Share

Kegundahan Melani

Author: Suci Komala
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Peristiwa yang paling menakutkan dalam hidup terjadi di depan mata. Dimana tubuh Shreya dan mobil saling beradu sampai akhirnya tubuh serta wajah itu terbentur kerasnya aspal.

Mata Nathan melotot diiringi dengan jantung yang berdetak sangat kencang. Ia bergegas turun.

"Mamaa!" Nathan menjerit berlari menghampiri Shreya yang sudah tergeletak bersimbah darah.

Nathan melihat seorang pria turun dari mobil, lalu berjongkok mengecek kondisi Shreya.

"Mama, bangun, Ma!" Nathan mengguncang tubuh Shreya sambil menangis.

"Loh, Nathan?!"

"Bang Mario!"

"Kondisinya masih stabil, bantu Abang naikin ke mobil!"

"Sebentar, Bang!" Nathan membuka seragamnya. Dilipatnya seragam itu, lalu ia tempelkan dan sedikit ditekan pada kening Shreya yang berdarah.

Orang-orang mulai berkerumun.

"Tolong beri Mamaku ruang!" seru Nathan sembari mengibaskan sebelah tangannya.

"Mama tolong bertahan, Ma!" ucap Nathan sembari mengusap air mata yang menetes.

Perhatian Nathan terlalih kepada sosok wanita yang berdiri
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Masuk Penjara?

    Suara roda yang beradu dengan lantai terdengar. Perhatian Felix serta lainnya pun tertuju kepada sosok wanita yang terbaring di atas bad hospitals. "Mama!" seru Pricilla dan Nathan bersamaan seraya menghampiri. Mereka turut mendorong bad itu ampai akhirnya masuk ke kamar rawat inap. Nathan menghambur memeluk Shreya. "Maafin Abang, Ma. Gara-gara Abang Mama jadi begini."Shreya mengusap kepala Nathan dengan sayang. "Eh, Abang gak salah, kok, gak ada yang salah. Ini sudah takdir Tuhan. Mama gak pa-pa, kok."Nathan bangkit. "Gak pa-pa gimana? Abang hampir pingsan liat darah mengucur di dahi Mama. Abang gak bisa maafin diri Abang sendiri kalau saja terjadi sesuatu sama Mama."Shreya tersenyum. Pricilla meminta Nathan untuk mundur. Nathan pun patuh. Pricilla mencium pipi Shreya. "Pasti sakit banget, ya, Ma? Cepet sembuh, ya, Ma." Mata Pricilla berkaca. Lagi, Shreya hanya tersenyum. "Iya, Sayang. Makasih doanya, ya? Jangan nangis, dong!"Pricilla mengusap bulir bening di pelupuk mata sem

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Permintaan Maaf Melani

    "Nek, Nenek ... bangun!?" seru Nathan. Melani membuka matanya. "Tolong, tolong bilang sama mamamu, kalo Nenek tidak mau masuk penjara!" ucapnya takut. Nathan tidak memedulikan ocehan Melani. "Ayok, Nenek bangun dulu! Kenapa bisa Nenek tidur di lantai?" Nathan membantu Melani bangun dan membimbing sang nenek duduk di ranjang. "Polisi itu mana?" tanya Melani sembari celingukan. "Nek, Nenek tenang dulu. Tidak ada polisi di sini.""Se-semalem dia datang."Nathan mencoba menenangkan Melani. Ia pun pamit ke dapur untuk mengambil segelas air putih. Tidak berselang lama, Nathan kembali dan menyodorkan gelas itu. "Minum dulu, Nek!"Melani meraih gelas itu dan meminum airnya hingga tandas. "Kenapa bisa Nenek tidur di lantai? Pintu juga tidak dikunci."Melani menatap Nathan lekat, lalu mata itu memejam mencoba mengingat apa yang sudah terjadi. Ternyata mimpi. Mimpi yang akan menjadi kenyataan? Entahlah. Melani tidak bisa menebak itu. "Nenek baru ingat, kemarin begitu sampe rumah Nenek tid

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Pricilla Merajuk

    Felix maupun Shreya sangat mengerti dengan sikap Pricilla. Putri mereka tidak ingin hal buruk lainnya terjadi. Apakah mungkin seseorang bisa berubah dalam sekejap saja? Itu yang membuat Pricilla meragukan Melani. Shreya tidak berkomentar atau menegur Pricilla. Ia hanya menatap Pricilla. Seolah-olah mengerti maksud hati sang mama, seketika Pricilla menunduk dan memilih meninggalkan kamar. Nathan, remaja tampan itu meraih tangan Melani dan Shreya. Disatukannya tangan itu seraya berkata, "Aku sangat, sangat, sangaaat bahagia Mama sama Nenek seperti ini. Sehat-sehat selalu dan saling menyayangilah, karena kita saudara. Iya, kan?"Shreya dan Melani tersenyum. "Semua berkat usahamu, Bang," kata Shreya. "Iya, benar. Semua karna cucu Nenek ini," timpal Melani. Melani meminta maaf kepada Adelia dan Andreas. Pelukan hangat antara Melani dan Adelia pun menjadi pertanda hilangnya rasa benci dan bersatunya mereka. "Kamu beruntung punya istri seperti Aya," ucap Melani kepada Felix. "Iya, ben

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Warisan Untuk Nathan

    Hari berganti bulan, bulan berganti tahun. Lima tahun sudah berlalu. Keluarga Shreya lewati dengan penuh arti. Terlebih untuk Nathan. Putra keduanya itu baru saja lulus di salah satu universitas ternama ibu kota. Di sebuah restoran mewah, keluarga besar Henry dan Andreas berkumpul untuk menikmati makan malam. Tak terkecuali Melani. Pesta kecil mereka persembahan untuk Nathan. "Selamat, ya? Kamu hebat bisa lulus dengan IPK terbaik," ucap Lorenza.Nathan tersenyum. "Makasih, Nek."Melani tersenyum penuh bangga. "Kamu seperti Papamu. Dia juga pintar. Waktu sekolah ranking pertama terus dan waktu kuliah juga sama sepertimu, lulus dengan IPK terbaik."Nathan turut tersenyum sembari membusungkan dada dan menepuknya."Laki-laki perebut istri orang aja dibanggain!" sungut Pricilla. "Yaaang!" Jody menatap tajam ke arah sang istri. Pricilla memalingkan wajahnya. Bertepatan dengan itu, Felix turut menatap tajam dirinya. Pricilla menunduk. Melani hanya diam saja. Entah sampai kapan rasa benc

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Pricilla - Jadi Mama Dadakan

    Felix tersenyum sarkas. "Tuan Hanggara? Apa maksud Anda?""Saya sebagai pemilik saham di perusahaan ini sama sekali tidak setuju!" ucap Hanggara lantang.Felix berdiri. "Tunggu! Saham yang mana? Tidak ada saham atas nama Anda di sini sepeserpun, Tuan."Hanggara tertawa lepas. Ia mengatakan jika dirinya memiliki saham sebesar tiga puluh persen. "Aku tidak pernah menjual saham perusahaan ini!" Felix menatap sinis Hanggara. Felix berdiri tepat di hadapan para dewan. "Sebelum aku tahu siapa yang curang, aku tunggu surat pengunduran diri dalam waktu dua kali dua puluh empat jam di meja kerjaku!"Felix menoleh ke arah Hanggara. "Terima atau tidak, putraku tetap menjadi pemilik perusahaan ini. Lagipula, ranah ini bukan urusanmu!"Felix mengajak Nathan meninggalkan ruangan. Sebelumnya ia menutup meeting pagi itu. "Putramu masih muda, belum berpengalaman dalam dunia bisnis. Perusahaan ini bisa hancur!" teriak Hanggara karena Felix dan Nathan sudah menghilang di balik pintu.Felix dan Nathan

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Kekecewaan Jody

    Hari demi hari Nathan lalui dengan penuh semangat. Tugas kantor dari Felix dapat ia kerjakan tepat waktu dan penuh ketelitian. Semakin lama, semakin ia paham dan tau jika dunia bisnis itu kejam. Banyak orang melakukan segala cara demi kelangsungan bisnisnya, termasuk salah satu dewan direksi di perusahaannya yang sekarang ia pimpin. Nathan mengendus sikap licik mereka. "Kamu tenang saja, orang yang sudah berlaku curang itu sudah mengundurkan diri," kata Felix kepada Nathan. "Siapa, Pa?""Namanya Bian. Dia memanfaatkan perusahaan ini yang sedang maju pesat. Tenang saja, kamu tidak usah memikirkan hal ini. Perkara saham biar jadi urusan Papa. Lagipula, Hanggara memiliki saham ini hanya sepuluh persen saja.""Baik, Pa. Kalau begitu Abang pamit meeting dulu.""Cieee ... yang mau mimpin meeting!" Suara seorang wanita tiba-tiba menggema. Felix dan Nathan menoleh ke arah suara. "Mama!" seru Nathan. "Sayang, kau datang?" sambung Felix."Iya, Lili mau diantar sekolah. Jadi, daripada pulan

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Dinginnya Sikap Jody

    Suara decitan ban yang beradu dengan aspal sangat nyaring terdengar saat mobil Jody parkir di basement apartemen. Terdengar di telinga Jody napas Pricilla yang memburu. Jody menoleh. Ia melihat sang istri memegang dadanya sembari terpejam. Sudah dapat disimpulkan jika Pricilla sangat ketakutan. "Maaf!" Hanya kata itu yang terlontar dari mulut Jody. Laki-laki itu bergegas turun. Pun dengan Pricilla. "Wih, kayaknya enak, Bang?" tanya Jody kepada seorang pria yang sedang merokok. "Mau?" tanya Pricilla itu. "Boleh, dua."Jody tak hanya menerima dua batang, tetapi satu bungkus. Jody menggantinya dengan beberapa lembar uang, lalu bergegas pergi. "Kak? Tunggu!" cegah Pricilla sembari berlari mengejar, tetapi Jody terus melangkah. "Kak? Untuk apa rokok itu? Kakak, kan, tidak merokok! Kak?!"Setibanya di depan pintu apartemen, dengan cepat jemari Jody memijit kode pin. Pintu pun dapat ia buka. Jody masuk diikuti oleh Pricilla. Pricilla mengguncang lengan Jody. "Kak? Ngomong, dong!"Jod

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Bujuk Rayu Dio

    "Setiap waktu aku menunggu malaikat kecil hadir di rahimmu, Cilla! Sampai sekarang, lima tahun lamanya aku menunggu kabar bahagia itu. Tapi, apa? Tanpa seizinku kamu meminum pil KB ini, kenapa?!"Jody melempar alat kontrasepsi itu, lalu membuka kaos oblong yang ia kenakan. Pria itu mendekati Pricilla merapatkan tubuhnya tanpa celah. Jemarinya meraih dagu Pricilla agar menatapnya. Napasnya pun memburu. "Pintar sekali lidahmu berkelit saat aku mengajakmu untuk konsultasi ke dokter dulu. Kenapa? Kamu tidak mau memiliki anak dariku?"Tampak Pricilla ketakutan. Bahkan bulir bening sudah menggenang di pelupuk mata. "Jawab!" bentak Jody. "A-aku, a-aku belum siap!"Jody tertawa keras membuat Pricilla bertambah takut. "Belum siap kamu bilang? Dan sekarang kamu so peduli dengan anaknya si Dio itu, hah?!"Prang! Jody meninju kaca lemari. Darah segar pun mengucur. "Apa maksud kamu, Cilla, apa?!"Tangis Pricilla pun pecah. Jody membekap bibir Pricilla dengan bibirnya cukup kasar. "Bibir ini

Latest chapter

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Keluarga Bahagia_End

    Mendengar itu Pricilla berjalan mundur. Tak hanya Pricilla yang merasa kecewa, tetapi juga semua keluarga terlebih-lebih Shreya. "Tunggu!" titah Nathalie, membuat Pricilla menghentikan langkah. "Aku belum selesai bicara!" tukas Nathalie. Pricilla mencoba tersenyum walau bulir bening hampir saja menetes. "Ah, apa itu, Dek?""Sayangnya, tidak mungkin jika Liki tidak memaafkan Kakak.""Jadi, Adek maafin Kakak? Serius?"Nathalie mengangguk. "Iya, dua rius malah!"Nathalie memeluk Pricilla erat. Kata maaf terlontar dari mulut keduanya. "Makasih udah siapin ini untukku, Kak. Seandainya Kakak gak bikin pesta ini pun Adek pasti maafin Kakak, kok. Tapi, waktunya aja yang lama. Hehehe ...," ujar Nathalie dengan polosnya. Pricilla melerai pelukan. "Yaaah ... kalo gitu rugi, dong, Kakak bikin pesta ini!""Iiih, si Kakak, ya, gak, lah. Kan, aku seneng."Pricilla mengatakan jika semua ide datangnya dari Shreya. Mulai dari konsep, kostum dan lainnya. Sedangkan dirinya hanya pendanaan saja. Itu

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Kado Terindah

    "Ini tolong susunnya yang betul, ya?""Masakan sama kuenya udah aman, kan?""Coba yang itu, tolong kursinya tata yang rapi!"Itulah Pricilla saat dirinya disibukkan dengan acara yang ia persembahkan untuk Nathalie. "Sayang, istirahat dulu. Acaranya, kan, nanti malam. Kamu sampe lewatin makan siang, loh!" kata Jody. "Nanti saja, Kak. Aku mau mastiin acara ini bener-bener terselenggara mewah dan sempurna!""Gak, gak, bisa! Pokoknya kamu harus makan dulu. Kalo kamu sakit gimana?"Pricilla hanya diam. "Kakak gak mau, ya, gara-gara ini kamu sakit!" lanjut Jody. Akhirnya Pricilla menyerah. Ia memakan makanan yang Jody bawa. Semua tak luput dari pengawasan Jody. Pricilla yang sebenarnya sudah merasa kenyang pun mau tidak mau melahap semuanya. "Haaah, selesai. Kenyang banget, Kak."Jody tersenyum. "Bagus!""Kalo gitu, sekarang antar aku ke butik."Jody menepuk kening. "Istirahat, Yang! Malah ke butik."Pricilla hanya tersenyum memperlihatkan barisan giginya yang putih dan rapi. "Sekalian

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Nathan-Cinta Pada Pandang Pertama

    Satu minggu sudah berlalu. Satu minggu juga Nathalie tidak memberi Pricilla kesempatan untuk berbicara empat mata dengannya."Ma, hari ini Lili izin menginap lagi di rumah Nela, ya?" kata Nathalie. Perkataan Nathalie mencuri perhatian Felix, Lorenza, Jody dan Pricilla yang sedang sama-sama menikmati sarapan. Shreya menggeleng. "Tidak boleh?""Loh, kenapa?"Shreya menyimpan sendoknya. "Mama mau kalau weekend kita semua kumpul. Kita gunakan waktu senggang untuk bercengkrama.""Abang gak ada, gak asyik!" ucap Nathalie cepat. "Kan, ada Kakakmu. Mumpung dia menginap di sini," balas Shreya. Nathalie hanya menunduk dan mengaduk sup yang ada di mangkuk saja. Sikap Nathalie tak luput dari pandangan Pricilla. "Ma, nanti sore kita pulang," kata Pricilla. "Loh, katanya mau seminggu lagi di sini."Pricilla tersenyum. "Maaf, semalam lupa kasih tau Mama. Kakak kasian sama Kak Jody bulak-balik kantornya jauh."Embusan napas kasar yang terkesan lega terdengar dari mulut Nathalie. Remaja itu berd

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Bentuk Protes Nathalie

    Di sekolah, mood Nathalie belum seutuhnya kembali sampai-sampai apa yang guru jelaskan di depan kelas tak sepenuhnya ia dengar. "Lili, coba jelaskan kembali apa yang Ibu terangkan barusan!"Nathalie terkesiap. "Sa-saya, Bu?""Iya, kamu!"Nathalie tersenyum canggung. "Ma-maaf, Bu. Sa-saya tadi tidak fokus.""Sekali lagi kamu tidak perhatikan, silakan ke luar kelas! Mengerti?!""Ba-baik, Bu."Guru tersebut kembali mengulang menjelaskan. Beruntung, Nathalie bisa kembali fokus dan mampu menjawab semua pertanyaan yang guru tersebut ajukan. Bel istirahat diperdengarkan. "Kenapa lu?" tanya Nela --teman Nathalie. "Tumben amat lu lemot.""Lagi bete gue, La.""Cerita di kantin, yuk! Laper, nih!" Setelah mengambil ponsel di masing-masing loker, keduanya ke kantin. Baru saja tiba di kantin, ponsel Pricilla berdering pertanda satu panggilan masuk. Kak Cilla, nama yang tertera di layar ponsel. Rasa benci yang masih menggelayut membuat Nathalie menolak panggilan. "Lu mau makan apa?" tanya Nela

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Sesal Pricilla

    Di apartemen. Ada Pricilla yang sedang sibuk menyiapkan keperluan Jody untuk bekerja. "Sayang, maaf, ya? Kakak harus kerja hari ini," ucap Jody. Pricilla yang sedang memilih dan memilah kemeja pun menjawab, "Iya, tidak apa-apa. Aku yang harus berterimakasih sama Kakak atas waktunya. Hampir satu minggu Kakak temani aku.""Iya, Sama-sama, Sayang."Sebelum berangkat ke kantor, Pricilla meminta Jody agar mengantarnya ke rumah Shreya. Setelah menikmati sarapan keduanya pergi. *"Kak, sebelum ke rumah mama, antar aku ke toko kue Nenek Melani," pinta Pricilla. "Buat oleh-oleh?"Pricilla menggeleng. "Lalu?"Rupanya Pricilla ingin meminta maaf kepada Melani atas semua kesalahan yang sudah ia perbuat. Jody tersenyum mendengar itu. Tiba di toko kue, rupanya Melani yang menyambut. "Wah, ada ka--""Nenek!" Pricilla memeluk Melani membuat wanita tua itu tercengang. "Maafin aku, ya, Nek? Maaf atas semua kesalahan yang sudah aku perbuat."Melani tersenyum dan membalas pelukan. Diusapnya rambu

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Keputusan Nathan

    Mata Jody perlahan terbuka. Senyumnya mengambang melihat Pricilla yang tidur sembari memeluknya tanpa sehelai benangpun. Dilihatnya jam yang terpasang di dinding. Ternyata jarum jam sudah menunjuk pada angka tujuh malam. Rasa lelah yang meraja rupanya membuat mereka tidur sangat pulas. Maklum saja, pergulatan siang tadi berlangsung berjam-jam.Pricilla menggeliat. Perlahan mata indahnya terbuka. Cup! Jody mengecup pucuk kepala Pricilla. Pricilla mendongak. "Eh, Kakak udah bangun?""He'em, dari tadi."Pricilla hendak bangun. Namun, ia urungkan saat menyadari tubuhnya polos. Wanita itu memilih menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Jody. "Ih, malu," cicit Pricilla. Jody tersenyum. Sembari mengeratkan pelukan, ia bertanya, "Malu kenapa, sih, Yang? Toh, Kakak udah liat semuanya."Plak! Pricilla memukul dada Jody. "Gak usah disebutin juga, Kak, ih!""Sakit, Yaaang!" Jody mengusap-usap dadanya yang dipukul. Pricilla yang tak enak hati tentu saja meminta maaf sembari turut mengusap

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Pricilla-Jody, Baikan.

    Sembari menangis Pricilla berjongkok membantu Jody berdiri. Beruntung, Jody hanya mengalami lecet di tangan saja karena mobil Dio menabrak gerobak seorang pedagang yang turut menyebrang. Jody terjatuh tertimpa gerobak. Ramai orang berkerumun, bahkan sebagian dari mereka memecahkan kaca mobil Dio. "Turun, anj*ng!""Udah tau jalanan ramai, malah ngebut!""Ganti rugi!"Banyak dari mereka yang turut menghujat. Dio pun turun. Tak ada rasa sesal darinya. Ia menatap tajam ke arah Jody dan Pricilla. Bugh!Bugh! Bogem mentah Dio dapatkan dari beberapa orang. Ia pun terkapar. "Hentikan!" seru Jody. "Dia sodara saya! Untuk kerusakan, biar saya yang ganti," lanjut Jody. Orang-orang pun membubarkan diri. "Sayang, tunggu di sini," ucap Jody kepada Pricilla. Pricilla mengangguk, Jody pun berlari menuju mobilnya. Tidak lama berselang, Jody kembali dengan membawa selembar cek. Tertulis nominal sebesar lima puluh juta. "Segini cukup untuk mengganti rugi gerobak dan dagangan Bapak?" tanya Jo

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Dio Balas Dendam?

    Jody memaksa Pricilla pergi dari rumah Dio. Meninggalkan Lira yang menangis karena tak tahu siapa mamanya. "Kenapa diam?" tanya Jody di balik kemudi. "Kakak keterlaluan!""Apanya yang keterlaluan?""Aku gak habis pikir kalo Kakak picik."Jody tersenyum samar. "Picik lawan picik. Itu!""Kak Dio gak picik, tuh!" ujar Pricilla sembari mendelik. "Bela aja terusss!""Apa Kakak gak kasihan sama Lira tadi?"Jody hanya tersenyum sarkas menanggapi pertanyaan Pricilla. Pricilla diam. Pun dengan Jody. Jody memilih fokus menyetir dan akan bicara empat mata dengan Pricilla di rumah saja.Lima menit lagi mereka akan sampai di apartemen milik Jody. Namun, tiba-tiba saja Pricilla berkata, "Aku mau pulang ke apartemenku!""Sebentar lagi kita sampe, Yang.""Kalau begitu Kakak turun dan biarkan aku pulang sendiri!"Jody menghela napas. Ia memutar balik mobil yang dikendarai. Tidak masalah memang, hanya saja ke apartemen milik Pricilla cukup jauh belum lagi jalanan yang sudah mulai macet. Kapan merek

  • Bertaruh Hati Demi Anak Tiri   Dijebak

    Jody tetap menjaga jarak dengan mobil Pricilla. Ia benar-benar harus memastikan jika sang istri selamat sampai tujuan. Mobil Pricilla sudah terparkir di basement. Setelah wanita itu turun, Jody turut memarkirkan mobilnya. Pricilla sudah masuk ke dalam unit apartemennya. Jody tak lekas pulang, ia menghubungi Ronald. "Kamu tinggal di Apartemen Green Street, kan?""Iya, Pak. Ada apa, ya?""Lantai berapa dan kamar nomor berapa?"Jody tersenyum lebar. Ternyata unit apartemen milik Ronald berada di lantai yang sama. "Keluar!" titah Jody. "Maksud Bapak?""Aku ada di luar, tepat di depan kamarmu!"Tidak berselang lama, Ronald menampakan diri. Tanpa basa-basi Jody menerobos masuk. Sang tuan rumah hanya melongo melihat sikap sang bos. Jody duduk di sofa, lalu memberitahu nomor unit apartemen Pricilla. "Wah, kebetulan sekali, Pak. Tapi, apa hubungannya dengan saya, Pak?" tanya Ronald, kemudian tersenyum canggung. "Ah, pertanyaan yang bagus. Sebelumnya saya minta maaf karena sudah menggan

DMCA.com Protection Status