Home / Pernikahan / Luka di Balik Senyum Istriku / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Luka di Balik Senyum Istriku: Chapter 41 - Chapter 50

112 Chapters

41. Pergi Untuk Selamanya

"Maaf, pasien sudah tiada,"DegSemua terpaku mendengar jawaban sang dokter. Otak mereka masih di paksa untuk berpikir keras mencerna satu kalimat yang baru saja terlontar dari bibir dokter paruh baya di hadapan mereka. Waktu seakan berjalan begitu lambat membuat kesadaran mereka sangat lambat untuk kembali. Namun, satu dari keterlambatan itu yang tak bisa keluar dengan lambat, yaitu air mata. Meskipun pikiran mereka kini masih belum sadar sepenuhnya, tapi air mata sudah membanjiri pipi mereka yang kini tampak menatap dengan kosong.Hamdan menggeleng, "Nggak mungkin, Dok! Ibu saya hanya jatuh di kamar mandi, ibu hanya pingsan!" racau Hamdan yang berusaha menyanggah kabar yang baru saja di dengarnya. Ia berusaha untuk tidak percaya bahwa sang ibu telah tiada."Maaf, Pak. Ini sudah kuasa Allah,""Istighfar, Abah! Ini kuasa Allah, jika memang sudah tiba waktunya maka dimana pun, kapanpun, siapapun dan dengan cara apapun pasti tak akan lewat dari jadwalnya.""Umma, aku masih tak percaya i
last updateLast Updated : 2023-07-24
Read more

42. Kehangatan

Seminggu sudah semenjak kepergian ibu Hamdan, tapi hamdan masih terlihat begitu berduka atas kepergian sang ibu. Ia kini tengah duduk di kursi yang berada di taman belakang rumah di temani secangkir kopi yang kini asapnya sudah tidak mengepul lagi, bahkan kopi itu masih belum di sentuhnya sama sekali. Terasa begitu sulit baginya mengikhlaskan kepergian ibunda tercinta. Mengingat perjuangannya bersama sang ibu dari ia masih kecil hingga ia menyandang kesuksesan bahkan sampai bisa memiliki perusahaan sendiri. Tak mudah melewati perjalanan hingga sampai di titik ini. Bahkan ia teringat dulu saat batu setahun kepergian sang Ayah, ia harus berhenti sekolah karena terkendala biaya sedangkan saudaranya yang lain seolah menutup mata akan keadaannya saat itu. Namun, beruntung karena kegigihan sang ibu yang bekerja terlampau keras sehingga ia bisa kembali melanjutkan sekolahnya. Tak hanya mengerjakan satu pekerjaan, bahkan kadang dalam satu hari ibunya bisa mengerjakan lebih dari lima pekerja
last updateLast Updated : 2023-07-24
Read more

43. Tak Dihargai

"Hus! Istighfar, nggak boleh ngomong gitu, nggak baik. Memang kalian mau jadi janda?" "Ya nggak lah!" jawab keduanya kompak. "Ya sudah, jangan bahas janda, kalian berdua nggak akan jadi janda kecuali kalau Abah sudah di panggil Allah." Hamdan merangkul bahu kedua istrinya sambil mencium pucuk kepala keduanya dengan bergantian. "Oh, iya, Abah, Mbak, aku boleh nggak minta satu permintaan?" "Boleh banget, mau minta apa?" jawab Najma "Aku ingin saat aku lahiran nanti, kalian berdua yang menemaniku saat persalinan," pinta Salwa penuh harap "Bukannya hanya Abah yang akan mendampingimu persalinan?" "Aku juga ingin mbak Najma menemaniku menantikan buah hati kita, ini anak kita," "Apakah boleh?" Najma bertanya dengan ragu. "Ya tentu boleh banget dong, Mbak," Najma tersenyum sambil mengangguk samar, bukan ia tak enak hati untuk ikut menemani Salwa ketika persalinan nanti, tapi yang ia takutkan adalah hatinya yang takut tak siap jika menemani proses persalinan Salwa. Najma takut, keiria
last updateLast Updated : 2023-07-25
Read more

44. Kontraksi

Bukan Najma tak menghargai pemberian Hamdan, tapi ia sungguh sangat menyayangkan makanan yang ada di atas meja belum tersentuh sama sekali. Jika ia makan bubur itu, maka masakan yang ia masak bersama ibu salwa tadi akan mubazir. Meskipun nanti masih akan bersisa, karena mereka memasak untuk porsi lima orang, setidaknya tidak terlalu banyak sisanya, ia bisa meminta si Mbok membungkusnya dan memberikan kepada satpam kompleks.Setelah mandi, Najma pun turun dan mendapati ibu Salwa sudah menunggu di meja makan, entah kemana Hamdan dan Salwa sehingga mereka tak terlihat di ruang tengah maupun di ruang tamu."Hamdan dan Salwa belum datang?" Tanya ibu Salwa mengedarkan pandangannya tak melihat keberadaan anak serta menantunya. "Tadi sudah datang, Bu. Mungkin mereka masih di kamar, mari kita mulai sarapan kita." jelas Najma sambil meraih piring dan mulai mengisinya dengan nasi serta lauk. "Loh, nggak menunggu mereka dulu?""Mereka katanya sudah sarapan bubur ayam tadi, Bu,"Ibu Salwa mengan
last updateLast Updated : 2023-07-25
Read more

45. Hari Kelahiran, Hari kesakitan

"Ah, kamu pasti lupa sama aku. Aku Nofi, tetangga kamu di rumah orang tuamu, juga kita pernah belajar di bangku SMA yang sama dan juga pernah satu fakultas tapi beda jurusan,""Ah ya, aku ingat sekarang. Apa kabar? Kamu bekerja di sini?"Senyum wanita yang bernama Nofi itu mengembang di kala lelaki di hadapannya kini sudah mengingat tentang dirinya."Alhamdulillah, baik. Iya, baru seminggu disini. Kamu ngapain disini? Siapa yang sakit?""Istriku mau melahirkan,""Wah, Najma udah mau lahiran? Selamat ya,""Bukan Najma, tapi Salwa, istri keduaku.""What? Istri kedua?" Dokter itu membulatkan matanya, lama tak berjumpa, sekalinya berjumpa malah dapat kabar kalau lelaki di hadapannya ini sudah memiliki dua istri. "Iya, ya sudah aku duluan, kasian mereka nungguin dari tadi,""Boleh aku ikut? Sekalian aku juga ingin menjenguk istrimu. Apa Najma juga ada di sini?""Boleh. Iya, dia juga di sini,"Merekapun mel
last updateLast Updated : 2023-07-26
Read more

46. Permintaan Najma

"Abah, Mbak Najma mana?" Tanya Salwa sesaat setelah bayinya selesai di adzani dan kembali di ambil oleh perawat untuk di pakaikan baju dan bedong. Hamdan mengedarkan pandangannya baru menyadari bahwa istri pertamanya sudah tak ada bersama mereka, bahkan ia ingat hanya dirinya dan Salwa yang begitu asyik berbicara dengan putri mereka dan dia sudah ... mengabaikan Najma. "Apa mungkin keluar ya?" gumam Handan yang masih mampu di dengar oleh Salwa."Coba Abah cek dulu!" Pandangan Hamdan tertuju pada sepasang kaki dengan gamis warna cream yang berdiri di balik tirai tempat Salwa berbaring. Ia langkahkan kakinya perlahan menuju tirai tersebut dan mengintip dari balik sana apa yang sedang di lakukan oleh istri pertamanya tersebut. Belum juga tahu apa yang Najma lakukan, suara dokter sudah mengalihkan perhatian Hamdan, sekilas Hamdan melihat sang istri pertama mengusap sudut netranya. "Kondisi ibu sudah membaik, sebentar lagi sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat." Mendengar perkataan do
last updateLast Updated : 2023-07-26
Read more

47. Tamu Larut Malam

Baby Alifah kini sudah berumur tujuh hari, keluarga saat ini sedang sibuk menyiapkan untuk acara walimatul aqiqoh untuk putri Hamdan tersebut. Umi, Abi dan Ibu Fatimah turut hadir pada acara walimatul aqiqoh ini.Sore hari, semuanya sudah siap, mulai dari dekor ruangan, hidangan, minuman serta parcel untuk tamu sudah berada di tempatnya masing-masing. Sehabis Maghrib, acara dimulai dengan mengundang para tetangga, kerabat, rekan kerja serta para anak yatim-piatu juga mengundang para anak panti dimana Hamdan dan Najma sudah menjadi donatur tetap di panti tersebut. Jam sembilan malam, seluruh rangkaian acara sudah selesai dan berjalan dengan lancar tanpa kendala apapun. Para tamu satu persatu sudah meninggalkan kediaman Hamdan, bahkan para saudara dekat sudah berpamitan undur diri. Di malam yang lumayan larut ini, Najma sedang berada di kamar Salwa untuk membantu mengurus baby Alifah karena luka jahitan pada jalan lahirnya masih belum sembuh dan masih tergolong basah karena baru semin
last updateLast Updated : 2023-07-27
Read more

48. Lamaran

Najma merebahkan badannya di kasur, lalu menarik selimut sampai dada untuk mencegah rasa dingin agar tak menghampirinya. Matanya menatap lurus pada langit-langit kamarnya. Pikirannya masih melayang pada kejadian di ruang tamu tadi. Ia tak bisa begitu saja menganggap perkataan Nofi hanya angin lalu. Perkataan itu terus berputar di kepalanya. Membuat hati dan pikirannya gelisah tiada merasakan ketenangan.Apa benar Hamdan terabaikan?Apa benar Hamdan tak terurus semenjak hadirnya baby Alifah?Benarkah ia sibuk mengurus baby Alifah dan menelantarkan Hamdan?Jika pun semua itu benar, sungguh Najma tak ingin ada lagi kehadiran wanita lain di dalam rumah tangganya. Luka yang kemaren ia rasakan sungguh membuatnya jera dan trauma akan kehadiran wanita lain sebagai madunya. Cukup Salwa saja yang menjadi madunya, ia tak ingin ada madu yang lainnya lagi. Jika itu sampai terjadi, mungkin dia sudah menyerah menjadi istri Hamdan. Dia tak akan sanggup merasakan sakitnya dipoligami untuk yang kedua k
last updateLast Updated : 2023-07-27
Read more

49. Menolak Lamaran

Hamdan, Najma dan Salwa tercengang mendengar penuturan pak Beni, bagaimana bisa seorang ayah melamar seorang laki-laki untuk menjadi suami dari anaknya, padahal Hamdan sudah memiliki istri, bahkan sudah ada dua."Allahuakbar!" Seru Hamdan"Saya sudah memiliki dua istri, Pak. Dan saya tak ada niatan untuk menambah istri lagi, cukup Umma Najma dan ummi Salwa yang menjadi pendamping saya," Hamdan berusaha setenang mungkin menjelaskan apa yang seharusnya sudah tidak perlu di jelaskan lagi."Nak Hamdan, kami tak meminta jawaban kamu sekarang. Kami akan beri waktu nak Hamdan beserta kedua istri untuk memusyawarahkan lamaran kami. Toh, dalam Al-Qur'an pun sudah di jelaskan bahwa lelaki boleh memiliki istri lebih dari satu bahkan sampai empat,""Maaf, Bu, sampai kapanpun saya tidak akan menikah lagi, mereka berdua sudah lebih dari cukup buat saya. Oh, ya, jangan hanya tahu yang itu saja, di sana juga di jelaskan jika si lelaki itu mampu, tapi jika tidak maka satu saja cukup,""Saya pun sebaga
last updateLast Updated : 2023-07-28
Read more

50. Prasangka Buruk Salwa Kepada Najma

 "Memang sepi, Ummi. Disini hanya tinggal Najma sama Alifah. Mas Hamdan sedang nganterin Salwa sama ibu kondangan,""Mereka keluar, sedangkan kamu disuruh jaga Alifah? Kamu di jadikan baby sitter sama suami dan madumu, Nak? Ya Allah tega sekali mereka kepada anakku!""Ummi, nggak seperti itu kok ceritanya. Memang aku yang melarang mereka membawa Alifah karena suara sound sistem nggak baik buat kesehatan jantung Alifah. Kasihan kan kalau di bawa ke tempat yang ramai dan bising," jelas Najma agar sang ibu tak salah paham pada kondisinya saat ini. "Kamu bahagia, Nak?"Pertanyaan Ummi membuat Najma terdiam, ia menatap lekat pada wajah Ummi Habibah yang terpampang di layar ponselnya. "Kenapa ummi tiba-tiba menanyakan itu? Najma bahagia kok, Ummi," jawabnya setelah sekian detik terdiam dalam tatapan yang dalam. "Kamu nggak lagi bohongin ummi 'kan, Nak?""Nggak kok Ummi, Najma bahagia beneran kok,""Kala
last updateLast Updated : 2023-07-28
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status