Home / Pernikahan / Luka di Balik Senyum Istriku / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Luka di Balik Senyum Istriku: Chapter 31 - Chapter 40

112 Chapters

31. Rencana Abi dan Ummi Najma

"Abi akan membawa pulang Najma."Suara Abi memecah keheningan yang terjadi di sore itu. Abi dan Hamdan yang sedang duduk di gazebo samping rumah, ditemani oleh dua gelas kopi hitam serta goreng pisang yang menemani sore mereka, yang tak di hiasi indahnya senja karena gerimis yang sedang menyapa bumi. Sedangkan Najma berada di kamar bersama sang umi.Hamdan menautkan kedua alisnya menatap lekat kepada sang mertua dengan jantung yang berdentam keras."Biarkan Abi dan Umi membawanya pulang dulu. Dia masih sangat terpukul atas insiden itu, mungkin Najma akan cepat melupakan kesedihannya jika ia banyak berbaur dengan santri," ujar Abi menjelaskan lebih detail maksud perkataannya yang yang pertama tadi. Beliau yang baru tiba di Jakarta tiga puluh menit yang lalu langsung mengatakan niatnya untuk membawa pulang sang putri untuk sementara waktu. Hal ini sudah ia diskusikan dengan sang istri sebelum berangkat ke kota tempat tinggal anak mantunya."Tapi, Abi, saya tak bisa meninggalkan Salwa ja
Read more

32. Malang dan Kejutannya

Najma tetap tak menjawab, dia hanya mengeratkan pelukannya pada sang suami. Berusaha mencari ketenangan atas hatinya yang tengah gelisah, atas hati yang belum sepenuhnya ikhlas berbagi cinta.Ia akan belajar lebih banyak lagi saat tiba di Malang. Ia akan mempelajari tentang poligami kepada kakak sepupunya, ia ingin memperdalam ilmunya dan ingin memperluas kesabaran serta keikhlasannya. Najma ingin benar-benar ikhlas berbagi suami, benar-benar ikhlas menerima adik madunya, dan juga benar-benar ikhlas menerima takdir yang Allah gariskan untuk rumah tangganya.Ia berjanji, tak akan pernah menyerah dalam rumah tangganya sekalipun ketidak adilan yang ia dapatkan. Ia akan berusaha untuk terus bertahan hingga maut yang memisahkan mereka. Najma tak hanya berharap jika dirinya yang di berikan keikhlasan, tapi juga sang madu yang ia harapkan untuk ikhlas saling berbagi suami, ia juga berharap semoga sang suami bisa bersikap adil kepada dirinya dan adik madunya
Read more

33. Tentang Fatimah (Awal Pertemuan)

Ummi Fatimah?" Be'onya menatap penuh tanya bergantian pada Abi dan Umminya. "Iya, Nduk." Kyai Hasan mengangguk, "Dia kedudukannya sama dengan Ummi kamu, dia istri kedua Abi."Najma membulatkan matanya mendengar penuturan sang Abi.Istri kedua?Sejak kapan abinya berpoligami? Kenapa Umminya tidak menceritakan apapun kepadanya?"Sejak kapan, Abi?""Sembilan bulan yang lalu,"Selama itu dan dirinya baru di beritahu sekarang. Apakah sang ibu merasakan luka yang sama dengan dirinya? Ia tahu bagaimana sakitnya di poligami dan ummi Habibah juga merasakan hal itu? Heh, drama macam apa yang sedang ia jalani sekarang?"Kenapa Abi menduakan Ummi? Apakah ummi berbuat kesalahan? Apakah Ummi sudah tak bisa melayani Abi dengan baik?" Najma menatap lekat sang Abi mencari jawaban atas segala pertanyaannya. Dia tak bisa mengekspresikan perasaannya pada orang lain terkait hidupnya sendiri, tapi Najma bisa ceplas-ceplos jika itu menyangkut o
Read more

34. Tentang Fatimah (solusi Masalah Bu Fatimah)

"Sudah, diam semuanya!" Karena sudah tak tahan dengan keributan yang di lihat dan di dengan oleh kedua inderanya, akhirnya Abi membuka suara meminta mereka untuk diam dan suasana pun hening seketika."Lebih baik kalian bubar saja, biar saya dan istri saya yang mengurus ibu Fatimah. Serahkan semuanya kepada kami, insyaAllah kami akan mengambil keputusan yang terbaik," Abi kembali bersuara setelah memastikan keadaan kini sudah tenang.Merekapun perlahan meninggalkan halaman rumah Bu Fatimah dan kembali ke kediaman mereka masing-masing, walaupun ada beberapa dari mereka yang ngedumel, bahkan ada yang berpura-pura membeli sesuatu di warung sebrang jalan demi bisa melihat apa yang terjadi selanjutnya.Setelah semua pergi, Bu Fatimah segera menyalami tangan Bu nyai dan mengucapkan beribu terimakasih karena sudah menyelamatkan dirinya dari warga."Mari masuk dulu ke rumah saya, Bu nyai, pak kyai." ajak Bu Fatimah setelah merasa lega dan ia tak lagi menangis."Terimakasih, Bu Fatimah.""Maaf
Read more

35. Tentang Fatimah (Akhirnya)

Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Bu Fatimah setuju untuk tinggal di pesantren dan menggantikan Bu Ningrum yang sudah berhenti membantu memasak di dapur untuk makanan para santri karena tengah pulang kampung.Bu Fatimah cukup tenang tinggal di lingkungan pesantren, meskipun ia akan tidur di kamar kecil tanpa jendela yang ada di dapur, karena biasanya tempat itu di gunakan sebagai tempat menyimpan perabotan dapur yang masih belum terpakai atau sudah tak layak pakai, lebih jelasnya seperti gudang, tapi Bu Fatimah tak masalah asalkan ada tempat untuk tinggal ia sudah sangat bersyukur. Bu Fatimah menolak untuk tidur di kamar tamu yang tersedia di ndalem karena tak enak hati juga sungkan kepada Bu nyai serta kyai juga kyai sepuh, ia lebih memilih tidur di gudang yang kini sudah beralih fungsi menjadi kamar dengan lemari dan kasur yang sudah di sediakan oleh Kyai. Pasalnya, sebelumnya Bu Ningrum tak pernah menetap di ndalem, ia akan datang saat sudah waktunya untuk memasak, setelah selesa
Read more

36. Mie Ayam Pembawa Perkara

Kini mereka sudah tiba di warung mi ayam yang masih baru-baru ini buka, warung ini tampak begitu ramai oleh pengunjung yang mungkin penasaran dengan rasa mie ayam yang di sajikan oleh warung tersebut. Mereka berdua celingukan mencari tempat duduk yang kosong, hingga pada akhirnya Hamdan menemukan meja kosong yang ada di paling belakang. Hamdan segera menggandeng tangan Salwa agar mengikuti langkahnya menuju meja kosong tersebut agar tidak keduluan orang."Eh, pak Hamdan marung di sini juga?" sapaan seseorang di sampingnya membuat sang pemilik nama menoleh dan mendapati tetangga di rumah istri pertamanya tersebut tengah menatapnya seolah mengintimidasinya."Eh, Bu Dewi. Iya nih, Bu. Bumilnya lagi ngidam mi ayam," jawab Hamdan diiringi kekehan ringan."Wah, udah isi ya ternyata? Gercep bener." ujar Bu Dewi tersenyum sinis ke arah Salwa, yang di balas dengan senyuman yang manis oleh istri kedua dari Hamdan tersebut."Iya, Bu. Alhamdulillah,""Oh, iya,
Read more

37. Kepedulian Najma

"Bu, biar Najma yang bawa ke depan," Najma menghampiri Bu Fatimah saat melihat wanita yang menjadi madu Umminya tersebut membawa beberapa piring berisi kue ke ruang tamu.Najma menawarkan dirinya kepada Bu Fatimah untuk membawa beberapa piring kue ke depan. Hubungan Najma dan Bu Fatimah lumayan membaik, walau Najma masih sedikit segan kepada istri kedua dari Abinya tersebut, bahkan ia masih belum bisa memanggil bu Fatimah dengan panggilan ummi, meskipun begitu ia tak menghilangkan rasa hormat kepada wanita yang terlihat jauh lebih muda dari sang ummi itu.Ini adalah hari Kamis, di mana hari ini keluarga ndalem sangat sibuk, dan para santri terlihat begitu bahagia. Nanti adalah malam Jumat, lebih tepatnya malam Jumat manis, di mana akan diadakan ngaji Akbar yang memang sudah menjadi kegiatan rutin di setiap malam Jumat manis. Para orang tua santri akan datang ke pesantren mulai dari pagi hingga saat pengajian akan di mulai yaitu ba'da Isya'. Tentu saja hal itu menjadi suatu kebahagian
Read more

38. Kedatangan Hamdan

"Dia saudari saya juga, Bu." kata Najma disertai seulas senyum yang begitu indah.Bu Fatimah menatap Indri dengan raut wajah yang begitu merasa bersalah, "Maafkan ibu, Nak, gegara ibu sibuk disini kamu jadi terlupakan," kata bu Fatimah sambil mengelus kepala anaknya"Tak apa, Bu. Lagian tadi Indri bareng sama temen-temen kok,"Handphone yang ada di saku gamis Najma berdering pertanda ada panggilan masuk. Ia merogoh sakunya dan mengeluarkan benda pipih tersebut seraya menggeser panel hijau yang tertera di layar ponselnya."Assalamualaikum, Abah," salam Najma ketika panggilan sudah terhubung"Waalaikum salam, Umma,""Ada apa Abah telfon Umma di jam segini? Abah nggak ke masjid?" tanya Najma heran pasalnya biasanya Hamdan akan ikut berjamaah di masjid saat Maghrib dan isya'."Abah ada di pintu gerbang pesantren, nggak bisa masuk rame banget, ada acara apa Umma?"Najma mengerutkan keningnya, "Abah ada di sini?" Tanyanya memastikan."Iya, Umma. Bisa jemput Abah di sini?" Pinta Hamdan"Baik
Read more

39. Kasih Sayang Seorang Abang

"Abang, Akak, MasyaaAllah, Najma kangen bangeettt!" Seruan Najma membuat Firdaus dan nafisah menoleh ke arah kiri, dan mendapati Najma yang sedang melangkah ke arah mereka. Najma menyalimi Firdaus, lalu tangannya di tarik oleh firdaus hingga sedetik kemudian Najma sudah berada dalam rengkuhan Abang pertamanya itu, pelukannya sangat erat seolah firdaus enggan melepaskan sang adik. Ciuman hangat diberikan firdaus pada kening Najma. "Abang, jangan erat-erat ih meluknya, aku gak bisa nafas!" Seru Najma.Firdaus segera melonggarkan pelukannya, "Aduh, maaf Ning. Maafkan Abang? Abang terlalu kangen sama adik Abang yang paling cantik ini!" ujarnya sambil menjawil hidung Najma. Kemudian Najma menghampiri Nafisah dan memeluk kakak iparnya, "Akak, Najma kangen banget. Kok udah gak pernah main-main sih ke rumah Najam?"Ning, adalah panggilan yang tetap tersemat kepada Najma sejak ia baru lahir. Abang-abangnya tak ada yang memanggilnya adik, melainkan memanggil dengan sebutan Ning, sehingga ist
Read more

40. Tragedi di Kamar Mandi

Minggu ke dua puluh delapan dari kehamilan Salwa kini sudah mereka lalui. Artinya perut Salwa sudah semakin membesar di usia kehamilan yang memasuki bulan ke tujuh. Dengan segala paksaan dai Najma yang memintanya untuk tinggal bersama di rumah Najma dan Hamdan, akhirnya Salwa setuju, pun dengan ibu Salwa yang juga ikut tinggal di rumah istri pertama Hamdan. Sedangkan rumah Salwa yang di belikan Hamdan di pasrahkan kepada art untuk mereka rawat.Weekend kali ini Hamdan beserta kedua istrinya berencana untuk pergi ke mall guna membeli perlengkapan bayi yang sebentar lagi akan lahir ke dunia.Berkali-kali Hamdan melantunkan puji syukur kepada sang pencipta karena kedua istrinya yang tampak akur dan tak pernah bersitegang. Ia pun tiada hentinya berterimakasih kepada kyai sepuh yang telah mengajarkan dirinya serta kedua istrinya tentang poligami serta tetek-bengeknya selama sebulan penuh sewaktu mereka berada di Malang.Tak hanya hamdalah yang selalu terlontar dari mulut Hamdan, tapi juga
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status