**** Sore hari akupun pulang diantar Pak Joko sampai depan rumah, seusai aku mem-facial wajahku agar tidak kucel. apalagi, disini aku harus mengahadapi tetangga yang mulutnya membuat hati dan telinga memanas.Tapi saat aku pulang, aku bertemu lagi dengan segerombolan orang-orang dengan otak kurang se-ons itu sedang berghibah ditempat kerjaanya, dimana lagi kalau bukan didepan rumah Bu Sri.Disitu bagaikan sarang Ibu-Ibu tukang ghibah menumpuk dosa."Duuuh enaknya yang habis merawat diri sama simpenannya!" Terdengar suara Bu Sri menyindirku Diikuti dengan tawa mengejek pengawalnya yang seperti sangat terhibur dengan ulah Bu Sri.Aku hanya menarik nafas panjang dan menghembuskanya kuat-kuat."Kenapa, iri? Lagian tanpa harus memiliki simpanan, suami ku juga mampu kok bayarin, kalau cuman buat merawat kecantikan ku aja.. Beda sama situ yang meskipun diberikan modal perwatan tetep aja jelek, tua, keriput." Ku ucapkan kata-kata itu sesantai mungkin.Agar, mereka terpancing emosi kepadaku.
Baca selengkapnya