Aira mengerucutkan bibirnya. "Kamu ini bicara apa sih, Mas? Buat apa juga aku dekat-dekat dengan ayah mereka?" tanyanya dengan melipat kedua tangan di dada. "Ya bisa saja, kan, dia yang memanfaatkan situasi? Dulu kan dia sempat mengutarakan perasannya sama kamu, Dek.""Ya tapi itu dulu, Mas. Sekarang kan sudah jelas aku istri kamu. Mana mungkin juga Bang Han punya fikiran seperti itu? Dia bukan pria aneh atau pria kurang waras, Mas.""Iya, iya. Mas kasih izin kamu juga pasti sangat rindu, kan, sama anak-anak itu?" Aira tersenyum dengan tulus. "Sangat, Mas. Apalagi saat mengetahui mereka masih begitu mengingat apa yang selalu aku lakukan untuk mereka dulu. Aku bahkan sampai tidak bisa menahan tangisku detik itu juga. Aku sangat menyayngkan, kenapa Bang Han sampai sekarang tidak menikah juga? Apa dia tidak mengerti kalau sosok seorang ibu itu sangat mereka butuhkan? Jika saja Bang Han menikah lagi, pasti mereka tidak akan terus-terusan mengingat aku, kan, Mas?" Alan menatap Aira deng
Baca selengkapnya