Home / Pernikahan / Broken Angel / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Broken Angel: Chapter 41 - Chapter 50

62 Chapters

Kecelakaan Yang Menimpa Lolita

Untuk sesaat Angel termangu mendengar ucapan Ben. Namun rupanya diamnya Angel membuat pria itu mengira bahwa Angel keberatan."Jadi kamu nggak mau membantu aku? Kamu nggak mau menjaga Lolita selama aku pergi?""Aku sama sekali nggak keberatan. Aku bersedia. Tapi gimana dengan Lolita, apa dia nggak keberatan kalau aku yang menjaganya?" tanya Angel balik sambil melirik ke arah kekasih suaminya. Ia hanya merasa ragu. Ia tidak yakin Lolita akan setuju.Ben lantas memandang ke arah kekasihnya dan langsung menanyakannya."Sayang, nggak apa-apa kan kalau kamu tinggal sama Angel? Aku nggak akan lama kok. Aku usahain besok sore udah di sini."Terdengar embusan napas yang Lolita keluarkan dengan kasar. Sungguh dirinya tidak ingin tinggal bersama Angel. Tapi apa daya. Ia butuh seseorang yang bisa menjaganya selama ia sakit. Dan sialnya satu-satunya orang itu adalah Angel."Nggak apa-apa," jawab Lolita berat hati. "Tapi janji ya, paling lambat besok sore kamu sudah di sini.""Janji," jawab Ben me
Read more

Dia Adalah Malaikat, Bukan Manusia

Angel bergegas menyusuri koridor rumah sakit. Setelah mendapat telepon tadi dirinya langsung menuju tempat itu dengan perasaan khawatir. Baru beberapa jam yang lalu Lolita keluar dari rumah sakit, namun dia sudah kembali ke tempat itu dengan kondisi yang berbeda.“Maaf, Sus, bagaimana kondisi pasien atas nama Lolita yang baru saja mengalami kecelakaan?” Angel menanyakannya pada perawat yang ia temui.“Pasien sedang ditangani, Bu. Saat ini berada dalam keadaan tidak sadarkan diri,” jawab si perawat.“Kira-kira bagaimana keadaannya, Sus, apakah parah?” Meski sang perawat berkemungkinan tidak bisa memastikan namun setidaknya Angel mendapat sedikit gambaran.“Berkemungkinan besar pasien mengalami pendarahan, Bu.”Astaga, Angel tersentak kala mendengar informasi yang disampaikan perawat padanya. Ia mengasumsikan sendiri bahwa kondisi yang dialami kekasih suaminya itu cukup parah atau malah sangat parah.Usai bicara dengan perawat Angel berjalan menjauh. Dengan ponsel yang berada di dalam g
Read more

Mulai Muak

Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap Angel, dokter menyatakan bahwa perempuan itu memenuhi syarat untuk mendonorkan darahnya. Selain golongan darahnya yang sesuai dengan Lolita kesehatan perempuan itu juga memadai.Setelah transfusi darah berlangsung Angel keluar dari ruangan. Tadi ia disuruh beristirahat sebentar untuk mengetahui apa ada sesuatu sebagai efek dari pendonoran darahnya. Dokter bilang jika Angel merasa pusing atau gejala-gejala buruk lainnya maka ia harus segera memberitahu. Tapi syukurlah so far so good. Semua berjalan dengan lancar. Angel tidak mengeluhkan apa pun. Ia merasa baik-baik saja.Kalau Rendra tahu apa yang saat ini Angel lakukan maka pria itu pasti akan mengecamnya. Bukan hanya Rendra, Angel yakin jika orang lain tahu bahwa dirinya mendonorkan darah untuk kekasih suaminya, maka mereka akan melabeli Angel dengan perempuan bodoh.Sebut saja Angel bodoh. Tapi Angel melakukan ini bukan hanya demi 'membayar utang' pada Lolita, namun juga karena rasa kemanusiaa
Read more

Perubahan Sikap Ben

Pintu apartemen dibuka dari luar tepat ketika Angel keluar dari kamar. Ben muncul tanpa Angel perkirakan sebelumnya. Padahal yang ada di pikiran Angel adalah laki-laki itu tidak akan datang dan akan terus berada di rumah sakit menjaga kekasihnya yang masih berada dalam masa perawatan.“Ben, Lolita mana?” Angel menanyakannya saat tahu suaminya itu pulang sendiri.Ben membalas tatapan Angel. Di detik itulah Angel melihat gurat-gurat lelah yang tercetak begitu jelas di wajah suaminya.“Di rumah sakit.”“Siapa yang menjaga dia?”Ben mengedikkan bahu acuh tak acuh lantas berlalu begitu saja yang membuat Angel keheranan. Dipandanginya begitu lama punggung Ben dengan penuh tanda tanya sampai lelaki itu menghilang dibalik pintu kamarnya.Mencoba menepis keheranannya untuk sesaat, Angel melanjutkan langkahnya yang tertunda menuju ruang belakang. Tadi perempuan itu menanak nasi dan bermaksud membuat nasi goreng. Angel sedang malas memesan makanan online. Lagipula sudah lama dirinya tidak memaka
Read more

Awal Yang Baik

Seulas senyum kecut hadir di bibir Ben. Semestinya ia memang berada di rumah sakit menemani Lolita. Namun, untuk apa lagi Ben berada di sana? Bukankah wanita itu sudah mengusirnya? Wanita itu tak lagi butuh dirinya."Dia bisa mengurus diri sendiri," jawab Ben kemudian begitu menyadari Angel menanti jawabannya.Bukannya membuat puas jawaban Ben tersebut malah menjadikan Angel semakin penasaran.Apa yang terjadi pada keduanya? Kenapa sikap Ben begitu berbeda? Pria itu seakan acuh tak acuh dan sama sekali tidak peduli pada kekasihnya itu. Padahal selama ini Ben rela melakukan segalanya demi wanita itu."Apa dia sudah pulang dari rumah sakit?" tanya Angel lagi yang merasa penasaran.Ben mengangkat pundaknya. "Apa nggak bisa membicarakan yang lain saja?""Yang lain?""Ya, apa pun asal jangan dia."Perkataan demi perkataan yang Ben sampaikan berhasil Angel cerna. Ben tidak suka mereka membicarakan Lolita. Angel kini menyimpulkan bahwa hubungan Ben dan Lolita sedang tidak baik-baik saja. Mun
Read more

Ajakan Tidur Sekamar

Pagi ini Angel bangun dengan tubuh segar. Tidurnya sangat nyenyak semalam. Perkembangan hubungannya dengan Ben ke arah yang lebih baik ternyata membawa efek yang tidak sedikit bagi Angel. Seingat Angel mungkin ini adalah tidur nyenyak pertamanya sepanjang pernikahan dengan Ben.Lalu pagi ini Angel benar-benar membuatkan nasi goreng dengan penuh semangat sebagai menu sarapan mereka berdua."Enak banget masakan kamu, Ngel. Kamu tuh cocoknya jadi chef bukan kerja kantoran." Pujian tersebut disampaikan Ben setelah menghabiskan nasi gorengnya.Segaris senyum tipis terulas di bibir Angel. Thanks, God, hingga pagi ini sikap Ben tidak berubah padanya. Ben masih seperti kemarin malam. Kalau ada yang ingin disyukuri Angel maka ia akan sangat menyukuri anugerah ini.Setelah selesai sarapan Angel menyambar kunci mobil. Ia akan berangkat ke kantor. Namun baru saja kunci tersebut berada di dalam genggamannya, suara Ben menghentikan niat perempuan itu."Kamu mau berangkat ke kantor?"Angel menganggu
Read more

Hanya Kita Berdua

Angel tertegun di tempatnya berdiri. Sulit untuk memercayai jika Ben mengucapkan hal tersebut. Ternyata dampak kepergian Lolita begitu besar pada hubungan pernikahannya dengan Ben.“Tapi kalau kamu merasa keberatan nggak apa-apa.” Ben mengucapkannya lantaran dilihatnya Angel hanya diam termangu merespon ajakannya.“Nggak, nggak, aku sama sekali nggak keberatan,” sahut Angel lalu membelokkan arah tujuannya yang tadinya akan masuk ke kamarnya berubah ke kamar Ben.Segaris senyum tipis terulas di bibir Ben melihat Angel melangkah ke arahnya.Gerakan Angel tertahan begitu saja ketika kakinya menapak di lantai kamar Ben atau yang dulu ia sebut dengan kamar mereka berdua. Saat matanya tertuju ke tempat tidur, bayangan Ben sedang bermesraan dengan Lolita kembali menghantuinya. Dan ia tidak pernah bisa melenyapkan adegan demi adegan menyakitkan tersebut dari kepalanya.“Ada apa?” tanya Ben menyaksikan Angel terpaku. Sedangkan mata perempuan itu menatap tak berkedip pada tempat tidur yang terh
Read more

Hanya Sesaat Saja

Sejak malam penuh kesan itu hubungan Angel dan Ben membaik. Kebahagiaan menyertai hari-hari mereka. Inilah kehidupan pernikahan sesungguhnya yang diimpikan Angel. Hidup Angel terasa benar-benar sempurna bersama lelaki yang sangat dicintainya dengan sepenuh hati."Ngel, aku pikir kita perlu merencanakan honeymoon," cetus Ben pagi itu saat mereka sedang sarapan pagi berdua.Spontan saja pipi Angel menghangat mendengar celetukan suaminya."Ho-honeymoon?" ulang Angel sedikit tergagap dengan muka bersemu merah."Ya. Ada yang salah dengan itu? Sejak pertama menikah kita sudah langsung kerja, jadi aku pikir nggak ada salahnya kan kalau kita ambil cuti agak seminggu terus honeymoon?"Angel mengangguk, menyetujui rencana Ben. Selama ini mereka menghabiskan hari demi hari untuk bekerja dan bekerja."Kamu mau kita ke mana? Maldives? Paris? Italy?" Ben mengajukan satu demi satu opsi destinasi bulan madu mereka kepada Angel.Senyum mengembang di bibir perempuan itu mendengar pilihan yang diajukan
Read more

Terluka Lagi

Sulit untuk menjabarkan dengan kata-kata sehancur apa hati Angel kala menyaksikan pemandangan yang tersaji di hadapannya.Di sana, di tempat tidur yang satu bulananan ini sudah menjadi tempat peraduannya dan Ben, sedang berbaring perempuan lain. Perempuan itu tidak sendiri melainkan dengan Ben, suami Angel.Sepasang mata indah Angel menghangat. Pelupuknya sudah digenangi bulir-bulir yang siap untuk meleleh kapan saja.Kenapa begini?Kenapa Lolita datang lagi merusak kebahagiaannya? Apa perempuan itu memang tercipta untuk menjadi parasit dalam kehidupannya?Angel ingin melangkah mundur lalu pergi dari tempat itu, bersikap seakan tidak ada yang terjadi. Tapi ada bagian dari dirinya yang tidak bisa menerima. Sudah cukup. Ia tidak ingin dinjak-injak lagi.Dengan perasaan yang perih Angel menarik langkah menghampiri tempat tidur di mana suaminya dan mantan kekasihnya memadu kasih.“Ben, bangun!”Pria yang dipanggil tidak menjawab. Entah karena suara Angel begitu pelan atau lantaran tidur p
Read more

Kehamilan Angel

“Shittt!” Ben mengumpat sejadinya.Dengan perasaan luar biasa panik lelaki itu turun dari tempat tidur lalu mengambil baju dari lemari. Kemudian mengenakan dengan terburu-buru.“Ben, kamu mau ke mana?” Lolita turut bangkit dari ranjang lantas mengejar Ben yang keluar dari kamar.“Ben, tunggu dulu!”Ben tidak mengabaikan kekasihnya itu. Pria tersebut terus saja melangkah nyaris berlari. Tiada yang lebih penting saat ini melebihi Angel. Ia harus menjelaskan pada perempuan itu mengenai apa yang sesungguhnya terjadi. Ia harus berhasil membuat istrinya itu percaya.“Beeeen! Kamu jangan pergi!” Lolita yang berhasil mengejar Ben mencekal tangan lelaki itu dengan kuat.“Lepasin!” Ben menyentak lebih kuat.“Kamu boleh marah sama aku karena kejadian dulu, tapi aku berani bersumpah demi Tuhan kalau kita melakukannya atas keinginan kamu. Kamu sangat menikmati percintaan kita. Tolong jangan perlakukan aku seperti ini, Ben. Walau bagaimanapun kita pernah saling mencintai,” lirih Lolita dengan pipi
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status