghampiri Shreya. Dipeluknya Shreya, sangat erat. "Maaf, Ma. Maafin Abang udah bentak Mam
Read more

Pengakuan Nathan

Embusan napas kasar lolos begitu saja dari mulut Shreya saat Felix memeluknya dari belakang. "Pantas saja sikap Nathan tadi pagi berubah, Mas. Pasti dia merasa tertekan atau kepikiran akan hal ini.""Begini saja, Sayang ... coba kamu ajak bicara Nathan. Hibur dia dan lakukan apa yang menurutmu terbaik untuknya. Dan soal Andika, biar Mas yang tangani."Shreya membalik badan menghadap Felix. "Mas mau apain orang itu?""Pecat!""Apa?!" Shreya kaget. Ia tidak menyangka jika Felix akan bertindak sejauh itu. Ya, memang ia sakit hati atas sikap Andika. Akan tetapi, tidak sampai hati jika sampai dipecat. "Kenapa?"Shreya mengatakan jika itu terlalu kejam. Shreya mengutarakan keinginannya, yakni agar Andika meminta maaf kepada Nathan. "Mau dia meminta maaf langsung di hadapan orang-orang yang ada di dalam vidio atau konferensi pers, terserah!""Oke, baiklah. Apa pun yang kamu mau, Mas akan kabulkan."Akhirnya Shreya memutuskan akan menjemput Nathan di sekolahnya. Tepat jam sebelas, Shreya
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status