Beranda / Horor / SUAMI GHAIB / Bab 1 - Bab 10

Semua Bab SUAMI GHAIB: Bab 1 - Bab 10

42 Bab

Siapa itu?

Bab 1Aldo menghentikan aktivitasnya dan menghempaskan tubuhnya di samping sang istri. "Sudah ya, Dek. Mas lelah," ucap Aldo dengan napas yang tersengal-sengal.Sinta. Wanita muda yang baru berusia 27 tahun itu menghela napas dengan pasrah. Dengan wajah masam, dirinya menarik selimut bermotif bunga dan menutupi tubuhnya yang polos tanpa sehelai benang."Aku kan belum puas, Mas! Kamu sudah keluar saja!" sungutnya dengan kesal, lalu membalikkan badan memunggungi sang suami."Maafkan Mas, Dek. Waktu 20 menit untuk bercinta itu sudah cukup lama. Coba kamu membaca artikel dan internet tentang hubungan badan. Di sana tertulis bahwa waktu yang normal itu sekitar 5-8 menit," ucap Aldo memberi pengertian dan berusaha membujuk sang istri.Setiap malam sehabis melakukan ritual suami istri, Aldo harus bersusah payah membujuk Sinta agar tidak marah karena belum puas dan tak ingin berhenti.Mereka bukanlah pengantin baru. Aldo dan Sinta sudah berumah tangga selama 11 tahun. Memiliki seorang putra b
Baca selengkapnya

Pergi ke hutan.

Aldo dan Ardi tiba di depan rumah sederhana yang terbuat dari kayu jati."Ini ikannya, Mas," ucap Ardi. Ia pun menyerahkan ikan hasil pancingan dan meraih pancing miliknya. Ardi pun segera melenggang pergi.Rumah Ardi hanya berjarak 200meter dari rumah Aldo. Ardi adalah adik Aldo satu-satunya, Ardi tinggal berdua dengan Abah Wito, sedangkan ibu mereka sudah meninggal 12 tahun silam.Aldo berjalan menuju sumur yang ada di samping rumahnya. Ia pun membersihkan sisik ikan dan membuang kotoran yang ada di perut ikan. "Alhamdulillah selesai juga," gumamnya lirih.Samar-samar Aldo mendengar suara aneh, ia pun menajamkan pendengarannya. Namun, tak begitu jelas itu suara apa. Aldo memilih mengabaikan dan memasukan ikan-ikan tadi ke dalam wadah.Menimba air dan kembali membilas ikan supaya benar-benar bersih. Aldo mengernyitkan dahi kala suara itu muncul kembali. Akan tetapi, Aldo tak ambil pusing."Sudah jam empat lebih. Tanggung kalau tidur, sebentar lagi subuh." gumamnya pelan. Akhirnya Ald
Baca selengkapnya

Kejanggalan.

Hutan di sini masih asri dan banyak binatang buas apabila masuk lebih dalam. Warga di desa curuk ayu biasa pergi ke hutan hanya untuk mencari kayu bakar dan mencari tanaman yang bisa dimakan serta menjerat ayam hutan. Aldo mencari Sinta di hutan yang berada di dekat pohon besar. Di sana, mereka biasa menjerat ayam hutan yang memang banyak hidup di sekitaran kayu besar tersebut.Tak biasanya Sinta ke hutan sendirian, biasanya ia selalu pergi bersama Aldo. Sinta termasuk perempuan penakut, lihat ulat bulu dan memegang ayam pun tak berani."Pak, lihat istriku tidak?" Aldo bertanya pada lelaki tua yang tengah memotong kayu tumbang untuk di jadikan kayu bakar.Lelaki itu berhenti mengayunkan kapak, berdiri tegap dan menoleh ke arah Aldo. "Tadi lewat sini, Do! Mungkin di dekat kayu besar sana." Setelah memberitahu kepada Aldo, lelaki itu kembali membungkuk dan mengayunkan kapak itu kembali.Aldo kembali berjalan menyusuri jalan setapak, di sisi kiri dan kanan banyak tumbuhan liar dan juga
Baca selengkapnya

Hitam dan besar.

Kepanikan di sepertiga malam terjadi di rumah kayu itu. Aldo terus memanjatkan doa, sedangkan Sinta turut menenangkan putrinya yang tak hentinya meracau dan kejang-kejang.Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya Sheila berhasil di tenangkan. Namun, suhu badannya meningkat drastis. "Dek, ambilkan kompres sama air." titah Aldo kepada Sinta.Sheila segera di kompres karena badannya begitu panas sampai membuat dirinya menggigil. Aldo dibantu sang istri segera membuka baju yang dikenakan bocah perempuan itu dan diganti dengan pakaian tipis.Aldo perlahan berdiri dengan Sheila yang masih berada digendongannya. Aldo berniat menidurkan sang anak di ranjang miliknya. Baru beberapa langkah masuk, Sheila memejamkan mata dan kembali memekik histeris."Sheila tidak mau tidur di sini!" Bocah perempuan itu kembali mengeratkan pelukan.Aldo mencoba membujuk. "Di kamar Sheila kan ranjangnya kecil, tidur di sini sama Bapak, ya?"Sheila terus saja menggelengkan kepala dengan kuat. Aldo menghembuskan na
Baca selengkapnya

Kenapa kamu pulang, Mas?

"Aku takut," ucap Sheila sangat lirih.Ardi mencoba mencerna kembali ucapan gadis kecil di hadapannya ini. "Mungkin Sheila mengigau. Sudah jangan dipikirkan. Sekarang istirahat dan tidur ya? Om temani di sini."Sheila mengangguk dan memejamkan mata. Usapan lembut Ardi berikan agar Sheila cepat terlelap. Ardi memilih tak menanggapi ucapan Sheila, dia pikir semua itu hanya halusinasinya saja.******Beberapa minggu pun berlalu, Aldo bingung karena tak ada uang sama sekali. Sedangkan kebutuhan rumah tangga harus dipenuhi. Tidak ada pekerjaan di ladang sebab tengah musim kemarau. Mencari ikan untuk lauk makan pun hanya dapat sedikit karena air sungai mulai surut.Kalau hanya untuk makan sehari-hari, mereka bisa mengambil sayur mayur di kebun. Hanya saja, untuk membeli beras, kebutuhan sekolah anak, kebutuhan istri, listrik dan kebutuhan lainnya membutuhkan uang.Aldo masih termenung memikirkan tawaran suaminya Mak Siti beberapa hari yang lalu. Kata suami Mak Siti, kerja kuli bangunan di
Baca selengkapnya

Sudah pergi?

Sinta mencium bau hangus, seperti bau ubi yang di masukan ke dalam arang dan dibiarkan menghitam. Kira-kira seperti itulah bau tubuh suami Sinta saat ini.Sinta yang tadinya bergelayut manja di lengan kekar Aldo, seketika menjauhkan kepalanya. Mengendus bau tak sedap yang keluar dari tubuh sang suami.Braaakkk !!!Sinta tersentak dan memegangi dadanya. Ia pun segera menoleh ke samping, tatkala pintu yang terbuat dari kayu jati putih itu tiba-tiba tertutup sendiri dan menimbulkan suara yang cukup nyaring."Astaghfirullah. Apa itu, Mas?" pekik Sinta. Wanita itu pun beranjak dari duduknya dan segera berjalan menuju pintu yang memang belum sempat ia tutup. Dirinya lantas segera mengunci pintu tersebut."Hanya angin." Aldo bangkit, berjalan gontai menuju kamar.Wanita itu segera menyusul sang suami ke dalam kamar. Saat dirinya tiba di ambang pintu, ia melihat Aldo yang sudah terbaring terlentang. Baju kemeja kotak-kotak yang Aldo kenakan pun sudah terlepas dari tubuhnya.Sinta berjalan men
Baca selengkapnya

Lidah yang panjang.

Pukul 19.00"Bu, kata para tetangga, rumah kita ada hantunya ya?" tanya Rafa, mimik wajah bocah itu nampak bergidik ngeri.Saat ini Sinta tengah berada di teras rumah mertuanya untuk membujuk kedua anaknya yang tidak mau pulang ke rumah."Sheila mau menginap di rumah kakek, tidak mau tidur di rumah sebelum ayah pulang dari kota," sahut bocah perempuan berusia 7 tahun itu.Sinta menghela napas mendengar penuturan anak-anaknya tersebut. "Sssttt ... tidak boleh bicara seperti itu. Walau bagaimana pun, itu rumah kita, tempat tinggal kita. Rafa dan Sheila tidak usah mendengarkan apa kata orang. Apa selama ini ada yang aneh di rumah?" tanya Sinta.Kedua bocah itu sama-sama menggelengkan kepala seraya menatap ibunya."Nah, tidak ada bukan? Buktinya selama ini rumah kita adem ayem dan tidak terjadi apa-apa. Dan satu lagi, ayah semalam pulang loh! Tetapi, pagi tadi sudah berangkat lagi." Sontak ucapan Sinta berhasil membuat kedua anaknya tercengang."Benarkah, Bu? Padahal kemaren sore kami dan
Baca selengkapnya

Kesurupan.

"Lepas! TOLONG!" Teriakan Sinta hanya tertahan di tenggorokan. Sekuat apapun perempuan itu berteriak, yang keluar hanyalah angin dan mulutnya yang nampak bergerak-gerak."Tolooonnggg ...!" Lagi-lagi suara itu tak dapat keluar. Teriakan dan jeritan Sinta tertahan, seperti ada sesuatu yang menghalangi. Ia terus berusaha, akan tetapi tak mampu mendobrak penghalang tersebut.Tangan Aldo yang kekar berubah menjadi lebih besar, hitam dan berbulu. Kukunya panjang dan berserabut seperti akar pohon. Lidah panjangnya masih menjulur dan menjilati darah yang berserakan di atas selimut.Aldo mendongak dan melihat Sinta dengan tatapan tajam. Sontak hal tersebut membuat wanita itu kembali merasakan ketakutan yang luar biasa. Sinta terus bergerak mundur saat tangan besar itu sudah melepaskan kakinya dan beralih meraih kain yang penuh dengan darah.Saat Sinta berhasil menjauh, tangan itu kembali terulur dan berhasil mencengkeram pergelangan kakinya. Bahkan semakin erat karena ada kuku-kuku yang berser
Baca selengkapnya

Tersesat.

Tangan lelaki itu mulai kelelahan karena lamanya menarik pedal gas. "Perasaan matahari hendak terbit. Kenapa sekarang menjadi gelap lagi? Apa mungkin mau turun hujan?" Ardi bergumam pelan. Motornya pun masih melaju dengan kecepatan sedang.Tiba-tiba saja angin berhembus dengan kencang membuat rambutnya yang sedikit panjang di bagian depan ikut berkibar. Lelaki itu sampai menggigil karena kencangnya angin, sekujur tubuhnya pun mulai merasakan ada titik-titik air yang berjatuhan dari langit. Awalnya hanya rintik-rintik, lama kelamaan hujan turun semakin lebat sehingga membuat sekujur tubuh lelaki itu basah. Ardi memutuskan menepi dan berhenti di bawah pohon mahoni karena hujan tak kunjung reda. Ardi melirik pohon yang berada di belakangnya ini. Ia nampak heran sebab pepohonan yang berada di sekitarnya sudah gersang serta daunnya pun banyak yang berguguran. Hanya pohon besar ini satu-satunya yang masih rimbun dan daunnya pun masih hijau.Ardi meraih ponsel yang berada di dalam saku cela
Baca selengkapnya

Kondisi mengenaskan.

Pak Sholeh memutuskan menyuruh anak lelakinya untuk mendatangi seorang Ustadz yang tinggal di kampung ujung."Sepertinya Pak Ustadz di kampung sebelah tidak ada. Maka dari itu Ardi lama, Pak Wito," ujar Pak Sholeh."Mungkin saja Ardi mencari orang ahli agama yang lainnya." Sambung salah seorang bapak-bapak yang tengah memegang tangan Sinta.Wanita itu kini sudah jauh lebih tenang, tidak berteriak-teriak seperti sebelumnya. Hanya saja, Sinta sesekali masih menendang dan jika di lepas akan melukai dirinya sendiri."Seharusnya Ardi akan langsung ke Ustadz yang di kampung ujung. Anak itu juga kenal dengannya," sahut Pak Wito, yang tak lain adalah bapaknya Ardi dan juga Aldo."Lalu ke mana perginya Ardi? Hampir satu jam dia belum tiba juga," pungkas lelaki paruh baya itu, suaranya pun terdengar khawatir."Kita berpikir positif saja Pak. Bisa jadi Ardi kehabisan bensin atau bannya bocor."Beberapa menit kemudian terdengar suara deru motor. Anak lelaki Pak Sholeh sudah tiba bersama seorang U
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status