"Aira, kamu apa-apaan, sih?" tanya Vina setelah tiba di dapur."Apa-apaan, apa, Bu?" tanya Aira tak mengerti. Vina menghela nafas dalam, lalu menatap Aira dengan gemas."Kamu kenapa, Aira? Kamu tidak perlu memperlakukan wanita itu sebagai tamu. Kenapa kamu ini? Ibu sangat tidak mengerti sama kamu. Kamu terlihat bahagia sekali," gerutunya membuat Aira terkekeh."Ya ampun, Ibu. Kok jadi Ibu yang gemas, sih?" tanya Aira dengan masih tertawa kecil. "Ya, bagaimana Ibu tidak gemas melihat kamu terlalu menyambut wanita itu dengan baik? Jangan rendahkan harga dirimu di depannya, Aira. Ibu tidak suka." Vina melipat kedua tangannya di dada, lalu memalingkan muka. Aira mengerti isi hati Ibu mertuanya itu yang terlalu menyayanginya, Vina terlalu mengkhawatirkan kebahagiaannya. "Sudahlah, Ibu. Jangan terlalu cemas seperti itu. Apa Ibu tidak lihat, Yulia masih sangat muda dan ia terlihat polos? Aku rasanya langsung menerimanya," ucap Aira membuat Bu Vina menganga."Ya ampun, Aira, apa yang meras
Read more