All Chapters of Putra Hartawan dari Rahim Perawan: Chapter 151 - Chapter 160

185 Chapters

Bab 45

Setelah mengetahui kalau Mentari merupakan adik kandung dari bintang anak bungsu dari pasangan Fathan dan Aina, Revan semakin gencar mendekati Mentari. Dia tak lagi berkata kasar kepada Mentari dan selalu memberikan perhatian-perhatian kecil kepada gadis itu.Bahkan dia tak pernah mendapat lagi atas keinginan Mentari yang selalu ingin jalan sendiri ketika mendampinginya dalam pertemuan dengan klien. Revan juga semakin sering mempelajari dan mendalami agama Islam hingga dia tahu tentang prinsip hidup yang dipegang teguh oleh Mentari.Bahkan tanpa seorang pun tahu Revan telah menjadi seorang mualaf atas dukungan nenek. Pria itu terlihat semakin berkarisma ketika tak lagi bersikap dingin seperti biasanya.Siang ini Mentari telah menyelesaikan tugasnya yang pertama. Untuk sekretaris baru yang sudah terpilih baru mulai masuk hari senin. Sehingga Mentari harus menjalankan tugasnya sendiri dulu. Mentari mengetuk pintu ruang CEO untuk menyerahkan berkas yang harus ditandatangani oleh Revan. N
last updateLast Updated : 2023-11-09
Read more

Bab 46

Mentari membolak-balikan badannya dengan gelisah. Sudah dua jam dia berada di atas pembaringan tapi kedua matanya masih belum bisa terpejam. Kini tatapannya lurus ke atas, menatap langit-langit kamarnya yang berwarna biru langit. Ucapan Revan bagai anak panah yang melesat dan menembus jantung Mentari, hingga menciptakan debaran tak biasa di dalam dadanya. "Apa sih yang dia inginkan sebenarnya?" gumam Mentari. Karena tak kunjung mendapat jawaban atas pertanyaan yang terus menjajah otaknya, Mentari menelungkup kan badan lalu menutup kepalanya dengan bantal. Dulu, Mentari bisa bersikap cuek dan tegas pada sang atasan. Namun kenapa setelah melihatnya menjalankan shalat tadi, mendadak ia meragukan kemampuannya untuk bertahan dari godaan iman. Friend itu terlihat lebih mempesona dan memiliki daya tarik yang luar biasa saat menjalankan salat. Mentari tidak yakin dia bisa bertahan dengan keteguhan hatinya jika sikap Revan mendadak menjadi selembut dan semanis itu.Berulang kali Mentari mem
last updateLast Updated : 2023-11-11
Read more

Bab 47

"Kamu sudah datang?" Mentari tersenyum pada wanita yang akan menjadi partner kerjanya. "Selamat pagi, Bu, Mister!" sapanya sopan. Wanita berkaca mata itu menyapa ramah pada Mentari dan Revan. "Pagi!" jawab Revan dan Mentari serempak. "Mentari, kamu tunjukkan tugasnya setelah itu bersiaplah! Kita harus meninjau lokasi untuk proyek baru kita!" ucap Revan sebelum masuk ke ruangannya. "Baik, Mister!" Mentari mengangguk lalu menarik kursi kerjanya dan duduk di sana."Mbak Widi pelajari ini, ya? Kalau ada yang tidak paham silahkan tanyakan mumpung aku belum berangkat!" Mentari menyerahkan satu bendel berkas kepada Widi, sekretaris baru yang resmi bekerja mulai hari ini. "Baik, Bu." Widi mengangguk sopan. Mentari terkekeh mendengar sapaan Widi yang terlalu hormat padanya. Sungguh Mentari tidak suka diperlakukan seperti ini. Karena baginya, Widi dan dirinya memiliki status yang sama. Sama-sama pegawai yang digaji untuk membantu Revan. Jadi tidak perlu dia dipanggil dengan sebutan "Bu".
last updateLast Updated : 2023-11-12
Read more

Bab 48

Mentari melirik bosnya melalui kaca spion. Ternyata tatapan mereka bertemu dan bisa mencari lihat kalau lelaki itu Tengah tersenyum padanya. Dalam hati Mentari terus berpikir kenapa semakin lama bosnya semakin aneh. Bahkan sikap meyakini semakin menunjukkan ketertarikan kepadanya dan itu membuat Mentari merasa risih."Maaf Mister seumur hidup saya belum pernah merayakan acara ulang tahun." Mentari berkata dengan nada datar tapi apa yang dikatakannya itu membuat Revan langsung menegakkan punggungnya.Mana mungkin seorang berasal dari keluarga yang kaya raya tidak pernah merayakan hari ulang tahunnya. Terlebih Mentari tergolong masih sangat muda rasanya sangat tidak mungkin jika dia tidak menginginkan pesta ulang tahun seperti yang lainnya."Sekalipun belum pernah dirayakan?" tanya Revan. Sebenarnya tak hanya Revan yang kaget mendengar pernyataan Mentari. Karena Karin pun juga bertanya-tanya kenapa Mentari tidak pernah merayakan ulang tahunnya."Tidak, Mister. Karena dalam keluarga kam
last updateLast Updated : 2023-11-13
Read more

Bab 49

"Memangnya Mister perempuan minta libur?" ujar Mentari setelah mampu mengendalikan dirinya."Kenapa cuma perempuan yang boleh libur? Emang apa bedanya?" Revan semakin tak paham dengan apa yang sedang mereka bicarakan. "Karena yang bisa hamil dan melahirkan hanya perempuan, Mister!" Kali ini Karin yang menjawab. Mendadak wajah Revan pucat mendengar kata keramat tersebut. Kedua matanya melotot tajam dan menyeret langsung pada Mentari."Jadi kamu sekarang sedang hamil?" ucapnya syok.***"Astaghfirullahaladzim, Mister kenapa Anda Susan sama saya? Jelek-jelek gini Saya masih punya harga diri Mister. Saya juga tidak akan menjual iman saya. Jadi jangan menyimpulkan sebelum tahu faktanya," ujar Mentari sewot.Revan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sungguh dia tak bermaksud menuduh Mentari sebagai wanita murahan. Dia hanya syok ketika Mentari mengatakan soal libur dan disangkutkan dengan kehamilan. Otak cerdas Revan langsung terhubung ke sana. "Bu-bukan seperti itu maksud saya. Maka
last updateLast Updated : 2023-11-14
Read more

Bab 50

Selama ini dia terlalu menikmati peran sebagai "teman" Mentari sampai lupa dengan tugas dan statusnya. Ketika mereka bertiga sudah memasuki ruang privat, Revan memilih duduk menyendiri di pojok dan membiarkan Mentari duduk berdua dengan Karin. Pria itu cukup tahu diri dengan tidak memaksa Mentari untuk duduk satu meja dengannya. Tak masalah, dia justru semakin leluasa memandangi Mentari dari tempatnya duduk tanpa takut ketahuan. Entah sejak kapan pria itu semakin tergila-gila pada Mentari. Setiap saat ingin melihatnya meski hanya dari jauh. Intinya ia ingin Mentari selalu berada pada zona yang dapat ia jangkau. "Non, sadar nggak sih kalo Mister selalu menoleh ke sini? Kayaknya melihat Non Mentari terus, deh!" "Hus, jangan ngarang kamu!" protes Mentari. Namun diam-diam Mentari mencuri pandang ke arah Revan untuk memastikan ucapan Karin barusan salah. Deg!*** Ternyata apa yang diucapkan oleh Karin benar adanya. Revan tengah menatap Mentari dengan tatapan yang sulit diartikan. S
last updateLast Updated : 2023-11-15
Read more

Bab 51

"Tari, nanti pulangnya biar saya antar. Sekalian saya mau bertemu dengan keluargamu!" ucap Revan membuat Mentari langsung menoleh.Sementara Karin melirik Mentari yang terlihat shock sembari mengulum senyum. "Bu-buat apa bertemu dengan keluarga saya, Mister?" tanya Mentari gugup."Ada hal penting yang mau saya bicarakan!" Revan kembali fokus pada ponselnya agar tidak dicecar pertanyaan oleh Mentari. Butuh pemikiran dan pertimbangan yang matang bagi Revan untuk memikirkan hal ini. Bagi pria yang sangat menjaga harga diri sepertinya, bukan hal yang mudah memutuskan untuk bertemu dengan orang tua gadis karena pasti nantinakam dicecar pertanyaan olehnya. "U-untuk apa, Mister?" "Ada hal penting. Nanti kamu juga tahu."Degup jantung Mentari langsung terasa sangat menyakitkan. Debaran-debaran itu terasa sangat keras hingga hampir mengoyak dadanya. "Mister mau melamar Non Mentari. Iya kan, Mister?" celetuk Karin. ***Mentari seperti orang linglung sejak turun dari mobil. Semua pembicara
last updateLast Updated : 2023-11-16
Read more

Bab 52

"Kamu ngapain, Dek keluar aja! Mister sudah nggak ada di sini," ucap Widi setengah berteriak. Sepertinya perempuan itu sengaja mengeraskan suaranya agar sang atasan mendengar lalu kembali keluar untuk melihat tingkah mentari yang malu-malu kucing. "Ish, apaan sih, Mbak!" ujar Mentari dengan bibir mengerucut. Widi tak sanggup lagi menahan tawa yang sejak tadi ingin meledak. Akhirnya pecah sudah derai tawa dari mulut Widi. Tak peduli dengan tatapan tajam yang dilayangkan Mentari padanya karena bagi Widi hal itu justru terlihat semakin lucu di matanya.***Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Jam pulang memang menjadi sesuatu yang sangat dinanti oleh semua karyawan terlebih bagi mereka yang tidak ada jadwal lembur. Seperti hari ini Mentari bisa pulang lebih awal karena pekerjaannya selesai lebih cepat. Kehadiran Widi memang benar-benar membantu meringankan semua pekerjaan Mentari sehingga dia tak harus lembur setiap malam untuk mengikuti kemauan bosnya. Justru akhir-akhir ini bo
last updateLast Updated : 2023-11-17
Read more

Bab 53

"CK, tetap saja kamu berbohong, Mentari!" protes Dewi. "Kamu bilang ini antara hidup dan mati. Macam mau perang saja kita!" Mentari mengulum senyum. Ada setitik rasa bersalah telah memanfaatkan mereka demi untuk menghindari Revan. Tapi mau bagaimana lagi, Mentari tak bisa atau lebih tepatnya tak berani pulang karena takut dengan kedatangan Revan ke rumahnya. Entah apapun yang akan dibicarakan pria itu dengan keluarganya, Mentari tetap harus waspada."Emangnya kita nggak jadi makan bakso?" tanya Mentari pura-pura terkejut."Jadi!" jawab mereka kompak."Nah, berarti aku nggak bohong. Makan itu 'kan soal perut. Kaitannya antara hidup dan mati, kan? Soalnya kalau orang nggak makan pasti mati," jawab Mentari sambil nyengir. Rame-rame teman-teman Mentari mencubit dirinya. Ada yang mengenai lengan, punggung, pundak dan ada pula yang sengaja mencubit pipinya."Astaghfirullah, kalian kejam sekali sih? Ini namanya penganiayaan! Kalian mainnya keroyokan!" protes Mentari mencibir. ***Pukul 05.
last updateLast Updated : 2023-11-18
Read more

Bab 54

"Mentari, papa rasa bosmu itu mulai aneh deh!" ujar Fatan. Saat ini mereka sedang makan malam bersama di ruang makan. Mentari yang semula menunduk tiba-tiba mendongak mendengar suara papanya. Gerakan mengunyah juga terhenti karena mendadak perasaannya menjadi tak nyaman. Pasti papanya akan membahas soal kedatangan Revan tadi sore."Ma-maksudnya aneh gimana, Pa?" tanya Mentari tanpa berani menatap wajah pria yang menjadi cinta pertamanya itu. "Papa merasa dia sedang berusaha untuk mendekatimu." Uhuk! Uhuk! Wajah Mentari memerah karena tiba-tiba tersedak. Hidungnya terasa sangat perih karena ada makanan yang ikut masuk ke hidung. "Kalau makan hati-hati, Sayang!" Aina, mama Mentari menyodorkan segelas air putih pada putrinya. Mentari menerima gelas itu dan meminum isinya hingga tandas. Namun tetap saja, rasa pedih di hidungnya tak langsung hilang begitu saja. Bintang yang kebetulan duduk di sebelahnya menepuk-nepuk lembut punggung yang adik.Melihat putrinya kaget mendengar ucapann
last updateLast Updated : 2023-11-19
Read more
PREV
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status