Home / Pernikahan / Luka di Balik Senyum Istriku / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Luka di Balik Senyum Istriku: Chapter 71 - Chapter 80

112 Chapters

71. Mulai Ragu

Saat sudah tiba di rumah sakit, Najma memarkirkan mobilnya di depan lobi, kemudian ia turun dan memanggil perawat untuk membantunya membawa sang suami. Setelahnya, Hamdan di bawa ke ruang UGD untuk menjalani pemeriksaan terlebih dahulu.Najma duduk di sebuah kursi tunggu menantikan dokter selesai memeriksa suaminya. Ia berhadap tak ada penyakit serius yang diderita sang suami.Selama menunggu dokter memeriksa Hamdan, Najma menghubungi asisten rumah tangganya mengabarkan kalau dirinya sedang ada di rumah sakit dan kemungkinan tak akan pulang sehingga Najma menitipkan Bilal pada si mbok."Keluarga pasien?" Seorang dokter lelaki keluar dari ruang UGD dan mencari keluarga pasien yang di tanganinya. Dokter bernama tag Fadli tersebut melepaskan kacamatanya dan menyimpannya ke dalam saku jas putih yang dikenakannya.Najma segera bangkit dan menghampiri dokter tersebut, "Saya istrinya, Dok. Bagaimana kondisi suami saya? Apakah ada penyakit yang serius? Haruskah di rawat inap?""Menurut hasil
Read more

72. Salwa and the Genk

"Dik, kapan akan menjenguk mas Hamdan? Beliau selalu menanyakan mu." tanya Najma saat panggilan teleponnya terhubung dengan sang madu."Aduh, Mbak, aku lagi hamil muda, dan kehamilanku kali ini tak bisa mencium bau yang begitu menyengat, aku sangat gak suka bau obat-obatan di rumah sakit.""Tak bisakah datang walau hanya sebentar? Dia pasti butuh support darimu sebagai istrinya juga agar mas Hamdan semangat untuk sembuh."Najma merasa kasihan pada Hamdan yang hampir setiap saat selalu melirik ke arah pintu dan mengharapkan kehadiran Salwa di sisinya."Mbak gak akan ngerti kondisiku, karena mbak gak pernah hamil. Aku mual mbak kalau dengar bau yang menyengat, mbak paham 'kan?"Ada yang berdenyut nyeri di dalam sana, lagi-lagi Salwa berkata yang menyakiti hatinya. Kenapa harus kondisi itu yang selalu diungkit? Padahal Najma juga ingin, bahkan sangat ingin mengandung dan melahirkan."Umma, sudah tak usah dipaksa. Kasihan Ummi Salwa kalau di paksa datang padahal dia sedang ngidam.""Baikl
Read more

73. Rasa yang Tak Sama

"Umma, langsung antar Abah ke rumah Salwa ya!"DegNajma seketika terdiam. Ia yang semula membereskan barang-barang sang suami dan dirinya kini menghentikan aktivitasnya. Perlahan kepalanya menoleh ke arah Hamdan, "Kenapa, Bah?" Tanyanya berusaha memastikan kalau perkataan Hamdan tak salah didengarnya."Antarkan Abah langsung ke rumah Salwa. Abah sudah sangat merindukan Alifah dan juga Salwa." ujar Hamdan mengulang perkataannya tanpa beban sedikitpun.Ya, hari ini Hamdan memang sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Setelah dua Minggu menjalani rawat inap, kini lelaki beristri dua itu sudah sembuh."Baik, Abah."Najma melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda. Mungkin Hamdan hanya akan berkunjung sebentar, karena merindukan anak dan istrinya yang lain. Bagaimana Hamdan tak rindu, kalau Salwa hanya datang sekali saja menjenguknya itupun di hari ke enam Hamdan di rawat. Dengan alasan kehamilannya, Hamdan memaklumi apa yang dilakukan Salwa."Umma, terimakasih ya sudah merawat Abah s
Read more

74. Kegilaan Salwa

"Mbak, kapan mbak akan mengajukan cerai pada mas Hamdan?" Najma menghentikan minumnya, wanita itu menatap adik madunya yang duduk di seberang meja. Najma tak lantas menjawab, ia mengedarkan pandangannya ke arah pintu masuk cafe yang terlihat semakin ramai karena ini sudah termasuk jam pulang kantor. Satu jam yang lalu, Salwa mengirimi Najma pesan dan mengajak istri pertama suaminya itu bertemu. Najma yang tengah lenggang pun menyetujui ajakan sang madu. Kafe yang tak jauh dari kediaman mereka menjadi tempat pertemuan mereka sore ini. "Kenapa kau bertanya seperti itu?" Najma menatap Salwa yang tanpa segan menatapnya balik. "Aku hanya ingin tahu kapan mbak akan bercerai dari mas Hamdan. Dia sudah sembuh, jadi sudah bisa melanjutkan proses perceraian kalian." jawab Salwa, ia terdiam sejenak sebelum melanjutkan perkataannya, "Ataukah mas Hamdan saja yang mengajukan gugatan itu terlebih dahulu?" Najma tersenyum miring, "Apa hubungannya rumah tanggaku dengan kamu? Pantaskah kamu ikut
Read more

75. Najma yang Ketakutan

Bruuukkk!!"Astagfirullah, Allahuakbar!" Seru Najma sambil menginjak rem dengan kencang, membuat tubuhnya terpental ke depan dan kepalanya terantuk setir mobil. Seketika suasana menjadi ramai akan berkumpulnya orang-orang yang mengelilingi tubuh wanita yang sudah tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir deras dari jalan lahirnya. Sedangkan Najma masih tetap berdiam di dalam mobil dengan jantung yang berdetak hebat. tubuhnya gemetar serta air mata yang tak henti mengalir di kedua pipinya. Ketakutan melanda hatinya dengan amat dahsyat. Dia tidak sengaja, orang itu yang tiba-tiba muncul ke depan mobilnya sehingga membuat wanita itu tertabrak olehnya. Najma masih belum tahu siapa korban yang tertabrak oleh mobil yang dikendarainya. Najma hanya melihat sekilas pakaian wanita itu yang terlihat tak asing di ingatannya. "Astagfirullah, Allah, hamba tidak sengaja." suaranya bergetar. Tok tok tok"Bukaa!" Seru orang yang mengetuk kaca mobilnya. "Buka, Mbak! Tolong bertanggung jawablah.
Read more

76. Petaka Yang Diciptakan Sendiri

"Pendarahan pada pasien tak bisa dihentikan karena ada masalah pada rahimnya. Dan kita harus segera melakukan tindakan pengangkatan rahim demi keselamatan nyawa pasien."Deg!Rasa lega yang tadi sempat hinggap di hati Hamdan karena dokter sudah keluar dari ruang UGD, kini berubah menjadi keterkejutan yang luar biasa. Kabar yang baru saja didengarnya bagaikan petir yang menyambar di siang bolong. "Tak adakah cara lain selain pengangkatan rahim, Dok?""Maaf, Pak, tak ada. Ini adalah jalan terbaik demi keselamatan istri bapak. Jika tidak segera ditangani, maka nyawa ibu yang akan jadi taruhannya."Berat, tentu berat untuk memutuskan akan pilihan apa yang akan ia ambil. Namun, akibat di kejar waktu, akhirnya dengan sangat terpaksa Hamdan menyetujui operasi pengangkatan rahim pada Salwa. Hamdan pun menandatangi surat persetujuan tindakan operasi dengan sangat berat hati. Semoga saja Salwa bisa ikhlas menerima takdirNya. Najma pun sungguh tak menyangka, jika kecelakaan tadi sore harus ber
Read more

77. Awal Sebuah Kehancuran

"Pak, langsung bawa saja dia pergi dari ruangan ini!" Seru Hamdan yang tak mengindahkan permintaan Najma, atau lebih tepatnya hati kecilnya masih berat untuk mengucapkan kata keramat itu."Mas, tolong kali ini saja, kabulkan permintaanku?" Najma memohon kepada Hamdan. "Cepat bawa, Pak polisi! Istri saya ingin segera istirahat!" Polisi menganggukkan kepalanya, kemudian mengajak Najma keluar. Najma pun ikut keluar dengan hati yang entah tak tahu harus berekspresi seperti apa. Najma mengikuti langkah kedua polisi tersebut hingga mereka memasuki mobil berwarna biru tua dengan sirene di atasnya. "Pak, bolehkah saya menghubungi asisten rumah tangga saya? Saya harus mengabari kalau saya tidak pulang malam ini." Najma meminta izin kepada polisi yang membawanya. "Silahkan!" Najma membuka tasnya dan mengambil ponselnya, kemudian wanita itu menghubungi si mbok yang pasti sudah menunggunya, karena Najma pamitnya hanya pergi sebentar, tapi hingga malam begini wanita itu belum juga pulang. "A
Read more

78. Letak Kesalahan

Plin-plan serta ceroboh, mungkin itulah kata yang cocok untuk Hamdan. Lelaki yang tak bisa berpegang teguh pada ucapannya, serta sembarangan mengambil keputusan tanpa berpikir panjang. Lelaki yang hanya besar dalam sebuah harap, tapi nol dalam sebuah usaha. Sehingga hanya kata sesal, sesal dan sesal yang di ucapkan ketika semuanya telah berantakan. Padahal dirinya adalah seorang pemimpin, tapi ia tak bisa tegas dan tak bisa membimbing untuk meluruskan. Cenderung menuruti kemauan pada dia wanita yang lebih bertahta di hatinya sehingga sulit untuk bersikap adil kepada kedua istrinya. Sedangkan Najma, dia pun terlalu lemah dalam mengambil keputusan, sehingga hatinya mudah goyah karena rasa iba atau simpati yang terlalu besar di hatinya. Sehingga ia berkali-kali mendapatkan kesakitan Dia takut menuntut akan haknya sebagai seorang istri karena cintanya kepadanya kepada sang suami. Cintanya yang terlalu besar membuat Najma takut walau hanya sekedar untuk menegur. Ingin semuanya tetap baik-
Read more

79. Mengabaikan Hamdan

Melihat Salwa yang berbaring dengan membelakangi pintu, Hamdan memutuskan untuk keluar dan pergi menemui Najma yang mungkin saat ini masih berada di lapas. Tak peduli Salwa yang akan terbangun dan mencarinya, dia hanya khawatir pada Najma dan ingin meminta maaf untuk kesekian kalinya atas kesalahannya.Setibanya di kantor polisi, Hamdan memarkirkan mobilnya tak jauh dari gerbang karena ia tak akan lama di tempat itu. Dari pintu keluar, Hamdan melihat wanita yang sangat tidak asing baginya sedang berjalan menuju ke sebuah mobil polisi dengan diikuti oleh dua orang polisi di belakangnya. Gegas Hamdan menghampiri Najma."Umma!" panggilnya pada Najma.Wanita itu terkejut, tapi sepersekian detik, Najma memalingkan wajahnya seolah tak sudi menatap lelaki yang berkali-kali menorehkan luka di hatinya itu."Ayo, Abah antar pulang!" Ajak Hamdan kepada Najma sebagai komunikasi awal sebelum dirinya menyiapkan mental untuk kembali meminta maaf kepada Najma."Nggak usah. Sama polisi saja " jawab Na
Read more

80. Harapan Najma Untuk Bilal

"Aaarrggghh, perutkuuuu!"Salwa mencengkeram erat seprai pada ranjangnya dikala ia merasakan sakit yang begitu dahsyat di perut bagian bawahnya. Satu tangannya meraba bekas operasinya dengan perlahan dan Salwa dapat merasakan bahwa baju di bagian tubuhnya yang di operasi mulai basah.Akibat dari Salwa yang tak bisa mengontrol isakan tangisnya, sehingga berakibat pada luka operasi yang baru dijalani olehnya. Akibat guncangan tubuh yang kuat membuat jahitan pada bekas operasi terbuka dan itu terasa sangat menyakitkan."To ... long!" Serunya lirih yang tak mampu untuk menekan tombol merah yang terasa begitu jauh."Sakit sekali ya Allah!"Wajah Salwa kini sudah dipenuhi dengan keringan dingin serta wajahnya yang sudah pucat pasai. Berkali-kali ia menoleh pada pintu berharap ada yang masuk ke ruangannya. Perlahan ia menggeser tubuhnya untuk lebih ke hulu agar bisa menekan tombol untuk memanggil perawat ataupun dokter."Sshhh." Salwa meringis seiring tubuhnya yang semakin bergeser.Setelah
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status