Home / Pernikahan / Luka di Balik Senyum Istriku / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Luka di Balik Senyum Istriku: Chapter 51 - Chapter 60

112 Chapters

51. Adopsi Anak

Abah, ini sudah satu tahun lebih, dan aku belum juga hamil. Apakah Abah mau mengabulkan permintaanku waktu itu?"Di sore hari, ketika senja sedang menyapa penduduk bumi dengan segala pesona keindahan. Di taman belakang rumah dengan harum bunga yang semerbak memanjakan penciuman, Najma kembali mengutarakan keinginannya yang ia utarakan sekitar setahun yang lalu yang belum sempat di jawab oleh Hamdan."Apakah Umma akan bahagia jika kita mengadopsi anak?" Tanya Hamdan dengan menatap dalam kedua netra Najma."Tentu saja Abah, Umma akan bahagia. Umma akan menyayangi anak itu selayaknya anak kandung Umma sendiri,""Jika memang itu bisa membuat Umma bahagia, baiklah, Abah akan mengabulkan permintaan Umma. Besok siang, kita akan ke panti mencari anak yang cocok untuk kita asuh," putus Hamdan membuat senyum Najma seketika merekah.Najma tentu saja sangat bahagia saat Hamdan akan mengabulkan keinginannya. Di peluknya erat sang suami dan membenamkan wajahnya di dada bidang Hamdan dengan senyum y
Read more

52. Insiden

Dan kini bayi yang baru mau belajar merangkak itu sudah berada di kediaman Hamdan. Agak rewel memang awalanya, mungkin Bilal belum terbiasa dengan orang baru. Dengan penuh kesabaran Najma menimang dan berusaha menenangkan Bilal, berusaha membuat bayi yang berusia lima bulan itu merasa nyaman didekatnya. Kerepotan memang, tapi lama-lama Najma juga sudah bisa menguasai keadaan, sudah bisa membuat Bilal luluh dan nyaman bersamanya. Namun, meskipun begitu Bilal tetap rewel sebagaimana yang diberitahukan oleh ibu panti, bahwa anak itu tak bisa ada salah sedikit saja pada tubuhnya, tak nyaman sedikit saja Bilal akan langsung menangis. Sehingga butuh kesabaran dan kepekaan yang ekstra untuk merawat Bilal."Mam mam, mam mam!" Seruan Bilal ketika sedang bermain ditemani oleh Najma. Sedangkan Alifah sudah tidur siang terlebih dahulu."Ululuh, Anak Umma mau mam mam ya?" Kata Najma sambil mengangkat Bilal membawanya ke dapur guna untuk membuatkan susu untuk putranya tersebut."Mbok, minta tolong
Read more

53. Tak Tahu Rasanya Jadi Aku

Setelah menelpon Salwa, Najma bergegas mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia begitu khawatir melihat Alifah yang semakin terlihat lemas di gendongan si mbok. Alifah masih sesenggukan dengan mulut yang berkali-kali memanggil sang ummi dengan suara lemah. Sedangkan Bilal tetap berada di gendongannya sambil meminum susu sehingga bocah lelaki itu terlihat anteng dan tak menyusahkan ummanya yang sedang menyetir.Rasa cemas sekaligus takut bercampur menjadi satu. Najma cemas akan kondisi Alifah, sekaligus takut kalau dirinya nantinya akan disalahkan. Tidak! Dia tidak lalai menjaga Alifah, dia tidak abai menjaga anak suaminya tersebut."Astagfirullah, Allah, Engkau maha tahu ya, Allah!"Sedangkan di tempat lain, Salwa yang baru saja mendapat telepon dari Najma seketika merasa lemas tak bertenaga. Ia begitu shock mendengar kabar bahwa anaknya terluka.Kenapa bisa?Terkena apa sehingga bisa terluka?"Ada apa, Nduk?" Tanya ibu Salwa yang masih kebingungan melihat putrinya
Read more

54. Tak Peduli

"Ibu tak tahu, setelah ini hubungan kalian bertiga akan baik-baik saja atau malah renggang.""Hamdan, lekaslah susul Najma, sapa tahu dia masih ada di rumah sakit ini. Tunjukkan kalau kamu masih suaminya yang mencintainya. Tunjukkan kalau kamu menyesal atas sikapmu yang tadi, ini juga sudah petang, takut terjadi apa-apa pada Najma. Alifah biar ibu dan Salwa yang menungguinya."Dia memang ibu Salwa, tapi dia tak akan membela anaknya ketika salah. Besannya sudah tiada, jadi sudah menjadi tugasnya menasehati anak-anaknya agar tidak salah jalan. "Mbak Najma sudah ada si Mbok. Tetaplah di sini, Abah. Alifah pasti akan mencarimu ketika bangun nanti." Permintaan Salwa membuat Hamdan seketika tanpa pikir panjang menyetujui permintaan wanita yang menjadi istri keduanya tersebut. Hamdan sangat mengkhawatirkan Alifah. Ia ingin tahu kondisi Alifah bagaimana, karena dokter belum juga keluar sampai saat ini."Baiklah. Najma biar menenangkan diri dulu. Dia sudah ada si Mbok yang menemani."Entahla
Read more

55. Ikatan Batin Seorang Ibu dan Anak

"Ya Allah, Anakku Alifah. Maafkan Ummi, Nak. Maafkan Ummi yang sudah meninggalkanmu sehingga kamu menjadi seperti ini sekarang. Bangun sayang. Ummi sedih lihat Alifah seperti ini.""Sabar, Sayang. Ini ujian untuk kita. Kita berdoa semoga anak kita segera sembuh dan kembali ceria seperti sedia kala.""Dengan kejadian ini, aku semakin mantap untuk keluar dari rumah itu, Abah." Ucapan Salwa membuat Hamdan terbelalak. Dia sudah mengartikan lain maksud dari perkataan istri keduanya tersebut."Apa maksud Ummi? Apa Ummi berniat meninggalkan Abah?""Bukan seperti itu, Abah. Ummi ingin kembali ke rumah ummi yang dibelikan Abah. Ummi ingin tinggal di sana saja bersama ibu dan Alifah. Ini demi kenyamanan dan kebaikan Alifah, Bah. Beberapa hari ini ummi memang berpikir seperti itu, karena sering kali Alifah terganggu karena rewelnya Bilal, tapi agak ragu. Dan sekarang tak ada keraguan lagi. Aku tak ingin anakku mengalami kejadian lebih parah lagi dari ini."Seribu kebaikan, hilang karena satu ke
Read more

56. Perubahan Sikap

"Abi, tak di jawab. Ya Allah, semoga anakku tidak apa-apa." kata Ummi dengan pandangan redup."Ummi, kita coba berpositif thinking ajah ya, sapa tahu Najma sedang menemani Bilal dan Alifah bermain." Abi berusaha berpikir positif, meskipun hatinya juga diliputi kegelisahan, tapi kyai Hasan tak ingin menunjukkannya di depan sang istri agar Nyai Habibah tidak semakin khawatir."Apa kita ke Jakarta saja ya, Bi, untuk memastikan kondisi putri kita?" Usul Ummi Habibah membuat Abi terbelalak.Sungguh beliau benar-benar khawatir akan kondisi putrinya. Putri satu-satunya juga kesayangannya."Ummi, apa Ummi lupa kalau besok ada acara wisuda anak didik kita?""Tapi, Ummi begitu khawatir sama Najma, Abi. Tak biasanya Ummi se-khawatir ini kepada Najma." ujarnya dengan suara parau."Sabar ya, tunggu sekitar setengah jam atau satu jam lagi kita hubungi kembali Najma."Ummi Habibah menatap Abi Hasan lama, sedetik kemudian ia mengangguk pelan. Ia mendesah pelan, kemudian matanya menatap lekat nomor sa
Read more

57. Sebatas Singgah

Tiga hari sudah semenjak kepulangan Alifah, tak sekalipun Hamdan datang menemuinya walau hanya untuk melihat kabarnya dan kabar Bilal. Hanya pesan singkat yang berisikan permintaan maaf dari Hamdan yang tak bisa pulang ke rumah Najma karena Alifah tak mau di tinggalkan olehnya. Hanya pesan itu, dan itu di dapatkan Najma kemaren siang, dan sampai sekarang tak ada lagi pesan atau panggilan dari Hamdan. Padahal ketika Najma menghubungi orang kantor, kata sekretarisnya Hamdan, Hamdan sudah mulai masuk kerja lagi sejak kemaren. Bagaimana luka itu tak semakin menganga lebar, jika belati terus menerus menghujam hatinya tanpa ampun. Mendapati sikap dingin Hamdan saja waktu itu sudah sangat menyakitinya, apalagi di tambah lelaki itu tak pernah pulang dan lebih betah di rumah madunya. Berusaha memaklumi apa yang dilakukan Hamdan adalah demi Alifah, tapi hatinya menolak keras. Kesakitan itu semakin membuatnya tak berdaya. "Allah, kenapa harus seperti ini jalannya? Padahal sebelumnya kami baik-
Read more

58. Kekecewaan Seorang Ibu

"Kenapa lama nyampenya, Abah? Padahal sejam yang lalu Abah bilang sudah otw pulang dari kantor."Baru juga duduk, tapi Salwa sudah menanyai perihal keterlambatan Hamdan pulang dari kantor, padahal telatnya tak sampai berjam-jam. Salwa kini berubah menjadi istri yang posesiv, seolah Hamdan hanyalah miliknya."Bukannya dibuatkan kopi atau apa, tapi langsung di cerca dengan pertanyaan yang seharusnya gak usah di pertanyakan, toh Abah telatnya gak sampe malam bukan?" Kata Hamdan marah karena dirinya masih lelah, tapi Salwa tak menaruh pengertian padanya."Ummi kan cuma bertanya, Abah, apa salahnya Abah menjawab? Alifah dari tadi rewel terus selalu nanyain Abah." jawab Salwa dengan ketus. "Kamu bisa kan mengalihkan dulu perhatian Alifah agar tak selalu mencariku? Abah harus kerja, kalau di rumah terus mau makan apa kita?Memang kantor itu milik Abah, tapi Abah tak bisa semena-mena dalam bekerja. Lagian tadi mampir ke rumah Najma ... ""Abah masih m
Read more

59. Permohonan yang Tak Seharusnya Dimohonkan

Dua hari setelah pertengkaran Salwa dengan Hamdan, Hamdan memilih tinggal di rumah Najma untuk beberapa hari ke depan karena kondisi Alifah pun sudah sangat baik. Salwa sebenarnya ingin protes, tapi ia takut ibunya marah pun Hamdan kembali marah. Ia takut apa yang dikatakan sang ibu benar kalau Hamdan akan meninggalkannya jika dia terlalu egois dan keras kepala. "Hati-hati, Bah. Jangan lupa untuk selalu mengabari kami. Alifah masih sangat butuh kehadiranmu untuk masa pertumbuhannya." ujar Salwa sore itu ketika Hamdan berpamitan untuk pulang ke rumah Najma, tak lupa wanita satu anak itu mencium tangan Hamdan. "Tentu, Ummi. Jaga diri baik-baik ya, jaga Alifah juga. Salam untuk ibu jangan terlalu lelah mengerjakan pekerjakan rumah karena sudah ada Bibi yang akan mengerjakannya."Sejak dua hari yang lalu memang Hamdan memutuskan untuk menyewa jasa art untuk keluarganya yang ada di sini, agar istri dan mertuanya tak kelelahan mengurus rumah serta Alifah y
Read more

60. Usaha Menidurkan Bilal

Hamdan tercekat, sungguh ia tak menyangka kalau Najma harus memohon sampai sebegitunya kepada Hamdan hanya demi agar dirinya tetap tinggal. Apakah Najma merasa se-terabaikan itu sehingga Najma memohon dengan sangat seperti itu dan itu sungguh membuat hati Hamdan merasakan bersalah yang teramat besar untuk yang kesekian kalinya."Abah tak bisa?"Najma tersenyum pahit, mengartikan kalau keterdiaman Hamdan adalah bentuk penolakan akan keinginannya. Dia merebahkan tubuhnya dan kembali menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya. Tapi itu tak berlangsung lama, karena Hamdan kembali menarik selimut itu sehingga wajah Najma terlihat."Ada apa, Abah? Pulanglah, ini sudah malam. Aku ngantuk mungkin karena efek obat yang aku minum tadi.""Maafkan Abah, Sayang. Maafkan Abah yang membuatmu merasa terasingkan seperti ini. Maafkan Abah yang belum bisa berbuat adil kepadamu. Jangan risau, karena mulai malam ini dan untuk seminggu ke depan, Abah akan di sini bersama Umma. Abah tak akan meninggalkan Umm
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status