Semua Bab DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU: Bab 41 - Bab 50

63 Bab

41. tetangga masa' gitu

Pov Bu Fitri"Pa, ayo berangkat... Nanti kita telat lo!"Kulihat Mas Aldo yang masih nampak santai memainkan hp nya. Padahal aku sudah bersiap dari tadi. Seketika rasa jengkel terhadap Mas Aldo merasuki hati dan jiwaku."Kamu aja yang berangkat Ma, Papa mau kerja.""Mesti deh, tiap kali diajak kontrol gak pernah mau. Katanya pingin punya anak, tapi gak mau usaha. Masa' tiap periksa cuman aku aja yang datang. Dipikirnya aku aja apa yang bermasalah!" Gerutuku bersungut-sungut"Iya iya, orang kok bisanya ngomeeel aja..." Akhirnya dia pun beranjak dari sofa.Begitulah Mas Aldo, setiap kali diajak konsultasi masalah ini, dia selalu saja menolak. Aku sampai jengah jika ingin mengajaknya periksa.Dengan langkah malas dan gontai, Mas Aldo akhirnya menuruti perkataan ku.Dia pun masuk kedalam kamar berganti pakaian dan mengambil kunci mobil. Sedangkan aku menunggunya diruang tamu.Ketika dia keluar, aku pun mengekorinya dan masuk kedalam mobil. Mas Aldo lantas menyalakan mesin mobil, memanaska
Baca selengkapnya

42. kelahiran baby boy

Hari ini tepat hpl ku. Tapi aku belum juga mendapatkan tanda-tanda melahirkan. Kini diriku mulai dilanda rasa gelisah.Bahkan sempat terfikir untuk ku melakukan operasi sesar. Karena takutnya terjadi hal yang tak diinginkan. Takut jika dia keracunan air ketuban, atau pun air ketuban rembes dan habis."Kita periksa lagi yuk Pa. Mama kok ngerasa galau gini." Tukasku."Sabar Ma, kamu cuman terbawa suasana aja. Rileks ya!" Jawab Mas Ferci yang memeluk ku, agar aku merasa sedikit lebih tenang.Tak lupa dia memberikan kecupan sayang dipucuk kepalaku Dua hari berlalu, aku masih belum juga mendapatkan tanda-tanda melahirkan. Aku pun mengajak Mas Ferdi untuk kontrol. Rasa khawatirku begitu besar merasuki jiwa."Pa, pokoknya sekarang kita kontrol. Bawa sekarang tas nya." Ucapku tegas pada Mas ferdi yang akhirnya menuruti keinginan ku.Kita berdua pun berangkat ke rumah sakit sambil membawa perlengkapan yang sudah jauh hari ku persiapkan demi menyambut buah hati tercinta kami.Sambil menunggu n
Baca selengkapnya

43. body shaming

Kelahiran Arshaka membuat hidupku yang berwarna semakin bersinar. Tak henti-hentinya diri ini mengucap syukur yang teramat dalam.Apalagi melihat wajah kakek dan nenek Arshaka yang nampak lebih bahagia ketimbang kami orang tuanya sendiri. Bahkan mereka sampai ikut menitik kan air mata bahagia kala melihat cucu yang telah lama di idam-idamkan lahir kedunia.Bayi mungil itu bergantian digendong oleh mereka. Bahkan tak henti-hentinya mereka memandang Arshaka dengan penuh cinta yang sedang tertidur di boxnya.Ooeeek... Ooeeek..."Duuuuh cucu Oma nangis nih... Kayak nya laper ya. Yuuuk dianter Oma ke Mama yuuk..." Hari ini kebetulan Bunda lah yang menunggu ku.Karena Papi dan Mami harus kekantor karena ada meeting penting bersama Mas Ferdi. "Nih Nduk, susuin dulu anak ganteng nya. Kalau uda biar Bunda yang gendong kamu istirahat aja gih." UcapnyaKuambil bayi ku dari gendongan Bunda, dan mulai menyusuinya. Awalnya memang aku sedikit kesusahan saat ingin menyusuinya. Mungkin karena belum t
Baca selengkapnya

44. penggelapan dana perusahaan

Sudah beberapa bulan ini aku memang tak mengurusi perusahaan. Semua sudah ditangani oleh Papi dan Mas Ferdi.Tapi akhir-akhir ini aku mendengar selentingan yang tak enak dari perusahaan. Bahwa salah satu karyawan ku telah melakukan penggelapan dana. Tapi saat ini aku juga tak tau siapa pelakunyaJika aku bertanya pada Mas Ferdi, dia hanya akan berucap tak usah dipirkan. Seperti kemarin saat mereka akan pergi meeting."Pa, mau kemana sih. Kok kayaknya ada sesuatu yang penting!""Iya Ma, Papa mau kekantor. Ada meeting penting dan mendadak. Tapi kamu tenang aja, Gak usah mikir yang aneh-aneh. Biar Papa dan Papi yang nyelesain masalah ini." Terangnya."Masalah, masalah apa Pa?"Aku jadi makin penasaran, apalagi Mas Ferdi tak mau jujur."Pa, jawab dong. Aku jadi penasaran nih!""Bentar ya Ma, Papa mau berangkat dulu ke kantor. Takut kejebak macet." Mas Ferdi buru-buru pergi, tapi tak lupa juga mengecup kening ku. Aku hanya mendengkus kesal, tapi aku percaya dengan Mas Ferdi. Tak mungkin
Baca selengkapnya

45. tamu rempong datang lagi

Sore hari ini aku sengaja bersantai ria dengan Mas Ferdi didepan kolam renang. Kebetulan juga Mami dan Papi bakal menginap semalam."Bu, ada tamu!" Ucap Bik Titin padaku"Tamu, tamu siapa Bik?" Tanya ku penasaran.Karena memang hari ini aku sedang tak janjian bertemu siapapun."Biasa Bu, warga Krembangan." Astaga, ternyata mereka beneran datang. Duuh, gercep amat sih. Baru juga dua hari aku dirumah, eeh mereka uda dateng aja.Sebetulnya aku mengacungi jempol untuk jiwa sosial mereka ketetangga. Karena aku merasakan sendiri. Saat aku sakit, dan harus menjalani opname, hari itu juga mereka datang. Dan saat ini, baru juga aku lahiran dapat dua hari, mereka datang kemari. Dan malah mereka lah yang menjadi tamu pertama."Suruh masuk Bik, sekalian gelarin tikar gih. Takutnya tempat duduknya kurang. Aku siap-siap dulu.""Baik Bu." Bik Titin berlalu menjalankan perintah dariku. Sedang aku kembali kedalam kamar mengganti pakaian."Titip Arsha dulu ya Pa. Mama mau ganti baju dulu.""Uda, gak u
Baca selengkapnya

46. Bu sri serangan jantung

Hari ini Mas Ferdi dan Papi berangkat ke kantor pagi-pagi. Karena memang jarak rumah dan perusahaan yang lumayan jauh, yang membuat mereka akhirnya terpaksa berangkat pagi."Pa, Mama ikut ya. Please!""Nanti Arsha gimana Ma?""Kan ad Bik Titin Pa, lagian Mama juga uda nyiapin ASIP banyak kok di frezeer. Ya ya ya!" Ucapku memelas.Membuat Mas Ferdi tak tega dan mengijinkan ku ikut. Karena mereka sudah harus berangkat, dan aku tak sempat berdandan, terpaksa akhirnya aku make-up didalam mobil"Bik, titip Den Arsha ya. Saya mau ikut Pak Ferdi ke kantor. ASIP nya juga banyak kan di frezeer. Nanti panasin bentar aja biar cair." Pintaku pada Bik Titin sebelum berangkat."Loh, kamu mau ikut ke kantor sayang?" Tanya Papi yang juga baru keluar kamar."Iya Pi, mau gimana lagi. Dia juga tetangga plus pegawai aku. Jadi aku juga harus tau saat pemecatanya.""Mi, nitip Arshaka juga ya!" Kini pandangan ku beralih ke Mami yang juga berdiri disamping Papi "Iya sayang...""Yasudah yuk, kita berangkat."
Baca selengkapnya

47. fitnah yang kejam

Pov Viona"Astaga, bagaimana ini. Aku takut jika Pak Ferdi tau bahwa aku telah berbuat curang diperusahaan ini." Gumamku dalam hati yang mulai resah saat ada kroscek laporan dipusat.Kini pikiran ku hanya terisi dengan kegalauan yang tak berujung. Ini semua gara-gara Anji. Kalau saja dia tak meminta ku untuk berbuat ini, aku pasti tidak akan melakukan hal sejahat ini"Vi, Viona!" Kurasakan seseorang sedang mengguncang tubuhku. Dan barulah saat itu aku tersadar dalan lamunanku.Sosok Anji berdiri dihadapan ku dengan tatapan yang tajam dan serius."Nji, gimana ini? Aku takut kalau terjadi sesuatu sama aku?" Kini aku tak bisa menyembunyikan ketakutan ku dihadapanya. Dialah dalang dari segala kekacauan ini. Tapi, aku tak bisa berkata jujur, jika Anji lah yang merencanakan semua nya.Itu semua karena rasa cintaku yang begitu besar padanya. Apalagi, dia menjanjikan akan menikahiku. Kita melakukan semua ini untuk acara pernikahan kita nanti. Agar pernikahan kita bisa menjadi pernikahan yang
Baca selengkapnya

48. efek jera untuk viona

Drrrt... Drrrt... Drrrrt...Ku coba beberapa kali untuk menghubungi Viona. Tapi ternyata hasilnya nihil. Dia sama sekali tak mengangkat telepon dariku."Sial, kenapa aku jadi emosi ya sama si Vio. Padahal aku sudah berbaik hati padanya. Tapi dia malah kurang ajar." Gumam ku dalam hati.Ingin sekali rasanya aku memberikan efek jera pada Viona yang tak tau diuntung. Tapi masalahnya, Bu Sri saat ini masih dirawat dirumah sakit.Aku takutnya, akan berimbas buruk pada kesehatan Bu Sri, jika tau anaknya sedang bermasalah.Tapi kalau aku diamkan saja, jujur hatiku tak terima. Karena aku paham betul watak Viona yang tak tahu diri itu, persis sekali dengan Mamanya."Bu, dari tadi saya perhatikan Ibu kok kayaknya mikir sesuatu?" Tanya Bik Titin. Yang sedang bermain dengan Arshaka."Iya Bik, biasalah gara-gara tetangga gila kita."Dengkusku"Astga, mereka buat ulah apa sih Bu. Heran deh aku, padahal Bu Dina kan uda pindah kesini. Tapi kok ya bisa-bisanya tetep cari gara-gara aja." Kulihat Bik Ti
Baca selengkapnya

49. panggilan kepolisian

Hari ini Mas Ferdi sudah bertekad untuk melaporkan Viona atas tuduhan penggelapan dana. Kita berdua memang bukan berniat memenjarakan nya. Hanya sekedar memberi dia shock terapi.Karena dia sudah berani memfitnah aku dan Mas Ferdi memecat dia karena perusahaan ku bangkrut. Padahal, itu adalah ulahnya sendiri.Kalau pun nanti dia mendapatkan panggilan dari pihak kepolisian, itu dapat membungkam pernyataan nya sendiri. Bahwa dia dipecat juga akibat perbuatan nya."Anak Papa masih bobok ya sayang!" Sebelum pergi, Mas Ferdi masih sempat bermain dengan putra kecilku."Pa, nanti pulang nya jangan ajak Anandita kesini ya!""Iya sayang, Papa berangkat dulu ya. Sekalian mau jemput Dita dulu."Aku mengangguk, dan sebuah kecupan hangat mendarat dikening ku."Assalamualaikum...""Waalaikumsalam sayang, hati-hati dijalan ya!"Kulambaikan tangan mengiringi kepergian Mas Ferdi yang akan menjemput adiknya untuk ikut serta ke kantor polisi."Bu, aku gak bisa bayangin deh gimana nanti wajah Viona dan B
Baca selengkapnya

50. tak semudah itu...

Hari ini aku sudah bersiap ikut Mas Ferdi untuk datang kekantor polisi dan bertemu dengan Viona yang juga sudah ada disana.Entah kenapa kebahagiaan ku serasa membuncah membayangkan wajah takut dan bagaimana Viona akan memohon padaku agar aku mau memaafkan dia.Tapi sebelum berangkat, aku juga sudah menyiapkan dua koper berisi beberapa baju yang akan aku kenakan disana. Ya, aku akan kembali ke rumah kontrakan ku bersama Bik Titin.Mungkin awalnya banyak yang menentang keinginan ku ini, tapi karena aku tetap bersikeras, akhirnya terpaksa mereka menyetujuinya.Anandita pun memutuskan untuk mengikutiku. Karena memang dia sedang tidak ada acara apapun disini. Karena saat ini, perusahaan Papa mertua lah yang memegang kendali."Uda Ma? kalau uda kita berangkat sekarang!" Seru Mas Ferdi "Uda Pa, bentar mau masukin Keperluan tole dulu.""Yasudah, Papa tunggu dimobil ya. Dita juga sudah disana soalnya!"Aku mengangguk tanpa melihat Mas Fefdi. Tangan ku sibuk memasuk kan keperluan Arshaka keda
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status