Beranda / Pernikahan / Broken Angel / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab Broken Angel: Bab 31 - Bab 40

62 Bab

Mengintimidasi Angel

Rendra menghela napasnya panjang. Ia tidak mengerti entah kenapa seharian ini Ben begitu aktif mengiriminya pesan. Dan semua isi pesannya itu nyaris serupa. Meminta Rendra agar segera mengembalikan Angel. Rendra sungguh tak habis pikir pada kelakuan Ben. Seharusnya jika Ben memang merasa memiliki Angel maka perlakukan perempuan itu sebagaimana seharusnya. Bukannya malah menyia-nyiakannya dan menyakiti dengan terang-terangan. Tanpa sadar tangan Rendra yang berada di setir mencengkram bagian itu hingga buku-buku jarinya memutih. Ia sangat membenci perselingkuhan. Namun, mirisnya sahabatnya sendirilah yang melakukan hal terkutuk tersebut. Tidak tahan lagi, Rendra lantas membalas pesan dari Ben. “Bukannya udah ada Lolita ya? Terus Angel buat apa lagi?” Hanya dalam hitungan detik pesan Rendra mendapat balasan. “Lho kok jadi ngegas? Gue kan cuma minta antar Angel ke kantor, banyak yang harus dia lakukan di sini. Dia harus kerja.” Rendra yang tidak ingin mengalah menjawab lagi pesan te
Baca selengkapnya

Membakar Emosi Ben

Ada desiran hebat tercipta di dada Angel ketika tatapannya bertemu dengan manik coklat milik Ben. Keadaan seperti ini selalu membuatnya lemah. Namun agaknya Ben tahu betul kerapuhan Angel. “Setelah dari restoran kamu nggak langsung pulang. Katakan kamu ke mana?” Ben mengulangi pertanyaannya dengan sorot tenang namun ada intimidasi di dalamnya. Angel akui jika Ben memiliki kemampuan menganalisa yang sangat bagus. Sehingga mau tidak mau ia harus berterus terang pada lelaki itu. “Tadi aku menemani Rendra ke sekolah anaknya dulu. Marsha namanya. Rendra udah janji akan menjemput Marsha. Karena anaknya itu trantruman Rendra takut terlambat. Jadi sebelum mengantar aku ke kantor kami mampir di sekolah Marsha.” Angel menerangkan dengan lengkap dan apa adanya. Perempuan itu harap suaminya bisa mengerti. Namun, Angel merasa heran entah mengapa Ben mendadak sepeduli itu padanya. Biasanya Ben mana pernah menghiraukan apa pun yang ingin ia lakukan. Bahkan Angel yakin sekalipun dirinya mati lelaki
Baca selengkapnya

Tamu Tak Diundang Di Hari Ulang Tahun Marsha

Lovely Kindergarten—taman kanak-kanak tempat Marsha bersekolah hari ini tampak berbeda dari biasanya.Tempat yang digunakan sebagai tempat bermain sambil belajar itu sekarang begitu semarak karena sudah disulap menjadi area ulang tahun Marsha.Sesuai dengan temanya, anak perempuan menggunakan kostum princess, sedangkan yang laki-laki berpura-pura menjadi kurcaci dengan pakaian yang mereka yang lucu. Sedangkan Marsha sendiri menggunakan kostum snow white, yaitu gaun yang di bagian bawah berwarna kuning sedangkan di bagian dada berwarna biru. Sebuah bandana dengan aksen pita berwarna merah tersemat di kepalanya yang membuat anak itu terlihat semakin imut.Hari ini Marsha begitu gembira. Ia sangat bahagia lantaran papanya mewujudkan acara ulang tahun seperti yang anak itu impi-impikan sejak lama. hanya saja kebahagiaannya terasa belum sempurna karena seseorang yang diharapkannya datang menghadiri acara ulang tahunnya belum menampakkan wujud sampai saat ini.Dari tempatnya Marsha mengedar
Baca selengkapnya

Terbakar Emosi

Berkali-kali Angel mengerjapkan mata hanya demi meyakinkan diri bahwa penglihatannya tidak salah. Dan hasilnya adalah pemandangan itu tidak berubah. Memang suaminya yang berada di belakang anak-anak tersebut. Ben Evano.Pertanyaannya adalah, untuk apa Ben ke sini? Apa yang dilakukannya di tempat ini? Nggak mungkin ikut merayakan ulang tahun Marsha kan? Karena sepengamatan Angel Ben bukanlah penyayang anak-anak.Perhatian Angel teralihkan dari Ben ketika Marsha menggoyangkan tangannya.“Tante, waktunya bagi-bagi souvenir.”“Eh, iya.”Lalu selanjutnya Angel ikut bantu-bantu membagikan souvenir pada anak-anak yang akan mereka bawa pulang. Meski disibukkan dengan kegiatan tersebut, namun dari sudut matanya Angel bisa merasakan bahwa saat ini tatapan Ben masih hinggap di wajahnya. Pria itu mengamatinya dari jauh.Sementara itu Rendra yang berada di dekat Angel baru saja menyadari keberadaan Ben ketika tanpa sengaja melihat ke arah itu. Ben sedang berdiri di dekat perosotan dengan kedua ta
Baca selengkapnya

Dikerjai

Ben dan Rendra serentak memandang ke arah Angel yang bergegas menghampiri mereka. Ben menghela napasnya, mencoba menahan emosi yang sudah tiba di ubun-ubun.“Ngapain kamu?” desis Ben dingin begitu Angel berada tepat di dekatnya. Tangannya yang tadi sudah terangkat untuk menghajar Rendra perlahan turun dari udara.“Harusnya aku yang bertanya begitu. Kenapa kamu mau memukul Rendra?” tanya Angel balik.Ben menjawab dengan dengkusan lantas memalingkan mukanya. Lelaki itu tidak menjawab pertanyaan Angel. Begitu pun ketika Angel memandang pada sahabat suaminya. Pria itu hanya diam tanpa berkata apa-apa.“Aku nggak tahu kalian ada masalah apa, tapi tolong jangan bertengkar di sini,” ucap Angel lagi.“Sekarang pulang!” Ben meraih tangan Angel dan bermakud menariknya pergi.Sebelum ia berhasil, Angel melepaskan kaitan tangannya dari Ben.“Sorry, aku nggak bisa ikut denganmu. Acaraku belum selesai.”Sontak saja penolakan istrinya membuat rahang Ben mengetat. Ia tidak suka ditolak oleh istri se
Baca selengkapnya

Party

Angel membuka pintu apartemen dengan lunglai setelah sampai di neraka itu. Tadi setelah Ben benar-benar menurunkannya di jalan, Angel berjuang mencari taksi. Perempuan itu kembali ke sekolah Marsha untuk menjemput mobilnya. Lalu di sinilah dirinya sekarang. Berhasil pulang ke apartemen dengan keadaan lelah karena tadi cukup jauh dirinya berjalan mencari taksi konvensional lantaran aplikasi transportasi online di ponselnya mendadak force closed setiap kali Angel membukanya. Ben dan Lolita yang sedang duduk berdua di ruang tamu sontak memandang ke arah pintu. Keduanya sedang bercengkrama mesra saat Angel menampakkan diri. “Hai, Ngel, gimana tadi acara ulang tahunnya?” tanya Lolita tanpa melepaskan diri dari pelukan Ben. Wanita itu seakan sudah menganggap legal kemesraannya yang dilakukan bersama pria lain di depan istri sahnya. Dan bagi Angel, ia juga sudah membiasakan diri. Hatinya sudah imun melihat hal-hal tersebut. Maka ketika menyaksikan keduanya dan diberi pertanyaan, dengan ten
Baca selengkapnya

Suami Di Atas Kertas

Angel menghubungi Ben. Dalam sekejap panggilan tersebut tersambung, hanya saja Ben tidak langsung menjawabnya. Setelah waktu koneksi habis Angel mengulang lagi meredial panggilan. Ia mengulangi hal tersebut berkali-kali. Namun hasilnya sama saja. Ben tidak menjawab panggilan darinya. Menyerah, Angel menjauhkan ponsel dari telinga dan memutuskan untuk berhenti menghubungi suaminya. Perempuan itu duduk di tepi tempat tidur. Musik yang berdentum-dentum masih terdengar di luar sana yang menembus sampai ke kamarnya dan membuat kepalanya berdenyut hebat. Yang bisa Angel lakukan selanjutnya adalah melamun sendiri di kamar itu, menunggu sampai keriuhan di luar berakhir. Tiga puluh menit kemudian Angel tidak lagi mendengar suara-suara memekakkan telinga tersebut. Bangkit dari tempatnya, Angel menarik langkah keluar dari kamar. Suara musik sudah berhenti. Teman-teman Lolita yang tadi joget-joget juga sudah tak terlihat. Sisa-sisa asap rokok yang mengepul udara, kaleng-kaleng bir kosong ya
Baca selengkapnya

Sakitnya Perempuan Itu

Pagi ini Ben terbangun bukan oleh suara alarm yang setiap hari disetelnya agar berbunyi di pagi hari, melainkan oleh rintihan Lolita yang semakin lama terdengar semakin pilu.Dengan berat lelaki itu membuka matanya dan mendapati Lolita sedang meringis kesakitan."Kamu kenapa, Sayang?" tanyanya sambil mengucek matanya yang masih digayuti kantuk."Ben, perut aku sakit banget ..." Lolita merintih dengan suara yang begitu lirih. Suaranya sudah bercampur dengan air mata yang hendak tumpah."Kenapa bisa sakit lagi?" Seingat Ben belum lama ini kekasihnya itu juga sakit."Semalam aku nggak makan," suara perempuan itu selemah badannya.Ben mengembuskan napas sambil bangun dari posisinya berbaring. Pasti saat ini mag Lolita kambuh lagi."Kenapa kamu nggak makan? Kamu kan mengidap mag, Ta. Aku udah bilang kan agar makan yang teratur?""Ih ... kamu kok jadi marah-marah sih sama aku? Aku lagi sakit malah diomelin." Lolita merengek manja."Nggak, nggak, aku nggak marah sama kamu, Ta." Ben buru-buru
Baca selengkapnya

Menjaga Perempuan Itu

Angel dan Ben sudah berada di kantin rumah sakit. Keduanya duduk berhadapan dengan semangkuk soto dan segelas teh hangat di hadapan masing-masing. Angel menyuap sotonya dengan lahap karena dirinya benar-benar lapar. Begitu kontras dengan Ben yang duduk di hadapannya. Lelaki itu tampak tidak bersemangat. Sisa-sisa kepanikan masih belum hilang di raut gagahnya."Kenapa nggak dimakan?" tegur Angel lantaran Ben tidak menyentuh makanannya. Lelaki itu hanya menyesap teh di hadapannya, itu pun hanya beberapa teguk. Pria itu benar-benar tidak berselera. Sebelum ia memastikan kondisi Lolita, Ben tidak akan bisa tenang."Gimana aku bisa makan kalau aku nggak tahu seperti apa kondisi Lolita," jawab lelaki itu."Tapi Lolita sudah ditangani dokter. Dia berada di tangan ahlinya. Kita tunggu saja ya. Aku yakin Lolita akan baik-baik saja,” kata Angel menenangkan.Mengembuskan napas panjang, tangan Ben bergerak meraih sendok lalu mulai menyuap dengan perlahan soto yang mulai mendingin di dalam mangkuk
Baca selengkapnya

Perintah Untuk Angel

“Ben mana?” Pertanyaan dari Lolita menyambut langkah Angel ketika perempuan itu mengayunkan kakinya ke dalam. Bukan Angel orang pertama yang diharapkannya setelah membuka mata, tapi pria yang dicintainya.“Ta, Ben tadi ada di sini. Dia nggak ke mana-mana. Tapi sekarang dia harus berangkat karena ada meeting penting yang harus dihadiri,” terang Angel menjelaskan.Sontak saja penjelasan yang didengarnya membuat Lolita cemberut. Ia tidak terima begitu saja atas alasan itu. Dirinya sedang sakit tapi bisa-bisanya Ben yang katanya sangat mencintainya pergi begitu saja.“Telepon Ben sekarang, suruh dia pulang,” suruh Lolita memerintah Angel.“Tapi Ben sedang ada meeting penting, Ta. Itu bukan hanya meeting biasa. Ben meeting dengan kolega kita. Kalau Ben nggak menghadirinya kita bisa kehilangan peluang itu,” jelas Angel panjang lebar. Angel tahu persis bahwa Lolita sangat manja terlebih kepada Ben. Namun ia harap untuk kali ini saja Lolita bisa bersikap dewasa. “Sekarang bilang kamu butuh ap
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status