Home / Pernikahan / Luka di Balik Senyum Istriku / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Luka di Balik Senyum Istriku: Chapter 81 - Chapter 90

112 Chapters

81. Surat Gugatan

"Tuan, ada kiriman untuk Tuan!" Seorang asisten rumah tangga datang menghampiri Hamdan yang sedang berada di ruang bermain bersama Alifah. Art tersebut menyerahkan sebuah amplop coklat kepada Hamdan yang di dapatnya tadi dari seorang kurir. Hamdan menerima amplop tersebut dari tangan artnya, "Terimakasih, Bi." ujarnya sambil meletakkan amplop yang diterimanya di belakang tubuhnya, karena saat ini Alifah sedang berada dalam pangkuannya. Takutnya Alifah meraih amplop tersebut dan menyobeknya sehingga Hamdan meletakkannya di belakang tubuhnya. "Oh, ya, jangan lupa sekarang sudah waktunya ibu minum obat. Tolong di bantu ya!" Titahnya. "Siap, Tuan. Makan siang pun sudah siap dihidangkan." "Baik, Bi. Sebentar lagi saya ke sana."Dua hari sudah Salwa pulang dari rumah sakit setelah lima hari di rawat inap. Wanita itu masih tak bisa beraktivitas terlalu banyak, bahkan dokter menyarankan untuk bedreast total karena luka operasinya menjalani dua kali jahitan. Alifah kini di ambil alih ole
Read more

82. Si Pengacara

"Kamu sudah sangat yakin dengan keputusanmu itu, Nduk?"Sekali lagi, untuk kesekian kalinya sang umi bertanya perihal keputusan Najma yang memilih untuk berpisah dengan Hamdan. Bukan karena apa, sebagai orang tentu Umi Habibah berharap rumah tangga anaknya masih bisa diselamatkan.Meskipun begitu, ia pun juga ingin yang terbaik untuk Najma. Ingin Najma hidup tenang dan bahagia dengan pilihannya sendiri."Umi, sudah berapa kali Umi nanya seperti itu kepada si Ning. Aku ajah mendukung kok keputusan Ning buat pisah dengan lelaki pengecut itu."Bukan Najma yang menjawab, melainkan Firdaus Abang pertama Najma yang memang sejak tadi mereka berkumpul bersama di ruang keluarga. Ada Najma, Umi Habibah, umi Fatimah, kyai Hasan serta Firdaus. Sedangkan istri Firdaus sedang membawa Bilal jalan-jalan di sekitar pesantren bersama putranya sendiri, Syihab.Jika Firdaus dan keluarganya sangat sering bermain ke pesantren milik orang tua Firdaus, berbeda dengan Fauzan, Abang kedua Najma, yang sangat ja
Read more

83. Dua Kondisi yang Berbeda

"Jika nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf min hukumnya apa? Yang paling cepat jawabnya dan jawabannya benar dia boleh pulang duluan!"Semua santri di kelas satu madarasah Diniyah Ula tampak berpikir dengan keras, mereka adalah para santri baru yang pendidikan madrasah dimulai dari madrasah Diniyah Ula kelas satu. Mereka masih tampak berpikir dan kadang ada yang menatap buku pelajarannya dengan lekat seolah bisa menembus dan membaca tulisan yang ada di dalam buku tersebut, karena Najma melarang mereka melihat jawabannya di buku. Najma memang saat ini tengah mengajar kelas satu Madin Ula, ia diperintahkan oleh sang Abi untuk turut serta mengajar, dan Najma pun sangat setuju agar ia bisa membantu di pesantren dan ia bisa menghilangkan rasa bosan karena tak ada kegiatan."Saya, Ning!""Saya, Ning!"Dua santri putri yang duduk di paling belakang dan di barisan tengah mengacungkan tangannya membuat Najma bingung karena mereka benar-benar bersamaan mengacungkan tangannya."Karena kali
Read more

84. Liburan Keluarga

"Ning, jangan lewat situ, banyak batu karang!""Jangan lewat di situ juga, ombaknya gede!"Najma memutar kedua matanya dengan malas mendengar ke posesif-an kedua abangnya, "Abang, Najma udah gede loh, bukan anak kecil lagi!" Protesnya pada Firdaus dan Fauzan. "Ya, tapi 'kan kita takut si Ning kenapa-napa!" Kedua justru semakin kompak menyanggah protesan dari sang adik membuat Najma menghela napas dengan kasar. Pantai Goa Cina, adalah tempat wisata yang menjadi pilihan Najma dan keluarga untuk berlibur. Selepas masa iddahnya dan akte cerai sudah di dapatkan, Najma mengajak keluarganya berlibur sebagai bahan refreshing setelah berbulan-bulan fokus pada perceraian Najma dan Hamdan. Apalagi di pesantren sedang berada dalam kondisi stabil dan tak ada kegiatan penting sehingga kepengurusan bisa diwakilkan kepada santri lama yang bertugas sebagai pengurus putra dan putri. Ada Firdaus beserta Nafisah serta syihab, Abi Hasan, Umi Habibah, Ummi Fatimah, Fauzan, Naysilah, Arumi, putri dari Fa
Read more

85. Hancur dengan Perlahan

"Tuan, beberapa klien membatalkan kerjasamanya dengan perusahaan kita. Bahkan mereka menarik kembali dana yang sudah mereka investasikan kepada perusahaan kita." Baru juga duduk di kursi kebesarannya, tapi Hamdan sudah disuguhkan dengan kabar tak sedap yang disampaikan oleh Ardi, sekertarisnya. Hamdan menerima tablet dari Ardi dan mengecek siapa saja kliennya yang memutuskan kerja sama. Setelah memeriksa, Hamdan kembali menyerahkan tablet itu kepada Ardi seraya membuang napas kasar. "Apa kamu ada solusi akan hal ini? Kamu sudah tahu penyebab semua itu terjadi?" "Untuk solusi saya belum ada, Tuan. Kalau penyebabnya saya tahu, menurut mereka karena Tuan tidak konsisten dalam bekerja. Beberapa kali Tuan tidak menghadiri rapat penting yang harus anda sendiri hadiri. Itu yang membuat mereka membatalkan kerjasama ini, mereka merasa direndahkan dan dipermainkan oleh Anda. Meskipun saya sudah menjelaskan, tapi mereka menolak untuk mengerti. Maafkan saya, Tuan." Lagi, Hamdan menghela napa
Read more

86. Hati Yang Gundah

"Bagaimana aku mau menyusul Najma ke Malang, kalau kondisi perusahaanku seperti ini?" 'Pyaaarrrrr' "Apa? Mau menyusul Najma?" Suara benda pecah di lantai diiringi suara teriakan wanita membuat Hamdan yang semula duduk di kursi di ruang kerjanya dengan menghadap ke jendela sontak terkejut. Hamdan gegas membalikkan badannya dan mendapati Salwa berdiri di ambang pintu dengan wajah yang merah padam karena amarah. Lalu, Hamdan mengalihkan pandangannya ke lantai, dan mendapati sebuah cangkir dan lepek sudah pecah tak berbentuk dengan cairan kopi mengenangi pecahan tersebut. "Kamu berniat menyusul Najma ke Malang? Kamu lupa kalau kamu sudah bercerai darinya?" Lagi, Salwa berteriak meluapkan kemarahannya. Salwa yang hendak mengantarkan kopi untuk Hamdan setelah lelaki itu baru pulang kerja, justru mendengar kata yang sangat menyakitinya. Suaminya berniat menemui mantap madunya. "Ya, apa ada yang salah?" jawab Hamdan dengan santai. "Ya jelas salah dong, Mas! Istri kamu itu aku. Dia suda
Read more

87. Berangkat ke Malang

"Kapan kita akan berangkat ke Malang?" Tanya Mamanya Risfan dengan tak sabaran setelah meletakkan tiga cangkir kopi untuk anak, suami serta dirinya. Sudah menjadi kebiasaan di dalam keluarga Risfan, setiap selesai makan malam mereka akan berkumpul bersama membagi cerita keseharian mereka. Kadang di ruang tengah, taman belakang, teras, ataupun di gazebo yang ada di samping kanan rumah mereka. Semenjak mendengar putranya sudah membuka hati dan menambatkan pilihan hatinya pada sosok Najma, wanita paruh baya itu sering kali mendesak sang putra untuk segera melamar putri kyai tersebut. Ia sudah tak sabar membayangkan akan kembali memiliki seorang menantu yang bisa diajaknya masak, belanja, serta perawatan bersama. Di tambah sang cucu akan mendapatkan ibu sambung yang sangat cocok membuat wanita yang sudah melahirkan Risfan ke dunia itu tak sabar untuk segera meminang Najma menjadi menantunya.Riasfan yang sedang mengecek email masuk di ponselnya seketika menghentikan aktivitasnya, kemudi
Read more

88. Dua Lelaki yang Mengejar Sang Bidadari

Hamdan kini tak sabar untuk segera sampai di kediaman Najma. Hatinya sangat yakin kalau Najma akan menerima dirinya kembali. Berawal dari dirinya yang mengirim pesan kepada Najma untuk menanyakan kabar Najma dan Bilal, hingga pada suatu ketika Hamdan kembali membahas rasa sakit yang pernah di torehkan oleh dirinya kepada Najma disertai permintaan, dan dari situlah ketika Najma mengatakan bahwa wanita itu sudah memaafkan Hamdan dan meminta untuk tidak membahas masa lalu lagi karena Najma sudah ikhlas, membuat Hamdan besar kepala mengartikan maaf yang diberikan Najma, yang mengira bahwa itu pertanda kalau Najma mau kembali padanya.Sekitar satu setengah jam perjalanan melalui jalur udara, kini pesawat yang ditumpangi Hamdan sudah tiba di bandara Abdurrahman Saleh. Kening Hamdan mengkerut saat melihat seseorang yang tak asing juga turun dari pesawat yang sama dengannya."Bukankah itu pengacara Najma kala itu?" Gumamnya sambil terus memperhatikan sosok lelaki yang tengah berdiri bersama k
Read more

89. Kepergian yang Terkasih

Hamdan memasuki area pesantren dengan sedikit tergesa, sebelum masuk ke dalam rumah duka, Hamdan mengatur nafasnya terlebih dahulu. Setelah sekitar satu menit menormalkan nafasnya yang kelelahan akibat berlari, kini perlahan Hamdan melangkahkan kakinya menuju pintu utama kediaman sang kiyai.Pandangannya ia edarkan mencari sosok yang setiap saat berkelana dipikirannya. Di sana di ruang tengah, Hamdan melihat Ummi Habibah yang menangis tergugu sambil di peluk di oleh Abi Hasan di sisi kanannya, kemudian Ummi Fatimah yang ada di sisi kiri sambil mengelus punggung wanita paruh baya yang terlihat sangat rapuh itu. Kemudian Hamdan melihat kedua Abang Najma yang penampilannya tidak kalah kacau dari kedua orang tuanya.Lalu, kemana Najma?Lagi, Hamdan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan, tapi tetap saja Hamdan tak menemukan wanita yang dicarinya. Ia hanya melihat Mbah Yai yang berada di pojok ruangan sedang duduk di sebuah kursi goyang dengan menatap sendu ke arah jenazah yan
Read more

90. Ketakutan Salwa

"Tidak, tak mungkin! Najma pasti hanya pingsan, ya dia hanya pingsan. Aku saja yang terlalu cemas." racaunya meskipun air mata sudah mengalir deras membanjiri kedua pipinya.Abi Hasan dan Ummi Fatimah yang mendengar teriakan Ummi Habibah gegas menyusul ke kamar Najma."Ada apa, Ummi?" Tanya Abi Hasan yang terlihat panik melihat putrinya yang ada dalam dekapan sang istri."Mbak, kenapa dengan Ning Najma?"Suami dan madunya turut duduk di samping ummi Habibah. Bilal sudah tak ada di samping Ummi Habibah karena bocah lelaki itu sedang bermain di pojok kamarnya yang terdapat tumpukan mainan miliknya."Najma hanya pingsan, Abi. Dia tak mungkin meninggalkan Ummi. Dia hanya pingsan, ya dia pingsan!"Kedua orang dewasa di sampingnya mengernyitkan dahi mendengar racauan ummi Habibah. Gegas Abi Hasan memegang tangan sang putri yang menyingkap sedikit mukenanya setelah menyimpan Al-Qur'an yang di pegang Najma ke atas meja yang tak jauh dari tempatnya duduk."Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un!" S
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status