Semua Bab Istri Pungut Sang Pewaris: Bab 111 - Bab 120

147 Bab

Rahasia Besar Tigris

“Jangan bercanda, Tuan!” Tigris yang tersentak dengan ucapan Dewan Direksi di hadapannya, kini menajamkan pandangan.Namun, begitu lawan bincangnya menekan tombol pemutar pada alat perekam di tangannya, Tigris tak bisa berkutik sebab dalam rekaman itu terdengar jelas, bahwa dia sengaja menyiapkan kecelakaan untuk melenyapkan kedua orang tua Anais. Bahkan di sana Tigris juga mengakui bahwa dirinya ingin menguasai harta mendiang Esteban, tidak peduli jika harus membunuhnya meski pria itu saudara kandungnya sendiri.‘I-ini tidak mungkin, ini tidak boleh tersebar. Aku sudah berusaha keras, jadi tidak mungkin melepas semuanya begitu saja.’ Pimpinan DV Group itu membatin was-was dalam hati.Dengan sorot amat dingin, Tigris pun berkata, “sejak kapan Anda memiliki rekaman ini?”“Apa itu penting? Jika Anda ingin bukti ini aman, maka Anda harus membantu saya membungkam Nona Anais dan suaminya!” sahut Dewan Direksi itu mengancam.Alih-alih membalas, Tigris malah menggelegarkan tawanya. Dia terba
Baca selengkapnya

Wanita Pertama Dan Satu-Satunya Untuk Jade

“A-apa yang Kak Cedric katakan?!” Aretha mendengus dengan wajah tegang. “Itu tidak mungkin. Mustahil Kak Denver meninggalkan Aretha!”Maniknya tampak gemetar, tapi Cedric yang berada di hadapannya malah bungkam. Dan itu semakin memicu kecemasan membengkak di hati Aretha.“Jawab Aretha, Kak Cedric! Katakan bahwa semua itu bohong. Kak Denver tidak mungkin pergi semudah itu!” Wanita tersebut kembali memberang dengan nada lebih tinggi.Cedric mengencangkan rahangnya amat kesal, tapi akhirnya dia berkata, “andai dia benar-benar mati, maka aku akan sangat senang!”Sungguh, batu yang mengganjal di dada Aretha seolah sirna. Mendengar balasan sang kakak, artinya Denver masih hidup.“Jangan pernah bercanda seperti ini lagi, karena itu tidak lucu. Aretha bisa membenci Kak Cedric karena ini!” Putri kesayangan Pineti tersebut menyambar dengan gigi saling mengerat.Dia sontak berbalik menuruni tangga sebab terlanjur kesal dengan tingkah kakaknya. Namun, Cedric tak bisa diam saja saat sang adik yang
Baca selengkapnya

Kemarilah Jika Kau Ingin Memelukku

Anais yang baru menginjakkan kakinya ke dalam penthouse, langsung terpaku pada Jade yang tengah menata makanan di meja.‘Apa yang sedang dia lakukan?’ batinnya dalam diam.Di sana Jade sibuk merapikan tampilan makanan yang dia masak sendiri. Dari jarak tersebut, Anais memperhatikan Jade yang kini melepas celemek hitam yang melingkari pinggangnya.‘Untuk ukuran seorang pria, dia memang memiliki badan yang bagus.’ Anais melanjutkan seiring dengan matanya yang terpaku pada pinggul suaminya.Tiba-tiba ingatannya kembali pada momen dirinya dan Jade, yang baru saja melewati permainan ranjang panas kemarin malam. Sentuhan setiap jengkal tangan suaminya begitu memabukkan lebih dari alkohol jenis apapun.Anais semakin menggenggam erat tas yang ditentengnya seraya membatin, ‘dia sangat baik dalam seks, benarkah dia pertama kali melakukannya denganku, seperti yang Carlein katakan? Atau mungkin Carlein hanya berbohong?’Wanita itu tenggelam dalam pikirannya yang rumit.Namun beberapa saat kemudia
Baca selengkapnya

Aku Akan Membuatmu Membutuhkanku

‘Sialan! Siapa orang yang datang?!’ Cedric menggeram penuh umpatan dalam hati.Dia seketika mematikan flash lampu dari ponselnya dan refleks menunduk di bawah meja kerja sang ayah. Dari tempatnya berlindung, dirinya tak bisa melihat keadaan di sisi pintu, tapi dadanya seakan bergemuruh kala ambang itu kian terbuka lebar.‘Mungkinkah itu Ayah?!’ batin putra sulung keluarga Devante itu cemas.Asumsinya kian mencuat saat derap sepatu melangkah ke dalam. Cahaya dari luar ruangan, membuat bayangan sosok lelaki terpantul ke lantai. Dia meraih sakelar lampu hingga tempat itu seketika terang. “Tidak ada siapapun di tempat ini,” tutur orang tersebut yang suaranya tak bisa dikenali oleh Cedric. “Jika tidak ada orang yang masuk, mengapa pintunya terbuka? Mungkinkah Tuan Tigris lupa menguncinya?”Mendengar sederet kalimat tersebut, Cedric yakin bahwa lelaki yang datang itu adalah pekerja mansion.Orang tadi kembali menilik pintu dan memeriksanya. “Astaga, ternyata kuncinya rusak. Besok aku akan
Baca selengkapnya

Tembak Dia!

“Mengapa kau membawaku ke tempat ini?” Anais bertanya penasaran saat mobil Jade berhenti di depan bangunan asing.Di sana berjajar antek-antek Jade bersetelan hitam yang serentak membungkukkan kala mereka tiba. Dan itu membuat Anais tercengang, tapi dirinya hanya memilih bungkam.‘Tempat macam apa ini?’ Maniknya menggulir ke arah suaminya seraya membatin, ‘sebenarnya kau pria seperti apa, Jade? Berapa banyak rahasia yang kau sembunyikan? Semakin lama aku dekat denganmu, kau serasa menakutkan.’Pria itu membawa Anais ke ruangan luas yang biasa dia gunakan untuk latihan menembak. Di sana terpasang target-target bidikan yang memancing hasrat untuk menaklukkan, sementara di sudut lain ada meja dengan beragam pistol menawan.“Mari bertaruh,” tukas Jade menjulurkan senjata.Sang istri mengernyiti, dia tak habis pikir mengapa Jade malah membuang waktu hanya untuk bermain di sini.“Jadi ini yang mau kau tunjukan?” sahut Anais yang seketika membuat Jade menaikkan alisnya. “Aku sedang malas me
Baca selengkapnya

Kemesraan di Dapur

“Seperti yang aku bilang, jangan segan untuk mengarahkan pistolmu. Jadi, mari kita antarkan si berengsek ini ke neraka dengan rasa sakit yang luar biasa!” Jade kembali berbisik tegas saat Anais ragu-ragu. Dia memupuk keyakinan sang istri untuk menghukum Denver yang malah menyungging senyum ejekan padanya. ‘Ya, kau memang pantas mati, Denver. Aku benar-benar ingin menghancurkanmu sampai melihat dirimu lenyap!’ batin wanita itu seiring dengan tangannya yang gemetar memegang pistol. Terlebih kala mengingat niat bejat pria itu yang terang-terangan melecehkannya, sungguh membuat galombang emosi Anais naik ke dada. Manik hazelnya fokus pada target, dia menatap lurus titik bidikan selaras dengan pegangannya yang kian kuat pada senapannya. Dan tak menunggu lama, Anais pun melesatkan pelurunya hingga anak timah itu pun mengenai jam dinding yang berada tepat di belakang Denver. “Aish, dasar jalang sialan!” Denver seketika mengumpat sengit karena peluru Anais melewati tepat di atas kepalanya
Baca selengkapnya

Siapa Yang Berselingkuh? Siapa Yang Kau Tuduh?

‘Kali ini kau tidak akan bisa lolos, Cedric!’ Anais membatin seiring dengan langkahnya menuju mansion Devante. Tekadnya untuk mendepak sang kakak angkat dari rumah peninggalan orang tua kandungnya membara. Namun, ketika Anais masuk ke mansion bernuansa putih itu, dirinya sudah disambut tatapan garang dari Aretha dan Pineti yang tengah duduk di kursi ruang makan. Anais memang sengaja datang pada jam makan malam ketika semua orang berkumpul, tapi dia malah melihat pemandangan berbeda sebab Tigris dan Cedric yang tengah diincarnya tidak ada. “Ah, tibat-tiba nafsu makan Aretha jadi hilang!” Putri kedua Tigris itu mendecak kala menatap Anais. Akan tetapi, wanita yang tengah mendapat sarkasan tidak gentar. Anais kian mendekat hingga mendaratkan diri di kursi depan Aretha. Tangannya menjumput sebutir anggur di meja, tapi alih-alih memakannya, istri Jade itu hanya memainkan buah itu dengan jarinya. “Harusnya kau bersyukur sebab bisa menikmati makanan dan semua fasilitas di mansion ini seca
Baca selengkapnya

Siapa yang Harus Aku Percaya?

“A-apa?!” Suara terkejut Anais bergema, hingga membuat Tigris dan Cedric yang duduk di sofa berpaling. Keduanya seketika tercengang mendapati wanita itu tiba-tiba masuk. Terlebih Tigris yang memegang peran penting dalam kasus ini, mulai merasakan ketegangan membanjiri tengkuknya. ‘Sialan. Apa dia mendengar semuanya?’ batinnya was-was. Lelaki baya itu berupaya menata ekspresi untuk tetap tenang, seraya berkata, “kau datang, Anais?” “Sejak kapan kau tiba? Apa kau ada perlu dengan Ayah sampai mencari ke ruang kerja?” Tigris pun bangkit dan hendak mendekati putri angkatnya. Namun, Anais tidak bodoh. Dirinya dengan sengit mendengus, “apa yang kau bicarakan tadi, Cedric? Katakan, sebenarnya apa yang kau maksud dengan Ayah membunuh kedua orang tua kandungku?!” Wanita itu seakan tak menggagas sapaan Tigris, sebab terlanjur fokus menuntut penjelasan sang kakak. “Cedric! Kau tidak bisu, jadi bicaralah sekarang!” Anais kembali menandas sangat tedas. Akan tetapi, sosok pria yang kini duduk
Baca selengkapnya

Jangan Pergi Jade

Meski berupaya memutar kemudi dengan cepat, tapi mobil Anais tetap bersinggungan dengan sedan yang melaju dari depan, hingga membuat kendaraan itu berputar di jalanan. Iris wanita tersebut membelalak dengan dada bergemuruh buncah, berusaha menguasai setir dan kakinya pun menginjak pedal rem amat kuat.Aspal licin karena guyuran hujam membuat decit roda mobil Anais memekik, tapi beruntung jalanan saat itu sepi hingga Anais bisa mengendalikan sedannya untuk berhenti, walau itu pun tepat di tengah jalan. Ketakutan membengkak di jantungnya, dia menunduk dengan tangan mencengeram setir dengan gemetar.Anais menata napasnya yang kini tak beraturan seraya membatin, ‘apa aku masih hidup?’Manik hazelnya tersita pada ponselnya yang kini jatuh di dekat kakinya. Layar itu menyala dan rupanya panggilan Jade masih berlangsung.‘Ah … ternyata aku masih hidup,’ katanya yang baru menyadari situasi.Tangannya menjulur hendak mengambil gawainya tersebut, tetapi mendadak ada ketukan dari jendela mobilny
Baca selengkapnya

Aku Sudah Sering Melihat Tubuhmu, Jadi Untuk Apa Kau Malu?

‘A-apa dia baru saja menyebut namaku?’ Jade bergeming dalam hatinya. Wajahnya tampak bingung mendapati Anais menahan tangannya. Biasanya wanita itu hanya memanggil nama sang suami saat berdebat karena saking kesalnya, tentu saja sekarang Jade tercengang. ‘Mungkinkah aku tadi salah dengar?’ Pria itu mengambil kesimpulan sebab ucapan Anais memang amat pelan. Akan tetapi, asumsinya pecah saat Anais kembali bertutur, “t-tolong jangan tinggalkan aku, Jade.” Manik abu sang pria melebar, sensasi panas pun naik ke pipinya hingga membuat wajahnya memerah saat mendengar jelas ucapan Anais ini. Ketika Jade menoleh, dia mendapati wanitanya mengernyit seakan mencari kehangatan, dan tangan Jade adalah salah satu penawar yang tepat. Jade pun menekuk lututnya dan duduk berjongkok di samping ranjang tempat Anais berbaring. “Apakah kelinci nakal akhirnya jinak?” tuturnya pelan masih dengan raut wajah datar. Dia menjatuhkan pandangan ke tangan Anais yang menggenggamnya erat. Sebelah tangannya memb
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status