Home / Fantasi / Indra, Reinkarnasi Para Dewa / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Indra, Reinkarnasi Para Dewa : Chapter 51 - Chapter 60

76 Chapters

Mengejutkan

Aku tidak percaya, raja sampai mengutus Komandan Prajurit Kerajaan untuk mencari Aruna. Gadis ini sekarang menjadi buronan no 1 di negeri ini, tapi kenapa raja ikut campur, padahal ini hanya masalah keluarga, masih banyak penjahat yang lebih berbahaya daripada ini.Tiga prajurit melompat turun dari punggung Batterai, dua orang laki-laki memakai baju tangan panjang berwarna coklat, di lengannya terdapat kain warna hitam sampai bawah sikut, dengan rompi biru bergambar kepala Batterai yang sedang membuka mulut lebar, itu merupakan lambang dari Kerajaan Manggo. Mereka memakai celana panjang dengan warna serupa, sepatu boots setinggi betis berwarna hitam, pedang menyangkut di pinggangnya.Satu lagi seorang wanita, dia memakai kaos putih dengan kemeja biru yang tidak di kancing. Lambang Kerajaan Manggo terdapat di punggung kemeja itu. Celana legging panjang berwarna hitam dengan garis biru di sampingnya. Sandal ber-hak tinggi berwarna coklat. Telinga kanan sampai leher b
Read more

Sahabat Sejati

Anna keluar dari kepulan debu, penampilannya sangat mengesankan, kemeja birunya melekat pas di tubuhnya, rambut biru panjang kuncir kuda itu menjuntai-juntai. Raut wajahnya menatap ganas kearahku, pergelangan tangan kanannya berwarna biru. Apa dia mentato sebagian tubuhnya dengan warna biru?Aku semakin terkejut melihat satu bola matanya sebelah kanan berubah menjadi biru. Wajahnya mengerikan, benar yang dikatakan Rai, dia bukan Ras Human, dia manusia dari ras yang belum kami ketahui."Kalian tidak pantas berteman dengan tuan putri, beliau ibarat berlian sedangkan kalian besi yang berkarat." Anna terus perlahan maju menghampiri kami."Tidak ada alasan berteman dengan siapapun. Seorang buronan, tuan putri atau apapun itu, Aruna tetap teman kami." "Raja tidak akan membiarkan hidup untuk orang yang telah membawa putrinya kabur. Kalian akan dihukum mati, tubuh kalian akan menjadi santapan harimau lapar, atau ditembak mati.""Walaupun mati, itu tidak bisa memutuskan hubungan pertemanan kam
Read more

Makhluk Aneh

Aku kira sumur ini tak berujung. Akhirnya setelah 30 menit tubuhku meluncur ke dalam bumi, aku dapat melihat setitik cahaya. Cahaya itu perlahan melebar dan aku tidak bisa percaya dengan apa yang aku lihat sekarang.Apa ini mimpi? Apa aku sudah berada di dunia kedua setelah kematianku. Aku ingat sekali aku masuk ke dalam sumur, tubuhku jatuh ke inti bumi, tapi lihatlah ini. Aku seakan terjun dari langit.Di bawah sana terdapat hutan lebat, kanopi-kanopi pohon terlihat lancip dari atas sini. Tubuhku terus melesat jatuh.Aku melihat Rai, tubuhnya terus melesat turun, hampir mencapai pucuk pohon, kecil sekali, jarak kami sangat jauh. Tiba-tiba sebuah makhluk menangkap tubuhnya, lalu membawanya pergi.Makhluk apa itu? Dia membawanya kemana? Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, dia seperti titik hitam kecil di dalam selembar kertas.Tubuhku terus meluncur cepat, pucuk pohon terlihat semakin besar, aku bisa melihat semuanya dari atas sini. H
Read more

Anak yang Terkutuk

Sampai malam tiba, Aruna masih belum sadarkan diri. Aku dan Rai menjaganya malam ini, tidur di lantai ruang tenang. Warchi, Harchi dan Narchi tidur di kamar mereka masing-masing.Aku menatap langit-langit rumah, tadi Warchi menceritakan kejadian yang membuat Ras Olddes harus tinggal di bawah tanah, mereka mengasingkan diri demi melindungi Kerajaan Manggo.Ruangan yang terdapat satu tempat tidur, meja panjang, kursi-kursi, dan kotak-kotak kayu ini terasa sunyi sekarang setelah tadi bisik terdengar suara nyanyian dan burung hantu.Rasanya ada yang aneh kenapa di dalam bumi terdapat burung hantu, niatnya aku ingin bertanya dengan Rai, dia sudah tertidur duluan di sampingku.Besok pagi aku ikut ke perpustakaan bersama Rai dan Harchi. Kami harus tahu kejadian perperangan 3 saudara yang Warchi ceritakan tadi. Kenapa dia tega mengutuk seorang anak demi ambisinya menghancurkan Kerajaan Manggo.Buku itu kebetulan ada di pe
Read more

Narchi

Malam kembali sunyi, suara nyanyian itu sudah berhenti, juga dengan deruan burung hantu, mereka berhasil menegur orang itu agar tidak bernyayi di malam hari.Sudah lewat tengah malam, tidak ada yang perlu dicemaskan, Anna tidak mungkin mengikuti kami sampai ke sini, dia mungkin sedang dimarahi karena misi yang dijalankannya gagal.Namun, jika raja tahu Aruna terjatuh ke dalam sumur, dia tidak perlu khawatir lagi, sebab Warchi ada di sini, raja sangat mengenalnya, mereka orang baik, tidak mungkin menghianatinya, dia akan memerintah perajurit untuk membawa Aruna pulang ke istana.Sebelum hari itu tiba, aku harus keluar dari kota ini, bagaimanapun juga mereka sudah mengecap aku dan Rai sebagai pencuri.Aku sangat lelah, aku mengantuk, kebelakang ini tubuhku sering terkena luka serius, aku akan beristirahat.Beberapa jam kemudian, cahaya terang menerpa wajahku, terasa hangat, mataku mengerjap-ngerjap."Selamat siang, Indra." Narchi menyapku, dia sudah berpakaian modis, memakai tas punggun
Read more

Perpustakaan Terbesar

Ini hari yang sangat padat, jembatan gantung dipenuhi oleh pejalan kaki yang berbondong-bondong menuju tempat yang ingin mereka tuju.Ada banyak sekali jembatan gantung di kota ini. Samping kanan, kiri, atas dan bawah, semua itu dipadati pejalan kaki. Jembatan ini seperti jalan setapak di kota lain, mereka mengandalkan jembatan gantung ini untuk menyebrang jalan, mereka tidak perlu melompat dari dahan ke dahan.Walau hanya terbuat dari kayu dan diikat oleh tambang besar dan kuat, mereka tidak perlu khawatir atas keselamatan. Setiap jembatan terdapat lima orang yang bertugas merawat jembatan, mereka memastikan jembatan layak digunakan.Kami tidak akan bertabrakan dengan pejalan kaki yang lain karena jembatan ini sudah terbagi menjadi dua jalur. Jalur pulang dan jalur pergi. Tetapi kami tidak bisa menghindari dorongan dari orang lain yang terburu-buru ingin melewati jalan, kami harus berjalan cepat jika tidak ingin itu terjadi.Kota ini tidak terken
Read more

Sejarah Perang 3 Saudara

"Hore!" Semua orang berteriak gembira. Akhirnya, musuh yang selama ini mengganggu mereka berhasil dikalahkan. Tiran, raja monster itu akhirnya kaku tidak bergerak, seluruh tubuhnya dilumuri tanah yang mengeras.Mereka sangat senang, berlompatan, menangis gembira, hidupnya tidak lagi dihantui oleh rasa takut. Mereka sudah bebas, tidak perlu lagi mengurung diri di dalam rumah keong.Manusia berwujud tupai memeluk Dewa Saler, orang itu bernama Warchi dan Pisces, seorang pendekar pedang sedang berdiri di sampingnya."Jangan menangis, Warchi. Pengorbananku tidak sia-sia, misiku untuk membebaskan negeri ini berhasil.""Terima kasih, Dewa Saler, tanpa bantuan mu, kami tidak bisa melawan para monster." Pisces menunduk, dia menancapkan pedang besarnya ke tanah."Kalian luar biasa, aku sangat bangga bisa bertarung bersama kalian." Tubuh Dewa Saler bersinar."Kami yang sangat beruntung bisa bekerja sama dengan kami, Dewa Sale
Read more

Suara Nyanyian itu Ternyata

Harchi mengajak kami ke tempat spesial yang ada di kota ini, tempat itu tidak bisa kami temukan di kota lain.Harchi melompat turun dari jembatan gantung. Aku dan Rai mengikuti. Petugas penjaga jembatan berteriak, perbuatan kami sangat berbahaya.Harchi tidak memperdulikannya, dia segera melompat ke batang pohon lainnya. Dia sangat lincah kami tertinggal jauh, sesekali dia berhenti menunggu kami."Apa masih jauh?" Rai mengatur napasnya. "Membangun jembatan gantung adalah alternatif yang tepat," ucapnya."Kita sudah sampai," jawab Harchi.Mataku menyapu sekitar. "Kamu bawa kami kemana, Harchi, tempat apa ini?" tanyaku."Iya, tidak ada yang beda di sini." Rai menimpali.Harchi mendongak. "Lihat itu."Aku mengikuti, menatap atas. 'Wow, ini luar biasa'. Aku yakin Rai mengatakan itu di dalam hatinya. Ini memang menakjubkan, panel-panel itu saling menyambung dengan perantara kabel. Benda itu bercahaya, cahay
Read more

Tuan Putri itu Ternya

Pagi harinya, Narchi berteriak, kami semua terkejut, terbangun. Rai bergegas mencari kedua pedangnya, dia sudah memasang kuda-kuda. Harchi berlari keluar kamar, dia masih memakai baju tidurnya. Aku tersentak duduk. "Ada apa?" Warchi membuka pintu kamar."I-itu, tuan putri." Narchi bergetar menunjuk Aruna."Aruna sudah sadar." Aku dan Rai mendekatinya.Aruna meringkuk ke pojok ruangan, tubuhnya bergetar. "Kalian siapa?" Aruna memberanikan diri untuk bertanya."Aruna kamu tidak perlu takut, mereka orang baik," ucapku.Warchi berjalan mendekati Aruna. "Tuan putri sudah sehat? Apa masih ada yang sakit?" Tubuhnya yang bungkuk berjalan dibantu dengan tongkat kayu."Aaa!" Aruna berteriak. Bumi bergetar, daun-daun berguguran, jembatan gantung bergoyang hebat, para pejalan kaki berlarian. Di luar sana keadaan sangat kacau, mereka pikir akan ada bencana besar.Aruna menimpah Warchi dengan bantal. "Jangan mendekat, aku be
Read more

Harta Karun Dewa Saler

"Mereka mengincar harta karun Dewa Saler," ucapan Warchi membuat kami semua terkejut"Dewa Saler punya harta karun?" tanya Harchi. Dia melompat naik ke atas meja."Berapa banyak? Apa banyak sekali?" tanya Narchi. Dia mengikuti kakaknya, melompat naik atas meja.Warchi melambaikan tangannya, menyuruh mereka duduk. "Harta itu tidak membuat mereka kaya, tapi orang yang mendapatkan harta itu akan mendapatkan kekuatan hebat.""Kekuatan hebat? Apa itu benda pusaka? Ilmu sihir, atau hal yang menakjubkan dari itu semua?" Rai menebak."Kalian akan mengetahuinya suatu hari nanti, harta Dewa Saler akan berguna untuk melawan bangsa iblis, dia menunggu pengguna yang tepat," kata Warchi."Lalu apa sangkut pautnya dengan Aruna? Kenapa mereka menculiknya?" tanyaku."Karena hanya tuan putri yang bisa mengambil harta itu.""Harta itu ada di dalam istana? Mungkin mereka memanfaatkan Aruna untuk memeras raja agar memberikan harta i
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status