Share

46. Bu sri serangan jantung

Author: Yanikdwilestari
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Hari ini Mas Ferdi dan Papi berangkat ke kantor pagi-pagi. Karena memang jarak rumah dan perusahaan yang lumayan jauh, yang membuat mereka akhirnya terpaksa berangkat pagi.

"Pa, Mama ikut ya. Please!"

"Nanti Arsha gimana Ma?"

"Kan ad Bik Titin Pa, lagian Mama juga uda nyiapin ASIP banyak kok di frezeer. Ya ya ya!" Ucapku memelas.

Membuat Mas Ferdi tak tega dan mengijinkan ku ikut. Karena mereka sudah harus berangkat, dan aku tak sempat berdandan, terpaksa akhirnya aku make-up didalam mobil

"Bik, titip Den Arsha ya. Saya mau ikut Pak Ferdi ke kantor. ASIP nya juga banyak kan di frezeer. Nanti panasin bentar aja biar cair." Pintaku pada Bik Titin sebelum berangkat.

"Loh, kamu mau ikut ke kantor sayang?" Tanya Papi yang juga baru keluar kamar.

"Iya Pi, mau gimana lagi. Dia juga tetangga plus pegawai aku. Jadi aku juga harus tau saat pemecatanya."

"Mi, nitip Arshaka juga ya!" Kini pandangan ku beralih ke Mami yang juga berdiri disamping Papi

"Iya sayang..."

"Yasudah yuk, kita berangkat."
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Lucky Ari
knp bu dina ngga cerita aja kl viona korupsi makanya dipecat
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   47. fitnah yang kejam

    Pov Viona"Astaga, bagaimana ini. Aku takut jika Pak Ferdi tau bahwa aku telah berbuat curang diperusahaan ini." Gumamku dalam hati yang mulai resah saat ada kroscek laporan dipusat.Kini pikiran ku hanya terisi dengan kegalauan yang tak berujung. Ini semua gara-gara Anji. Kalau saja dia tak meminta ku untuk berbuat ini, aku pasti tidak akan melakukan hal sejahat ini"Vi, Viona!" Kurasakan seseorang sedang mengguncang tubuhku. Dan barulah saat itu aku tersadar dalan lamunanku.Sosok Anji berdiri dihadapan ku dengan tatapan yang tajam dan serius."Nji, gimana ini? Aku takut kalau terjadi sesuatu sama aku?" Kini aku tak bisa menyembunyikan ketakutan ku dihadapanya. Dialah dalang dari segala kekacauan ini. Tapi, aku tak bisa berkata jujur, jika Anji lah yang merencanakan semua nya.Itu semua karena rasa cintaku yang begitu besar padanya. Apalagi, dia menjanjikan akan menikahiku. Kita melakukan semua ini untuk acara pernikahan kita nanti. Agar pernikahan kita bisa menjadi pernikahan yang

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   48. efek jera untuk viona

    Drrrt... Drrrt... Drrrrt...Ku coba beberapa kali untuk menghubungi Viona. Tapi ternyata hasilnya nihil. Dia sama sekali tak mengangkat telepon dariku."Sial, kenapa aku jadi emosi ya sama si Vio. Padahal aku sudah berbaik hati padanya. Tapi dia malah kurang ajar." Gumam ku dalam hati.Ingin sekali rasanya aku memberikan efek jera pada Viona yang tak tau diuntung. Tapi masalahnya, Bu Sri saat ini masih dirawat dirumah sakit.Aku takutnya, akan berimbas buruk pada kesehatan Bu Sri, jika tau anaknya sedang bermasalah.Tapi kalau aku diamkan saja, jujur hatiku tak terima. Karena aku paham betul watak Viona yang tak tahu diri itu, persis sekali dengan Mamanya."Bu, dari tadi saya perhatikan Ibu kok kayaknya mikir sesuatu?" Tanya Bik Titin. Yang sedang bermain dengan Arshaka."Iya Bik, biasalah gara-gara tetangga gila kita."Dengkusku"Astga, mereka buat ulah apa sih Bu. Heran deh aku, padahal Bu Dina kan uda pindah kesini. Tapi kok ya bisa-bisanya tetep cari gara-gara aja." Kulihat Bik Ti

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   49. panggilan kepolisian

    Hari ini Mas Ferdi sudah bertekad untuk melaporkan Viona atas tuduhan penggelapan dana. Kita berdua memang bukan berniat memenjarakan nya. Hanya sekedar memberi dia shock terapi.Karena dia sudah berani memfitnah aku dan Mas Ferdi memecat dia karena perusahaan ku bangkrut. Padahal, itu adalah ulahnya sendiri.Kalau pun nanti dia mendapatkan panggilan dari pihak kepolisian, itu dapat membungkam pernyataan nya sendiri. Bahwa dia dipecat juga akibat perbuatan nya."Anak Papa masih bobok ya sayang!" Sebelum pergi, Mas Ferdi masih sempat bermain dengan putra kecilku."Pa, nanti pulang nya jangan ajak Anandita kesini ya!""Iya sayang, Papa berangkat dulu ya. Sekalian mau jemput Dita dulu."Aku mengangguk, dan sebuah kecupan hangat mendarat dikening ku."Assalamualaikum...""Waalaikumsalam sayang, hati-hati dijalan ya!"Kulambaikan tangan mengiringi kepergian Mas Ferdi yang akan menjemput adiknya untuk ikut serta ke kantor polisi."Bu, aku gak bisa bayangin deh gimana nanti wajah Viona dan B

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   50. tak semudah itu...

    Hari ini aku sudah bersiap ikut Mas Ferdi untuk datang kekantor polisi dan bertemu dengan Viona yang juga sudah ada disana.Entah kenapa kebahagiaan ku serasa membuncah membayangkan wajah takut dan bagaimana Viona akan memohon padaku agar aku mau memaafkan dia.Tapi sebelum berangkat, aku juga sudah menyiapkan dua koper berisi beberapa baju yang akan aku kenakan disana. Ya, aku akan kembali ke rumah kontrakan ku bersama Bik Titin.Mungkin awalnya banyak yang menentang keinginan ku ini, tapi karena aku tetap bersikeras, akhirnya terpaksa mereka menyetujuinya.Anandita pun memutuskan untuk mengikutiku. Karena memang dia sedang tidak ada acara apapun disini. Karena saat ini, perusahaan Papa mertua lah yang memegang kendali."Uda Ma? kalau uda kita berangkat sekarang!" Seru Mas Ferdi "Uda Pa, bentar mau masukin Keperluan tole dulu.""Yasudah, Papa tunggu dimobil ya. Dita juga sudah disana soalnya!"Aku mengangguk tanpa melihat Mas Fefdi. Tangan ku sibuk memasuk kan keperluan Arshaka keda

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   51. permohonan Bu Sri

    *****"Viona, apa-apa an kamu nih. Kenapa malah sujud dikaki dia?"Bu Sri yang tiba-tiba muncul dari balik pintu pun terlihat sangat marah saat tau putrinya tengah mengiba padaku. Bahkan dia rela bersujud dikakiku.Aku juga tak peduli, mau dia bersujud dikaki ku kek, nyungsep di comberan kek, terserah.Ku hentak kan kaki ku dengan sedikit keras, hingga tangan Viona yang sedari tadi memegang pun terlepas."Kamu jadi orang jangan seenaknya juga dong Bu Din?" Hardik Bu Sri padaku."Terus anda maunya saya bagaimana?""Apa saya harus memaafkan putri anda yang jelas-jelas sudah merugikan perusahaan dan memfitnah saya. Itu mau nya anda?" Untuk memanggil namanya pun rasanya diri ini menjadi tak sudi "Halah, orang cuman diambil sedikit aja bingung. Katanya orang kaya, uang segitu mah gak ada apa-apa nya!"Mendengar ucapan Bu Sri, seketika mataku membulat. Enak saja dia berucap seperti itu, coba saja jika dia yang ada diposisiku, apa bisa dia berucap seperti itu."Sedikit ataupun banyak itu j

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   52. salah lagi, salah lagi

    Kepergian Bu Sri dan Pak Sobri membuat ku merasa sedikit lega. Setidaknya, aku tak perlu lagi melihat wajah melas Bu Sri.Kami berdua kembali duduk santai bersama Anandita sambil menonton tv. Tak berapa lama, terdengar kembali suara deru mobil didepan rumah.Sudah dapat dipastikan, jika yang datang kali ini adalah Mami. Duuh, aku kembali menata mental untuk mendengar ocehan Mami."Bismilllah, semoga Mami ngomelnya gak lama-lama." Gumamku.Mas Ferdi kembali menatap ku sambil menggerak kan sedikit dagu nya keatas. Dari tatapan nya aku tau jika dia bertanya siapa yang datang kemari. Buru-buru saja kujawab jika itu adalah Mami.Aku pun langsung bangkit dan membukakan pintu untuk kedua orang tuaku.Braaak!!!Mami turun dari mobil dan menutup pintunya dengan sedikit kasar. Semakin Mami mendekat kearah ku, semakin kurasakan degup jantung ku yang makin berpacu."Dasar, kamu tuh kebiasaan buruk Din!" Ucap Mami kala mendekat kearah ku.Dan langsung nyelonong masuk kedalam rumah. Tanpa sempat ak

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   53.dua sejoli

    Setelah beberapa hari mendalami kasus penggelapan dana yang dilakukan oleh Viona, akhirnya kami mempunyai satu tersangka lagi.Ya, orang yang kemarin aku curigai teenyata benar dialah pelakunya. Tanpa banyak kata, kami pun membawanya kepenjara juga bersama Viona. Karena dia juga harus dihukum dan dipecat tanpa pesangon seperti dia.Karena memang bagiku, tak mungkin juga Viona melakukan hal ini sendiri. Secara, dia hanya pegawai tingkat bawah. Berbeda dengan Anji yang memang memiliki jabatan di siini."Ka-kamu!!!" Ucap Viona kala melihat Anji sudah duduk dikursi penyidik bersama aku dan Mas Ferdi"Vio, katakan pada kami siapa otak dari semua ini. Kamu atau dia?" Tanya ku tegas padanya.Namun dia hanya diam tak bersuara. Entahlah, apa yang ada dipikiran nya. Kenapa dia tak mau menjawab pertanyaan ku. Apa mungkin justru dia lah yang menjadi otak semua ini."Kenapa kamu diam? Jika memang kamu terbukti bersalah dan menjadi otak dalam kejadian ini, kami tak segan akan memenjarakan mu lebih

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   54. dia makhluk astral

    Hari ini Mas Ferdi berangkat bersama Papa menuju bandara. Aku memang sengaja tak mengantarkan nya. Karena Mas Ferdi dari tadi malam sudah menginap dirumah Orang tuanya terlebih dahulu.Rasanya begitu sedih saat ditinggal Mas Ferdi pergi. Seperti tak ikhlas saja, tapi mau bagaimana lagi, ini sudah jadi tuntutan pekerjaan.Hari ini pun, aku memiliki agenda yang begitu besar bersama Anandita. Ya, aku ingin mencabut laporan ku untuk Viona dan Anji ke polisi. Karena bagaimana pun juga, mereka sudah mendapatkan balasan nya."Bik, tolong jagain Arshaka ya. Aku mau keluar bentar sekalian ke kantor juga sama Anandita." Ucapku pada Bik Titin."Siap Bu, Ibu santai saja."Aku mengulas senyum kearah nya. Tak salah juga, Bu Elis mengenalkan ku pada Bik Titin yang bisa diandalkan juga seperti Bik Asih.Kutinggalkan Bik Titin yang masih sibuk mencuci piring. Karena kebetulan juga, Arshaka sedang tertidur. Maklum, bayi masih lebih banyak waktu tidurnya. Aku pun bergegas menemui Anandita yang masih ada

Latest chapter

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   63. ending

    Setelah membereskan semua pakaian, akhirnya aku bisa ber istirahat bersama dengan Mas Ferdi. Apalagi, nanti malam aku sudah ada janji untuk keluar dengan AnanditaAku pun menikmati kegiatan ku dirumah ku sendiri. Hingga malam pun tiba, dan Anandita menjemputku setelah sholat maghrib."Yuk mbak, kita berangkat." Ajak Adik iparku ini "Jangan malem-malem pulangnya Dit! Kasian ponakan mu!" Tukas Mas Ferdi"Iya iya Mas, aku janji. Paling malam juga jam sembilan.""Yasudah kalau gitu." Jawab Mas Ferdi pasrah."Yuuk Mbak." Ajak ya lagi padaku"Iya Dit." Kami bertiga pun akhirnya berangkat, karena aku memang sengaja mengajak Bik Titin untuk menjaga putraku.Anandita pun langsung menancapkan gas ke butik langganan nya. Sesampainya disana, dia langsung bertemu dengan pemilik butik yang juga ku kenal. Karena memang kami sering memesan kebaya disini, termasuk saat pesta ulang tahun Papa mertua dan waktu syukuran kelahiran ArshakaSetelah mereka berbasa-basi, Anandita menyampaikan maksutnya, san

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   62. pindahan

    "uda beres semua kan Ma?" Tanya Mas Ferdi saat kami berdua sedang rebahan didalam kamar sambil menonton tv."Kayak nya uda semua kok Pa.""Kok kayak nya? Yang pasti dong Ma?" Aku hanya diam tak menjawab ucapan Mas Ferdi. Dan sibuk berbalas pesan dengan Anandita "Ma...?" Tanya Mas Ferdi lagi sambil sedikit mengguncang tubuhku"Eh iya Pa? Apa lagi?" Tanya ku balik."Huh, diajak suami ngomong malah dicuekin. Lagi WA an sama siapa sih?"Kini ganti Mas Ferdi yang merajuk padaku."Bukan nyuekin Pa, ini loh Mama lagi balas pesan Anandita!" Jawabku sambil menyodorkan hp didepan muka Mas Ferdi."Ngapain tuh anak, galau?"Deg-deg an sih lebih tepatnya. Maklum, namanya wanita mau lamaran uda pasti gugup dong Pa.""Emang Mama dulu juga gitu?" Tanya Mas Ferdi lagi, lama-lama dia mirip detektif aja.Aku hanya mengangguk tanpa memalingkan muka yang masih menghadap layar hp, membalas pesan dari adik iparku ini."Oh ya Pa, besok kita berangkat pagi ya. Soalnya Dita ngajak Mama belanja baju buat lam

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   61. kena razia di hotel

    Sebuah mobil kini berganti berhenti didepan rumah ku. Ternyata hari ini kami kedatangan Bunda dan Papa mertua. Karena memang sudah hampir sebulan mereka belum bertemu dengan cucu mereka satu-satunya.Kedatangan mereka juga secara tiba-tiba tanpa memberitahu dulu. Bruak!!! Bunda dan Papa pun keluar dari mobil. Dan langsung menghampiriku yang masih menggendong Arshaka didepan rumah."Assalamualaikum sayaaang!!!" Salam Bunda"Waalaikumsalam Bunda, Papa. Kok tumben kesini gak bilang-bilang dulu." Tanya ku yang langsung menyalami tangan Bunda dan Papa."Iya Din, kedatangan kami kesini memang ada perlunya. Sekalian mau jenguk cucu Opa yang ganteng ini. Kangen, uda lama gak ketemu." Jelas Papa membuat ku jadi kepo"Perlu apa ya Pa?" "Kita bicara didalam aja ya. Masa' kami enggak dipersilahkan masuk dulu?" Jawab BundaAstagaaa, aku sampai lupa saking keponya. Sampai-sampai aku tak mempersilahkan mereka untuk masuk."Ya Allah, maaf Bun, Pa, Dina sampai lupa. Mari masuk dulu..." Aku pun meri

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   60. bahan gosipan

    Hari ini sengaja aku meminta tolong pada Bik Titin untuk berkemas. Karena besok aku sudah harus pindah dari sini.Ada rasa lega sekaligus berat dalam hati. Walaupun mereka termasuk tetangga super resek, tapi aku begitu menikmati sensasinya. Karena tetangga dikomplek perumahan ku sendiri, tak ada yang seperti ini.Maklum, rata-rata mereka memang seorang pegusaha. Alhasil, mereka juga harang sekali berada dirumah. Mereka sibuk mengelola bisnis, atau sekedar jalan-jalan menghabiskan uang mereka keluar negeri."Jangan sampek ada yang tertinggal ya Bik.""Siap Bu."Sehabis menidurkan putraku, aku juga ikut membantu Bik Titin berkemas. Untung saja saat aku menyewa rumah ini, semua perabotan rumah sudah terisi. Jadi aku hanya tinggal membawa pakaian saja.Meskipun ada yang ku beli, itu pun juga hanya sekedar perintilan kecil yang tak seberapa. Dan memang berniat aku tinggalkan disini.Karena merasa kasian dengan Bibik Titin yang nampak kelelahan, aku pun memutuskan untuk memesan makanan mela

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   59. keputusan

    Sore harinya, Mas Ferdi pun mengajak kami untuk jalan-jalan ke mall terdekat didaerah ku. Dengan senang hati, aku pun mengiyakan.Karena memang sudah hampir beberapa bulan semenjak kehamilan ku, kami jarang sekali menghabiskan waktu bersama untuk jalan-jalan."Bik, uda selesai kan gantinya?""Sudah Bu." Jawab Bik Titin seraya mendekatiku."Yasudah, gantiin baju Arshaka sekalian ya. Aku mau ganti baju dulu." "Ooh iya Bu!" "Sini anak ganteng, sama Bibik dulu ya. Mama mau ganti baju dulu." Ucap Bik Tin saat mengajak ngobrol si bayi Putra ku pun merespon nya dengan tersenyum dan menggerak kan badan nya ke girangan. Sedangkan aku langsung berlalu masuk kedalam kamar, menyusul Mas Ferdi yang sudah siap dan terlihat sangat menawan.Mungkin jika wanita lain melihat Mas Ferdi, mereka akan menganggap Mas Ferdi ini masih lajang. Akibat baby face nya yang menggemaskan, membuat nya nampak awet muda.Berbeda dengan ku kini yang bertubuh semakin melar setelah melahirkan, ditambah saat ini sedang

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   58. akibat kedatangan Bu Sri ke rumah

    Tok tok tok!!!"Biar aku aja yang buka Bik! Itu paati Mas Ferdi." Ucap ku sumringah"Ooh iya Bu..."Aku yang sedang sibuk didapur pun langsung berlalu keruang tamu ingin membuka kan pintu. Karena sudah jelas, jika yang datang kali ini Mas Ferdi.Langsung saja ku buka pintu rumah dengan perasaan bahagia"Selamat datang Pa!!!" Ucapku sambil tersenyumTapi begitu terkejutnya aku, kala melihat BuSri lah yang malah berdiri didepan pintu rumah ku sambil melipat tanganya"Lah, kok Bu Sri." Batinku"Pagi Bu Din!" Ucapnya sedikit emosi"Iya, pagi juga. Ada apa ya Bu?" Tanya ku pura-pura tak tau.Padahal aku mah paham. Jika orang ini pasti ingin bertanya tentang tragedi nasi basi kemarin."Saya cuman mau tanya aja. Kok bisa-bisanya sih Bu Din ngasih saya nasi basi. Emang kamu gak mampu ya ngasih saya makanan layak!" Ucapnya sewot membuat ku seketika terbahak.Astaga, ni orang apa gak pernah sadar diri ya. Bisa-bisa malah playing victim. Dasar orang otak kurang se-ons."Teruuuus!!!" Ucapku tak k

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   57. sakit hati

    Adzan isya' pun berkumandang kala aku sudah bersantai dirumah. Kembali ku teguk teh hangat yang sudah sedikit mendingin. "Gimana Bu?" Tanya Bik Titin kepo sambil mendekatiku"Berees Bik!" Kuacungkan jempol kearah Bik Titin yang tersenyum sumringah"Tinggal nunggu keheboan aja nih ceritanya. Hihihi" Kami berdua pun akhirnya terbahak kala membayangkan ekspresi Bu Sri yang saat ini mungkin terhina sama seperti ku tadi malam.Sudah mendapatkan paling akhir, eeh taunya basi. Kan asem banget pastinya.Hmmmng!!!Suara deru mobil Alex terdengar didepan rumah. Aku pun bangkit dari tempat duduk ku, dan mengintip dibalik jendela kamar.Ternyata Alex tak mau mampir. Dan terlihat wajah Anandita yang nampak sebal. Mungkin pembicaraan mereka hari ini tak berjalan baik.Aku pun melihat Anandita yang turun dari mobil dengan wajah cemberut. Bahkan, dia sampai sedikit membanting pintu mobil kala menutupnyaKadang aku juga merasa iba dengan adik iparku ini, usianya juga terbilang sudah cukup matang unt

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   56. pembalasan

    Kuletak kan berkat pemberian Bu Sri diatas meja. Dengan cepat, Anandita melihatnya. Tapi gerakan tangan nya seketika berhenti. Dan kulihat dia sedang mengendus makanan."Kamu kenapa Dit?" Tanya ku heran melihat tingkahnya"Kayak nya nasinya basi deh Mbak!""Masa' sih! Gak mungkin lah Dit. Kan acaranya juga barusan. Mana mungkin basi."Bik Titin pun langsung mengecek nasi nya. "Iya Bu, ini basi."Astaghfirullah, keterlaluan sekali mereka. Bisa-bisanya memberikan kami makanan busuk."Kurang ajar banget sih Mbak mereka ini. Kita harus balas perbuatan mereka Mbak." Nampak Anandita berapi-api"Iya Dit, disabar-sabari malah gak tau terimakasih." Aku pun ikut tersulut emosi. Bagaimana mungkin, kami memakan makanan basi. Bahkan, orang tak punya sekalipun juga akan menolak untuk memakan nya.Kepindahan ku dari kontrakan ini juga hanya dua bulan lagi. Kalau aku tak segera membalasnya, nanti keburu tak ada lagi kesempatan membalas perlakuan mereka.Kuambil hp yang masih tergeletak diatas kasur

  • DIKIRA MISKIN GARA-GARA BAJU BUTUTKU   55. syukuran di rumah Bu sri

    Suara alunan lagu religi terdengar menggema digang sekitaran rumah ku. Ya sudah tentu pastinya, suara itu berasal dari rumah Bu Sri yang mengadakan syukuran atas bebasnya Viona dari penjara.Aku pun juga tak merasa keberatan, kala mereka tak mengundang ku untuk datang. Toh juga gak ada untungnya buat ku jika aku kesana."Berisik banget ya Mbak, suara soundnya?" Ucap Anandita yang nampak sedikit gusar kala mendengar dentuman dari sound yang berbunyi."Udah gak papa, namanya juga orang lagi bahagia Dit. Biarin aja, membuat orang bahagia juga dapat pahala lo!" "Hmmm, iya juga sih Mbak."Aku mengajak Anandita dan Bik Titin untuk berkumpul diruang keluarga. Sambil menonton drakor kesukaan Anandita.Aku yang memang ta seberapa suka, hanya ikut duduk menemani sambil berbalas pesan dengan Mas Ferdi. Baru dua hari ditinggal, aku sudah merasakan rindu yang membuncah.Drrrt... Drrrt... Dddrttt...Hp ku bergetar kala Mas Ferdi menelponku dengan vidio call. Dengan sigap, aku mengangkat panggilan

DMCA.com Protection Status