Beranda / Horor / SUAMI GHAIB / Bab 31 - Bab 40

Semua Bab SUAMI GHAIB: Bab 31 - Bab 40

42 Bab

Jangan ikut campur!

Ardi dan Sinta duduk saling berseberangan. Mulut Sinta tertutup rapat dengan sorot mata yang sulit dimengerti. Entah dirinya mendengarkan semua nasihat sang adik ipar atau justru sebaliknya."Ayo kita berangkat sekarang, Mbak," Ardi berbicara lembut. Tak ada kata kasar atau pun menghakimi. Lelaki itu tau jika pikiran Sinta melayang dan tentunya sudah di kuasai oleh mahluk itu dan matanya tertutup oleh hawa nafsu.Sinta menelan ludah. Wanita itu lantas mengalihkan pandangan dan menatap pintu yang masih terbuka. Suasana di luar sana sangat sepi sebab para tetangga banyak yang bekerja serta sibuk dengan pekerjaan di rumah masing-masing."Sebaiknya kamu pulang saja dan lupakan semua yang kamu dengar dan lihat malam tadi," ucap Sinta dengan suara pelan. Tak ada ekspresi apapun di wajahnya. Datar, sedatar nada bicaranya. Matanya pun tak berkedip menatap luar sana.Ardi terkejut dengan apa yang Sinta lontarkan. Bagaimana mungkin kakak iparnya itu menyuruhnya untuk melupakan semuanya? Apakah
Baca selengkapnya

Terasa panas!

"Assalamualaikum." Terdengar suara lelaki yang sedari tadi ia tunggu.Ardi menghembuskan napas dengan lega. Sedikit terlintas di benaknya kalau-kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dengan sang kakak."Wa'laikumsalam. Mas dari mana saja? Kenapa telepon ku dari pagi tidak di angkat?" Rasa cemas itu akhirnya hilang."Oalah, maaf. Ponselnya aku tinggal di kamar. Ini Mas baru saja pulang lembur," terang Aldo."Memangnya kenapa? Apa bapak sakit? Tumben telepon sampai puluhan kali," sambungnya.Ardi terdiam cukup lama. Dirinya bingung harus memulainya dari mana. Hingga suara Aldo kembali terdengar dan membuat Ardi seketika tersadar dari lamunannya."Di, kenapa diam saja? Memangnya ada apa? Jangan membuat Mas khawatir.""Emm ... itu Mas. Anu ... anu ..." Mendadak suara Ardi menjadi gagap. Rasanya sulit sekali untuk menjelaskan."Anu-anu. Anu apa?" Aldo terdengar tak sabar.Ardi menarik napas panjang dan menghembuskan lewat mulut secara perlahan. Akhirnya lelaki itu menceritakan semua y
Baca selengkapnya

Pergi meninggalkan dunianya.

Aldo sangat heran mengapa pintu rumah tidak terkunci, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 23.20Lelaki itu lantas berjalan masuk dan kembali menutup pintu. Ia meletakkan tas ranselnya di kursi yang berada di dekat tivi. Tubuh Aldo rasanya sangat lelah. Namun, ia sama sekali mengabaikan semua rasa penat setelah seharian kerja lembur di proyek.Aldo berjalan melewati kamar dan menuju dapur. Lelaki yang memiliki bewok tipis itu segera mencuci kaki dan membasuh seluruh wajahnya.Aldo menuju meja makan dan meraih air minum lalu meneguknya hingga tandas untuk membasahi kerongkongannya yang kering. Sebenarnya lelaki itu juga merasakan perutnya yang perih karena sama sekali belum makan. Namun, sekali lagi ia tak memperdulikannya dan bergegas menghampiri sang istri yang sedari tadi tak menyahut panggilannya."Dek ..." panggil Aldo dengan suara pelan.Lelaki itu membuka pintu kamar. Kosong, tak ada Sinta di sini. Aldo mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar."Dek ... Sinta!?" Aldo sedikit b
Baca selengkapnya

Berita tersebar.

"Jangan-jangan kamu dan kakakmu juga anaknya genderuwo.""Iya. Serem.""Jadi merinding begini dekat dengan Sheila.""Ngeri, anaknya setan ternyata ...""Jangan dekat-dekat sama Sheila. Kata emakku, bisa-bisa kita juga di culik sama genderuwo itu. Apalagi kalian yang perempuan.""Ihhh ... Takut ...""Kamu pindah ke belakang sana, Sheila. Aku takut kalau duduk sebangku dengan mu lagi. Bisa-bisa aku di culik.""Sheila anak setan ... Sheila anak setan ... " Beberapa temannya menyoraki dan bertepuk tangan."Huuu ... Sheila anak genderuwo."Semua perkataan dari beberapa teman-temannya membuat telinga gadis kecil itu terasa panas. Dalam hati ia bertanya-tanya, apa iya semua yang dikatakan itu benar?Sheila terus menunduk dan tak kuasa mengangkat kepala. Air matanya seolah berlomba ingin keluar. Namun, Sheila sekuat tenaga menahannya hingga jam pelajaran di mulai.Sheila tak berani keluar kelas karena teman-temannya pasti akan memojokkan dirinya. Gadis kecil itu menyibukkan diri dengan mencor
Baca selengkapnya

Bapak ...!!

Suara genteng yang beradu dengan batu kerikil menimbulkan suara yang nyaring. Bahkan beberapa batu itu berukuran cukup besar sehingga beberapa genteng pecah dan terjatuh mengenai lantai rumah."Ayo kita keluar." Ardi melindungi Rafa, sedangkan Aldo memeluk putrinya agar tak terkena pecahan genteng. Mereka berempat berjalan cepat menuju pintu. Suara keributan di luar sana semakin terdengar jelas.Setelah mereka berhasil keluar, Ardi memegangi kedua bocah itu yang kini semakin ketakutan. Membawa mereka menyingkir ke tempat yang lebih aman. Sedang Aldo segera menghampiri beberapa warga yang tiba-tiba melempari rumahnya dengan batu."Tolong bapak-bapak dan ibu-ibu berhenti!" Tak hanya Aldo yang menghentikan. Tetapi beberapa tetangga Aldo pun sedari tadi sudah mencegah perbuatan itu."Kami tidak mau ikut sial karena perbuatan keluargamu!" Teriak salah seorang warga yang kontra dengan masalah yang menimpa keluarga Aldo.Namun, tak sedikit pula tetangganya yang justru peduli dan kasian deng
Baca selengkapnya

Terbujur kaku.

"Aduh ..." Pak Wito hampir saja terjatuh karena kakinya tersandung batu. Lelaki itu masih terus berjalan di tengah gelapnya malam mengikuti bayangan tubuh Aldo yang terus berjalan menuju sumur. Hanya ada penerangan lampu dari teras depan rumah, sedangkan di teras bagian samping rumah sampai ke belakang tak ada lampu sama sekali."Tungguin Bapak, Do," Pak Wito mempercepat langkahnya walau dirinya agak kewalahan. Saat dirinya sudah berada di dekat Aldo, tangan yang sudah keriput itu meraih tangan Aldo yang berhenti menunggu dirinya. Ya, Pak Wito takut terjatuh atau pun terpeleset."Tangan mu dingin sekali. Lagian, ke hutan tengah malam, mana gak pakai jaket pula," Pak Wito ikut melangkahkan kakinya saat sang anak berjalan pelan."Sinta di mana, Do?" Pak Wito memindai sekitar.Gelap. Sunyi. Hanya ada suara binatang malam serta suara angin yang berhembus membuat ranting-ranting kayu bergesekan. Mereka berdua sudah sampai di sumur. Aldo terus mengajak Pak Wito untuk berdiri mendekat. N
Baca selengkapnya

Tergeletak lemas.

Kabut asap, bau hangus, bangkai, belatung serta darah menjadi hal biasa di dunia alam ghaib inj. Gelap, pengap, anyir menjadi satu.Seorang Wanita dengan perut yang besar, rambutnya berantakan serta gigi-giginya yang mulai menghitam. Di dampingi sesosok mahluk hitam, besar berbulu yang menyeramkan. Matanya pun merah menyala dengan gigi tajam serta kuku yang runcing. Kakinya berserabut bak akar pohon beringin yang menjuntai ke tanah.Pemandangan yang sangat menakutkan. Namun, di mata wanita itu, semuanya indah. Ia merasa tubuhnya yang kini memiliki perut buncit, bertambah cantik dan menawan. Begitupun dengan lelaki yang berada di sampingnya. Di mata Sinta, Virgon amatlah tampan serta singgasana yang luar biasa megah."Kamu mau makan lagi, sayang?" Virgon bertanya lembut. Tangannya masih setia bertengger di bahu Sinta. Senantiasa memeluk wanita itu setiap saat. Tak sedikit pun melepasnya."Aku sudah kenyang, Mas."Sinta selalu di suguhi makanan-makanan menjijikan dan kepuasan setiap saa
Baca selengkapnya

Bergerak liar.

Aldo mengendong tubuh Sinta yang lemas tak berdaya. Sungguh, keadaan wanita itu saat ini sangat kacau. Aroma busuk menyengat membuat Aldo sesekali menahan napas saat bau itu menusuk indera penciumannya."Pelan-pelan Mas Aldo," ucap Pak Ustadz mengingatkan. Lelaki yang memakai baju putih, celana berwarna hitam dan kopyah yang bertengger di kepalanya itu berjalan di depan Aldo sembari menyingkap ranting-ranting kering yang menghalangi jalan."Iya Pak Ustadz," jawab Aldo pelan. Napasnya terasa sesak menahan berat badan Sinta.Aldo berhenti sejenak dan membenarkan posisi sang istri lalu kembali melanjutkan perjalanan mengikuti Pak Ustadz.Aldo memperhatikan jalan setapak dan di depan sana sudah nampak cahaya yang terang. Terus menyusuri jalan hingga mereka berhasil keluar dari dalam hutan."Masih kuat Mas Aldo?" Pak Ustadz menghentikan langkah kakinya. Ia pun mengajak Aldo untuk istirahat sejenak. Aldo menurut dan menidurkan Sinta di sebuah gubuk di tengah ladang.Aldo ngos-ngosan, tubuh
Baca selengkapnya

Gangguan.

Aldo berjalan cepat, menghampiri ranjang yang berada di sisi kiri. Anak perempuannya masih memejamkan mata. Namun, gerakan liar tangan dan kakinya tak berhenti membuat ranjang itu bergeser sedikit demi sedikit. Tubuh Aldo menahan sisi ranjang dan tangannya memegang tubuh putrinya agar tak terjatuh. "Sheila, bangun," ucap Aldo pelan. Satu tangannya menepuk pelan pipi yang terasa dingin itu. Padahal suhu ruangan di sini sangat panas dan pengap.Kreeettt ... Kreeett ... Kreeettt ...Ranjang masih bergoyang, menimbulkan suara decitan dari kaki ranjang besi yang bergesekan dengan lantai. Nyaring, membuat Ardi yang terbaring di kursi terusik dari tidurnya."Ada apa, Mas?" Ardi bersuara serak, mengucek mata yang terasa masih mengantuk. Lalu berjalan menghampiri Aldo."Sheila kenapa?" tanyanya lagi. Tanpa di suruh tangannya ikut memegangi kaki Sheila."Gak tau, Di. Mas sudah mencoba membangunkan, tetapi Sheila tak kunjung membuka matanya." Aldo panik. Air mukanya berubah cemas takut terjadi
Baca selengkapnya

Panas Bu!

Waktu silih berganti. Tak terasa sudah satu bulan lamanya. Awalnya tak ada kejadian yang janggal setelah peristiwa itu. Aldo dan keluarganya menjalani hidup tentram tanpa gangguan.Namun, siapa sangka ternyata semua masih berlanjut. Setelah memasuki minggu pertama, keluarga Aldo sakit secara bergantian.Mereka pikir itu hal yang wajar dan sebuah kebetulan, sebab musim berganti serta cuaca tidak menentu.Ardi dan Rafa baru saja sembuh, kini giliran Sheila mengalami gatal yang luar biasa. Sedangkan Aldo batuk parah hingga mengeluarkan cairan kental berwarna hitam pekat dan bau yang begitu menyeruak di indra penciuman.Uhuuk … uhuuuk ….Aldo yang tengah terbaring di ranjang terbatuk lagi. Wajahnya nampak pucat serta bibir mengering. Sinta meraih segelas air dan membantu sang suami untuk minum."Gimana keadaan Sheila, Dek?"Sinta kembali menaruh gelas ke atas nakas, dan kembali menatap sang suami. "Alhamdulillah dia sudah bisa tidur, Mas."Aldo tak berani untuk sekedar mendekati kedua an
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status