“Mengapa Kak Denver hanya diam? Apa Kak Denver tak sanggup melakukannya?! Kak Denver lebih memilih nyawa Kak Anais dibanding Aretha?!” Denver hanya bungkam mendengar seluruh tuntutan sang istri. Dirinya menatap wajah berang wanita itu, yang hanya menampilkan hasrat menguasai yang besar. ‘Aku yakin, pilihanku menikahi Aretha tidak salah. Dia sangat berambisi, sama persis sepertiku. Karena kita berdua sangat mirip, aku yakin kita bisa mencapai puncak bersama-sama. Meski sekarang tidak mengakui Aretha, tapi Ibu pasti segera menerimanya setelah melihat kemampuannya,’ batin Denver dalam senyap. Tangannya menjulur, merengkuh pipi istrinya yang kini basah karena air mata. “Tenanglah, Sayang. Walau kau tidak memintanya, aku pasti akan memusnahkan jalang itu, beserta anjing liar yang terus mengganggu jalan kita!” tukasnya meyakinkan. “Lihatlah aku, kau bisa memegang janjiku. Hanya kau, wanita yang pantas berdiri di sisiku. Mari kita tunjukan pada semua, bahwa kita bisa mencapai segalanya!”
Read more