Home / Pernikahan / Luka di Balik Senyum Istriku / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Luka di Balik Senyum Istriku: Chapter 61 - Chapter 70

112 Chapters

61. Gombalan Atau Sindiran?

Adzan subuh membangunkan Najma, istri pertama Hamdan itu mulai membuka matanya dan merasakan kalau tubuhnya tak se-lemas semalam, pun kepalanya sudah tak begitu pusing. Najma menoleh ke sisi tempat tidurnya dan mendapati Hamdan di sana. Ia menyibak selimut dan mulai turun dari ranjang, seketika rasa dingin menyapa tapak kakinya dan merambat ke seluruh tubuhnya. Meksipun dingin, Najma tetap melangkah mencari sandal yang biasa ia pakai di dalam rumah."Astagfirullah, Abah, Bilal!" Serunya saat mendapati Hamdan dan Bilal tidur di lantai dengan beralaskan kasur lantai yang tak begitu tebal.Kepalanya di penuhi tanda tanya besar kenapa Hamdan dan Bilal bisa tidur di lantai seperti itu. Najma gegas meraih remote AC dan mengubah suhu ruangan agar lebih hangat. Setelahnya Najma menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang sejak kemaren malam tak mandi sama sekali.Selesai mandi dan berwudhu, Najma membangunkan Hamdan agar bisa sholat berjamaah dengannya."Abah, ayo bangun, sudah subuh."
Read more

62. Pesan dari Salwa

Seharian Hamdan meluangkan waktunya untuk Najma dan Bilal, niatnya Hamdan ingin mengajak anak serta istrinya jalan-jalan, tapi kondisi Najma yang masih belum sembuh total membuat Hamdan mengurungkan niatnya. Mereka hanya melakukan piknik kecil-kecilan di belakang rumah dengan menggelar tikar serta menyiapkan beberapa camilan juga minuman.Hal sesederhana ini, tapi sudah mampu menyegarkan bunga-bunga di hati Najma yang selama ini sudah layu bahkan hampir mati. Taman di hatinya terasa begitu sejuk dengan aroma bunga yang menguar menenangkan hati dan pikiran Najma. Ia sangat bersyukur masih bisa merasakan kebahagian seperti ini, di tengah retaknya rumah tangga mereka beberapa hari ini. Najma tak berharap kebahagiaan ini selalu bersamanya, karena ia menyadari kalau suaminya harus memberikan kebahagiaan serupa untuk madu dan anaknya.Harapannya adalah Hamdan selalu bersikap adil padanya dan adik madunya, dan ia juga berharap hubungannya dengan sang madu kembali membaik. Najma pun sangat be
Read more

63. Kerepotan Yang disyukuri

"Abah, makasih ya udah bawa kita liburan ke sini."Salwa memeluk manja lengan Hamdan saat mereka sedang jalan-jalan sore di pinggir pantai."Sama-sama, Ummi. Ini juga mumpung kantor lagi gak terlalu banyak pekerjaan, jadi bisa meluangkan waktu untuk menyenangkan anak istri." jawab Hamdan sambil mengelus tangan Salwa yang memeluk lengannya dengan satu tangannya yang bebas."Sebentar lagi Alifah sudah dua tahun, sudah mau berhenti menyusu, gimana kalau kita program lagi, Abah?"Salwa ingin memiliki anak lagi bersama Hamdan, selain ingin memberikan keturunan lagi untuk Hamdan, Salwa juga ingin mengambil perhatian Hamdan sepenuhnya."Apa gak terlalu dekat, Ummi? Ummi tak lelah selesai menyusui Alifah lalu mau menyusui anak kita lagi nantinya?" Meskipun hal yang lumrah yang terjadi di dunia ini, tapi Hamdan merasa belum siap memiliki anak lagi dalam jarak usia dua tahun. Bukan dirinya sendiri, yang lebih utama yaitu kasihan pada Salwa yang harus berturut-turut mengurus bayi. Ia ingin sang
Read more

64. Pengakuan Salah

"Abah, bisakah aku meminta waktumu minimal satu malam saja?" Pinta Najma dengan sendu, setelah sedikit berbasa-basi menanyakan kabar suaminyaHari-hari yang dilalui Najma tanpa kepedulian dari Hamdan membuat wanita itu nekat datang ke kantor suaminya di sore hari yang mendung ini."Umma?" Hamdan masih tak bisa mengerti akan maksud perkataan Najma. Ia masih terlalu terkejut akan kehadiran Najma di kantornya sat ia menjelang pulang."Hanya sekarang aku menuntut waktumu untukku, Abah. Bisakah kau meluangkan waktumu untuk istri pertamamu ini walau hanya sebentaaaar saja?" Pinta Najma dengan penuh harap.Hamdan mengangguk, merasa bersalah dengan sang istri yang harus memohon seperti itu demi luangnya waktu dirinya untuk sang istri pertama. Bukan Hamdan tak ingat akan Najma, tapi kondisi Salwa yang tengah hamil muda membuat Hamdan harus terfokus kepada Salwa dan mengabaikan Najma. Najma pun sudah tahu akan kehamilan adik madunya, sehingga hal ini yang membuat Najma nekat menemui sang suami
Read more

65. Kapal Tanpa Nahkoda

"Bebaskan aku dari pernikahan ini, Abah!" Ucap Najma dengan penuh keyakinan.Duaarrrr!!Bagai disambar petir di siang bolong. Hamdan seolah kehilangan semua tenaganya setelah mendengar ucapan Najma. Ketakutan yang tadi muncul kini menjadi kenyataan. Kenapa harus ini yang dipinta Najma? Hamdan menggelengkan kepalanya sambil menunduk menatap lekat pada wanita yang baru saja meminta cerai darinya."Jangan bercanda, Umma!" Sanggahnya menolak untuk percaya akan keseriusan ucapan sang istri pertama."Aku tak sedang bercanda, Abah." kata Najma sambil mengangkat kepalanya dari pangkuan Hamdan. Kemudian wanita berdiri dan melangkah menuju pembatas rooftop, memandangi suasana kota dari ketinggian di bawah langit yang mendung. Sedangkan Hamdan tetap berada di posisi semula dengan pikiran yang berkecamuk."Aku sudah pikirkan ini dari jauh-jauh hari. Aku sudah mantap dengan permintaanku ini, Abah." ujar Najma."Kenapa harus seperti ini, Umma?" Lirih Hamdan."Mungkin jodoh kita hanya sampai di sini
Read more

66. Menenangkan Diri di Tempat Terbaik

Hamdan pulang dengan wajah lesu serta penampilan yang kusut. Niatnya tadi Hamdan ingin membujuk Najma, tapi nyatanya setelah kembali ke hotel Najma sudah tidak ada di sana, menurut resepsionis Najma sudah cek out lebih dulu. Hamdan tak putus asa, ia pulang ke rumahnya bersama Najma, tapi rumah itu kosong melompong bahkan lampunya pun tak ada yang menyala. Salwa yang melihat penampilan Hamdan yang sangat buruk merasa heran sekaligus bertanya-tanya, ada apa dengan suaminya ini. Padahal sebelumnya Hamdan selalu berpenampilan rapi."Abah kenapa?" Tanyanya. "Najma ..." Hamdan tak mampu untuk melanjutkan perkataannya, hatinya terasa begitu sesak dan lidahnya seolah tak sudi untuk mengatakan perihal permintaan Najma yang begitu menyakitkan itu. "Ada apa dengan mba Najma, Abah?" Salwa semakin penasaran."Najma ... minta cerai, Ummi." kata Hamdan lirih dengan kepala yang semakin menunduk.Salwa terbelalak, "Cerai?"Hamdan mengangguk membuat Salwa terdiam karena keterkejutannya. Perlahan ter
Read more

67. Serangan jantung

"Abah, kenapa sering melamun? Lagi mikirin mbak Najma?"Sudah tahu jawabannya, tapi Salwa masih tetap menunggu jawaban dari Hamdan. Wanita itu merasa terabaikan karena sang suami sering melamun dan lebih banyak diam, bahkan jarang konek jika di ajak ngobrol.Terhitung sudah satu Minggu lebih Najma pergi, sampai sekarang tak ada kabar apapun dari wanita itu membuat Hamdan semakin takut. Takut di tinggalkan oleh Najma. Tadi Salwa mencari-cari keberadaan Hamdan, pasalnya sejak pulang kerja Hamdan tak terlihat di tempat biasanya lelaki berada, hingga akhirnya Salwa menemukan Hamdan di ruang kerjanya."Abah, ih! Abah boleh sedih karena mbak Najma minta cerai, tapi gak harus mengabaikan aku gitu juga kali! Aku butuh perhatian Abah. Lagian Abah hanya kehilangan satu istri kan, sedangkan aku tetap ada sama Abah kok. Aku lagi hamil, Bah. Aku butuh perhatian Abah."Hamdan menghela nafas pelan, kemudian ia tatap Salwa sesaat, "Ummi, please biarkan Abah menenangkan diri beberapa waktu ini, sambi
Read more

68. Jatuh Sakit

(Salwa adikku. Aku turut berduka cita atas kepergian ibu. Aku turut bersedih akan kepergian ibu yang tiba-tiba. Maaf aku tak bisa hadir ke pemakan ibu karena aku sedang berada di tanah suci. Semoga segala amal ibadah ibu di terima, diberikan tempat terindah disisi-Nya dan diampuni segala dosa-dosanya. Dan semoga kamu diberikan ketabahan, kesabaran, serta keihklasan atas kepergian beliau.)Najma hanya bisa mengirimkan pesan itu kepada adik madunya. Dia mendapatkan kabar perihal kepergian ibu Salwa dari tetangganya yang menghubunginya. Sungguh Najma begitu terkejut akan kepergian ibu dari madunya yang begitu mendadak, padahal selama ini Najma tak pernah mendengar perihal sakitnya ibu Salwa. Ia sedikit mendengar cerita dari tetangganya asal muasal kepergian ibu Salwa, yang mana tetangganya tersebut mendengar langsung dari cerita asisten rumah tangga Salwa perihal pertengkaran Salwa dan Hamdan serta umpatan Salwa hingga perdebatan Salwa dan ibunya.Sedikit banyak, Najma merasakan sedih ka
Read more

69. Keluhan Salwa

Hari ke tujuh kepergian ibu Salwa, dan Hamdan masih tetap sakit sehingga acara tahlilan di pimpin oleh paman Salwa. Tahlilan hari ke tujuh ini tak seperti hari sebelumnya, karena sekarang akan lebih banyak orang yang datang karena Salwa mengundang anak panti di kotanya.Sedangkan para jamaah tahlilan yang lainnya, mereka datang suka rela dengan keikhlasan untuk turut mendoakan almarhumah ibu Salwa. Meskipun mereka hadir tanpa di undang, mereka juga tetap di jamu dengan layak oleh Salwa. Serta di beri bingkisan saat mereka selesai tahlil dan hendak pulang. Sedangkan anak yatim, selain di beri bingkisan makanan, mereka juga mendapatkan amplop dari Salwa membuat anak-anak yatim itu begitu bersyukur dan berkali-kali mendoakan kebaikan untuk almarhumah.Ketidak hadiran Najma mulai dari awal pemakaman hingga hari ke tujuh tentu menjadi pertanyaan di benak setiap warga yang hadir."Mbak Najma sedang pergi umroh, dia sudah meminta maaf karena tak bisa hadir." jawab Salwa ketika salah seorang
Read more

70. Bukan Panggilan Cinta

"Ku rasa, itu bukan panggilan cinta, Adikku, tapi rasa bersalahnya yang memanggilku, bukan cintanya. Aku tahu cintanya sudah berpaling hampir seluruhnya untukmu."Bukan tanpa alasan Najma mengatakan itu, sebelumnya Hamdan selalu menghubunginya dan meminta maaf padanya, berjanji tak akan mengulanginya lagi, dan itu Hamdan lakukan berkali-kali dan berhenti saat lelaki itu jatuh sakit. Bukankah Hamdan sudah mengakui bahwa cinta lelaki itu tak lagi sebesar dulu, jadi jika sekarang Hamdan sakit dan lelaki selalu memanggilnya maka bisa dipastikan panggilan itu hanya sebagai bentuk rasa bersalah."Aku gak mau tahu, mau panggilan cinta kek, rasa bersalah kek, atau apalah, aku gak mau tahu, pokoknya mbak harus segera pulang dan rawat mas Hamdan. Jangan hanya mau sehatnya saja, sakitnya juga harus kau temani!"Tut"Astagfirullah!" Seru Najma sambil mengelus dadanya saat adik madunya berbicara dengan menyentak padanya.Jangan hanya mau sehatnya saja? Duh, lupakah Salwa bahwa berbulan-bulan laman
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status