Home / Romansa / Wanita Penghibur sang Presdir / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Wanita Penghibur sang Presdir: Chapter 91 - Chapter 100

113 Chapters

BAB 91 | Penculikan

Operasi Giselle berjalan lancar, meski memakan waktu yang cukup panjang. Kini, gadis kecil itu sudah dipindahkan ke ruang ICU untuk perawatan intensif pasca operasi.Samuel dan Alexa terlihat menunggu di luar ruangan. Keduanya terlihat lelah, namun tetap tampak bahagia mengingat segalanya berjalan sesuai harapan."Sam, aku sangat berterima kasih. Entah bagaimana nasib kami jika tidak bertemu denganmu," tutur Alexa yang duduk di samping Samuel.Pria itu tersenyum ke arah Alexa. Ia sedikit membetulkan letak kacamata yang bertengger di hidungnya. "Aku senang bisa membantu kalian. Aku harap, Giselle lekas pulih, dan kita segera kembali pulang.""Aku juga berharap demikian." Alexa mengulum senyum. "Oh, ya! Bisa kau hubungi Gabriel? Dia pasti menunggu kabar tentang Giselle.""Kau benar." Samuel terkekeh pelan. Tangannya lekas merogoh saku jaketnya. Mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam sana.Selama dua minggu tinggal di Amerika, Samuel selalu menyempatkan diri untuk menghubungi keponakan
last updateLast Updated : 2023-11-06
Read more

BAB 92 | Penculikan 2

BRAK!Geisha menghempaskan pintu mobilnya secara kasar. Tidak ia pedulikan penampilannya yang acak-acakan sebab menangisi putranya. Bahkan, mobilnya pun menubruk tong sampah besar di depan lobi tadi. Namun, itu semua tak penting. Ia hanya memikirkan nasib putranya saat ini.Wanita itu berlari menyusuri lorong bangunan perkantoran suaminya. Mengabaikan panggilan dari para karyawan kantornya yang merasa keheranan akibat istri bos mereka yang seperti orang kesetanan.Geisha tidak peduli dengan pandangan orang terhadapnya saat ini. Sebelumnya, ia sudah berusaha menghubungi Ganesha setelah wanita misterius yang menculik putranya tadi mematikan telepon. Namun, suaminya sama sekali tak menjawab panggilannya yang terhitung hampir puluhan kali."GARA ...!" Teriakan Geisha menggema ke penjuru ruangan. Wanita itu berlarian ke sana-kemari selayaknya orang gila. Mencoba mencari-cari keberadaan sang suami yang seakan menghilang."Nyonya, Tuan Gara sedang ada pertemuan dengan klien dari Jepang. Nyon
last updateLast Updated : 2023-11-08
Read more

BAB 93 | Penculikan 3

"HANTU ...!" teriak pria-pria dewasa tersebut. Membuat Gabriel sedikit terlonjak kaget. Hingga tak berselang lama setelahnya, tiga dari empat orang pria itu jatuh pingsan, sementara satu yang lainnya terlihat kebingungan."Tidurlah, atau aku akan memakanmu!" ancam Gabriel pada pria yang masih terlihat berdiri tersebut."J–jangan makan aku!" Pria tersebut pun menepuk keningnya, kemudian terjatuh pingsan. Menimpa tubuh teman-temannya yang lain, yang sudah lebih dulu tak sadarkan diri.Gabriel membeo melihat pemandangan tersebut. "Ternyata, paman-paman ini sungguh bodoh," gumamnya keheranan.Bocah laki-laki itu pun tak ingin menyiakan waktu. Ia memutuskan untuk segera keluar dari dalam gudang yang pengap tersebut. Kaki kecilnya terayun menyusuri halaman dengan tanah yang ditumbuhi rerumputan kecil. Namun, melihat seorang penjaga di depan gerbang, Gabriel memutuskan untuk putar arah. Kemudian, bocah itu berlari hingga ke halaman belakang rumah.Tiba di halaman belakang, Gabriel menemukan
last updateLast Updated : 2023-11-09
Read more

BAB 94 | Pulang

Gabriel berhasil meraih batang pohon yang lebih besar. Meski harus sedikit bergelantungan dan ketakutan, tapi bocah itu bisa berayun hingga mampu menemukan pijakan yang bisa ia gunakan untuk turun dari atas sana.Bocah itu segera berlari menjauhi area rumah tersebut begitu kakinya menginjak ke tanah. Ia tidak memikirkan banyak hal, lantaran dirinya merasa takut apabila orang-orang di rumah itu berhasil mengejarnya. Apalagi, Gabriel sendiri pun tadi mendengar ketika mereka menemukan dirinya di atas tembok."Hah .... Hah ...!" Napas bocah itu mulai tak beraturan. Rasa haus mulai membakar kerongkongannya yang terasa kering.Dalam jarak beberapa meter, Gabriel melihat sebuah pangkalan taksi. Bocah itu segera berlari mendekat, meski langkahnya sudah sedikit melemah. Tubuhnya bergemetar antara lelah bercampur takut. Namun, ia tak ingin menyerah begitu saja."Paman! Hah .... Hah .... Hah ...." Gabriel tiba di samping salah satu mobil taksi yang terparkir. Napasnya tersengal-sengal. Akan teta
last updateLast Updated : 2023-11-10
Read more

BAB 95 | Kepulangan

Ganesha menghela napas panjang. Pria itu tengah duduk di tepi ranjang, sementara sang istri masih terbaring pingsan di sana."Tuan tenang saja. Nyonya Geisha mungkin hanya shock. Dia tidak kenapa-kenapa," tutur seorang pelayan yang baru saja mengantarkan minuman untuk sang tuan.Ganesha mengangguk sebagai respon atas penuturan pelayannya. Pria itu menggumamkan kata terima kasih, sebelum akhirnya si pelayan berpamit untuk pergi keluar kamar."Papa?" panggil Gabriel yang kini muncul dari balik celah pintu yang terbuka.Ganesha lantas menolehkan kepalanya ke ambang pintu. Senyum pria itu merekah begitu melihat sosok putranya yang kini mulai mendekat. "Kenapa kau tidak istirahat di kamarmu?"Gabriel yang mendengar pertanyaan sang ayah itu pun lantas menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Aku ingin menemani Mama.""Kemarilah," pinta Ganesha. Pria itu segera mengangkat tubuh sang putra untuk duduk di pangkuannya. Kemudian, dipeluknya dengan erat bocah tersebut.Ganesha menghirup dalam-da
last updateLast Updated : 2023-11-11
Read more

BAB 96 | Pertarungan Sengit

Hari telah menjelang malam. Namun, Samuel dan Gabriel masih sama-sama menikmati kebersamaan mereka. Keduanya saat ini tengah berada di sebuah mall. Mereka berkunjung di zona bermain anak. Semua atas permintaan Gabriel yang tak dapat Samuel tolak."Tembak, Paman! Tembak!" seru bocah laki-laki itu dengan bersemangat saat memainkan sebuah permainan aksi. Ia dan Samuel sama-sama memegang sebuah pistol mainan yang mereka arahkan pada zombie yang muncul di dalam monitor."Ahahaha! Dasar payah!" ejek Samuel saat tembakan Gabriel meleset."Aku hanya pemanasan saja!" ucap Gabriel mencoba membela diri.Mereka bermain sampai lupa waktu. Hingga tak terasa, arloji di tangan Samuel telah menunjukkan pukul setengah delapan malam."Ayo, pulang!" ajak Samuel kepada keponakan kecilnya."Aku masih ingin bermain, Paman!" tolak Gabriel dengan wajah yang memberengut kesal."Besok lagi. Kita masih punya banyak sekali waktu untuk bermain. Sekarang, kita pulang dulu. Mama dan papamu pasti mencarimu," tutur Sa
last updateLast Updated : 2023-11-12
Read more

BAB 97 | Pertengkaran Berujung Pertempuran

BYUR!Cipratan air menyembur mengenai kaki pelayan yang berdiri di tepi kolam, serta Samuel dan Ganesha yang masih bertikai di tengah kolam. Mereka sontak menoleh dan menatap terkejut pada sosok Geisha yang baru saja melompat masuk ke dalam air."Geisha!" pekik Ganesha dengan mata terbelalak tak percaya. Pria itu segera berenang menepi untuk menghampiri Geisha yang kepalanya timbul dan tenggelam.Sementara itu, Samuel pun berusaha mendekat. Ia dan sang kakak sama-sama berusaha menolong Geisha yang terlihat gelagapan dengan tangan yang melambai di atas permukaan air."HAMPPP–""Sayang! Sayang!" Ganesha meraih bahu sang istri, kemudian mendekapnya erat."Ahh .... Aku hampir mati," lirih wanita itu dengan bibir bergemetar dan tubuh menggigil."Ambilkan handuk untuk Nyonya!" perintah Ganesha pada sang pelayan dengan tegas.Pelayan itu segera berlari masuk ke dalam rumah untuk mengambilkan handuk. Sementara, pelayan lain datang bersama seorang pengawal bertubuh kekar."Apa yang terjadi, Tu
last updateLast Updated : 2023-11-14
Read more

BAB 98 | Perdebatan Tak Berujung

Suasana sarapan pagi ini cukup menegangkan. Setidaknya, itulah yang dirasakan oleh Geisha dan Gabriel yang duduk bersebelahan. Kedua orang berwajah polos itu hanya sesekali saling melempar lirikan setiap kali mendengar denting alat makan beradu dengan piring. Juga, gerutuan sang kepala keluarga yang terdengar tak jelas."Merusak suasana. Jika bukan karena Geisha, aku sudah akan mengusir pria tak tahu diri ini dari rumahku," gumam Ganesha pelan. Berharap tidak ada seorang pun di atas meja makan ini yang mendengar ucapannya.Sementara itu, meskipun mendengar, Samuel memilih untuk mengabaikan ocehan sang kakak. Lagi pula, dirinya juga berhak tinggal di sini, bukan?"Gabriel, apa kau mau pergi keluar bersamaku?" tanya Samuel secara tiba-tiba, di tengah kegiatan sarapan bersama itu. Membuat Geisha sontak melirik ragu ke arah Ganesha yang juga telah menghentikan aktivitas makannya untuk sejenak. Wanita itu melihat sosok suaminya yang sudah melemparkan tatapan tajam ke arah Samuel."Mau! Kit
last updateLast Updated : 2023-11-15
Read more

BAB 99 | Hati ke Hati

Geisha duduk bersandar pada sebuah pohon yang pernah Ganesha klaim sebagai rumah mendiang ayahnya. Sementara, suaminya itu membaringkan kepala di pangkuannya dengan mata yang terpejam.Wanita itu mengusap kepala sang suami dengan lembut seraya ikut memejamkan mata. Menikmati hembusan angin segar yang menyapa wajahnya. Ia tersenyum tipis dalam posisinya yang demikian.Cukup lama mereka menikmati suasana sunyi yang terasa menenangkan. Tentu saja. Mereka berdua ada di area pemakaman. Terakhir Geisha pergi ke makam, dia hanya mengunjungi makam palsu milik Ganesha. Dan itu sudah lebih dari dua atau tiga bulan yang lalu. Sementara, untuk mengunjungi makam orang tua Ganesha sendiri, mereka baru melakukannya lagi setelah bertahun-tahun lamanya.Ganesha menggeliat kecil. Sebelumnya, ia benar-benar tertidur dengan nyaman di atas pangkuan sang istri. Kini, pria itu mengubah posisinya menjadi menghadap ke perut Geisha. Memeluk perut itu dengan sebelah tangannya.Geisha membuka mata. Ia melirik ke
last updateLast Updated : 2023-11-17
Read more

BAB 100 | Lebih Pilih Siapa?

Ganesha benar-benar menepati janjinya. Ia membawa putranya pergi ke arena balap gokart seusai kegiatan home schooling-nya. Dan kini, mereka telah berada di depan loket pembelian tiket masuk."Maaf, Tuan. Putra Anda belum memenuhi standar minimal untuk memasuki arena. Di sini, usia minimal untuk ikut masuk ke arena balap adalah tujuh tahun," jelas sang petugas loket.Gabriel mendesah kecewa. Padahal, ia begitu ingin pergi ke tempat ini lantaran sering menontonnya, baik di televisi maupun ponsel. Namun sayang, keterbatasan usia membuatnya dilarang untuk masuk ke dalam."Apa kau tidak bisa melihat tinggi badannya? Putraku sangat tinggi. Tidak jauh berbeda dengan anak usia tujuh tahun!" kata Ganesha dengan sedikit keras kepala."Tapi, Tuan, kami tidak bisa membiarkan balita menyetir kart seorang diri," jawab si petugas loket."Dia bisa! Putraku bisa! Biarkan kami masuk!" tegas Ganesha yang mulai terbawa emosi. Bukan apa-apa. Ia hanya tak ingin mengecewakan putra semata wayang yang ia mili
last updateLast Updated : 2023-11-18
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status