Kepergian Bu Sri dan Pak Sobri membuat ku merasa sedikit lega. Setidaknya, aku tak perlu lagi melihat wajah melas Bu Sri.Kami berdua kembali duduk santai bersama Anandita sambil menonton tv. Tak berapa lama, terdengar kembali suara deru mobil didepan rumah.Sudah dapat dipastikan, jika yang datang kali ini adalah Mami. Duuh, aku kembali menata mental untuk mendengar ocehan Mami."Bismilllah, semoga Mami ngomelnya gak lama-lama." Gumamku.Mas Ferdi kembali menatap ku sambil menggerak kan sedikit dagu nya keatas. Dari tatapan nya aku tau jika dia bertanya siapa yang datang kemari. Buru-buru saja kujawab jika itu adalah Mami.Aku pun langsung bangkit dan membukakan pintu untuk kedua orang tuaku.Braaak!!!Mami turun dari mobil dan menutup pintunya dengan sedikit kasar. Semakin Mami mendekat kearah ku, semakin kurasakan degup jantung ku yang makin berpacu."Dasar, kamu tuh kebiasaan buruk Din!" Ucap Mami kala mendekat kearah ku.Dan langsung nyelonong masuk kedalam rumah. Tanpa sempat ak
Setelah beberapa hari mendalami kasus penggelapan dana yang dilakukan oleh Viona, akhirnya kami mempunyai satu tersangka lagi.Ya, orang yang kemarin aku curigai teenyata benar dialah pelakunya. Tanpa banyak kata, kami pun membawanya kepenjara juga bersama Viona. Karena dia juga harus dihukum dan dipecat tanpa pesangon seperti dia.Karena memang bagiku, tak mungkin juga Viona melakukan hal ini sendiri. Secara, dia hanya pegawai tingkat bawah. Berbeda dengan Anji yang memang memiliki jabatan di siini."Ka-kamu!!!" Ucap Viona kala melihat Anji sudah duduk dikursi penyidik bersama aku dan Mas Ferdi"Vio, katakan pada kami siapa otak dari semua ini. Kamu atau dia?" Tanya ku tegas padanya.Namun dia hanya diam tak bersuara. Entahlah, apa yang ada dipikiran nya. Kenapa dia tak mau menjawab pertanyaan ku. Apa mungkin justru dia lah yang menjadi otak semua ini."Kenapa kamu diam? Jika memang kamu terbukti bersalah dan menjadi otak dalam kejadian ini, kami tak segan akan memenjarakan mu lebih
Hari ini Mas Ferdi berangkat bersama Papa menuju bandara. Aku memang sengaja tak mengantarkan nya. Karena Mas Ferdi dari tadi malam sudah menginap dirumah Orang tuanya terlebih dahulu.Rasanya begitu sedih saat ditinggal Mas Ferdi pergi. Seperti tak ikhlas saja, tapi mau bagaimana lagi, ini sudah jadi tuntutan pekerjaan.Hari ini pun, aku memiliki agenda yang begitu besar bersama Anandita. Ya, aku ingin mencabut laporan ku untuk Viona dan Anji ke polisi. Karena bagaimana pun juga, mereka sudah mendapatkan balasan nya."Bik, tolong jagain Arshaka ya. Aku mau keluar bentar sekalian ke kantor juga sama Anandita." Ucapku pada Bik Titin."Siap Bu, Ibu santai saja."Aku mengulas senyum kearah nya. Tak salah juga, Bu Elis mengenalkan ku pada Bik Titin yang bisa diandalkan juga seperti Bik Asih.Kutinggalkan Bik Titin yang masih sibuk mencuci piring. Karena kebetulan juga, Arshaka sedang tertidur. Maklum, bayi masih lebih banyak waktu tidurnya. Aku pun bergegas menemui Anandita yang masih ada
Suara alunan lagu religi terdengar menggema digang sekitaran rumah ku. Ya sudah tentu pastinya, suara itu berasal dari rumah Bu Sri yang mengadakan syukuran atas bebasnya Viona dari penjara.Aku pun juga tak merasa keberatan, kala mereka tak mengundang ku untuk datang. Toh juga gak ada untungnya buat ku jika aku kesana."Berisik banget ya Mbak, suara soundnya?" Ucap Anandita yang nampak sedikit gusar kala mendengar dentuman dari sound yang berbunyi."Udah gak papa, namanya juga orang lagi bahagia Dit. Biarin aja, membuat orang bahagia juga dapat pahala lo!" "Hmmm, iya juga sih Mbak."Aku mengajak Anandita dan Bik Titin untuk berkumpul diruang keluarga. Sambil menonton drakor kesukaan Anandita.Aku yang memang ta seberapa suka, hanya ikut duduk menemani sambil berbalas pesan dengan Mas Ferdi. Baru dua hari ditinggal, aku sudah merasakan rindu yang membuncah.Drrrt... Drrrt... Dddrttt...Hp ku bergetar kala Mas Ferdi menelponku dengan vidio call. Dengan sigap, aku mengangkat panggilan
Kuletak kan berkat pemberian Bu Sri diatas meja. Dengan cepat, Anandita melihatnya. Tapi gerakan tangan nya seketika berhenti. Dan kulihat dia sedang mengendus makanan."Kamu kenapa Dit?" Tanya ku heran melihat tingkahnya"Kayak nya nasinya basi deh Mbak!""Masa' sih! Gak mungkin lah Dit. Kan acaranya juga barusan. Mana mungkin basi."Bik Titin pun langsung mengecek nasi nya. "Iya Bu, ini basi."Astaghfirullah, keterlaluan sekali mereka. Bisa-bisanya memberikan kami makanan busuk."Kurang ajar banget sih Mbak mereka ini. Kita harus balas perbuatan mereka Mbak." Nampak Anandita berapi-api"Iya Dit, disabar-sabari malah gak tau terimakasih." Aku pun ikut tersulut emosi. Bagaimana mungkin, kami memakan makanan basi. Bahkan, orang tak punya sekalipun juga akan menolak untuk memakan nya.Kepindahan ku dari kontrakan ini juga hanya dua bulan lagi. Kalau aku tak segera membalasnya, nanti keburu tak ada lagi kesempatan membalas perlakuan mereka.Kuambil hp yang masih tergeletak diatas kasur
Adzan isya' pun berkumandang kala aku sudah bersantai dirumah. Kembali ku teguk teh hangat yang sudah sedikit mendingin. "Gimana Bu?" Tanya Bik Titin kepo sambil mendekatiku"Berees Bik!" Kuacungkan jempol kearah Bik Titin yang tersenyum sumringah"Tinggal nunggu keheboan aja nih ceritanya. Hihihi" Kami berdua pun akhirnya terbahak kala membayangkan ekspresi Bu Sri yang saat ini mungkin terhina sama seperti ku tadi malam.Sudah mendapatkan paling akhir, eeh taunya basi. Kan asem banget pastinya.Hmmmng!!!Suara deru mobil Alex terdengar didepan rumah. Aku pun bangkit dari tempat duduk ku, dan mengintip dibalik jendela kamar.Ternyata Alex tak mau mampir. Dan terlihat wajah Anandita yang nampak sebal. Mungkin pembicaraan mereka hari ini tak berjalan baik.Aku pun melihat Anandita yang turun dari mobil dengan wajah cemberut. Bahkan, dia sampai sedikit membanting pintu mobil kala menutupnyaKadang aku juga merasa iba dengan adik iparku ini, usianya juga terbilang sudah cukup matang unt
Tok tok tok!!!"Biar aku aja yang buka Bik! Itu paati Mas Ferdi." Ucap ku sumringah"Ooh iya Bu..."Aku yang sedang sibuk didapur pun langsung berlalu keruang tamu ingin membuka kan pintu. Karena sudah jelas, jika yang datang kali ini Mas Ferdi.Langsung saja ku buka pintu rumah dengan perasaan bahagia"Selamat datang Pa!!!" Ucapku sambil tersenyumTapi begitu terkejutnya aku, kala melihat BuSri lah yang malah berdiri didepan pintu rumah ku sambil melipat tanganya"Lah, kok Bu Sri." Batinku"Pagi Bu Din!" Ucapnya sedikit emosi"Iya, pagi juga. Ada apa ya Bu?" Tanya ku pura-pura tak tau.Padahal aku mah paham. Jika orang ini pasti ingin bertanya tentang tragedi nasi basi kemarin."Saya cuman mau tanya aja. Kok bisa-bisanya sih Bu Din ngasih saya nasi basi. Emang kamu gak mampu ya ngasih saya makanan layak!" Ucapnya sewot membuat ku seketika terbahak.Astaga, ni orang apa gak pernah sadar diri ya. Bisa-bisa malah playing victim. Dasar orang otak kurang se-ons."Teruuuus!!!" Ucapku tak k
Sore harinya, Mas Ferdi pun mengajak kami untuk jalan-jalan ke mall terdekat didaerah ku. Dengan senang hati, aku pun mengiyakan.Karena memang sudah hampir beberapa bulan semenjak kehamilan ku, kami jarang sekali menghabiskan waktu bersama untuk jalan-jalan."Bik, uda selesai kan gantinya?""Sudah Bu." Jawab Bik Titin seraya mendekatiku."Yasudah, gantiin baju Arshaka sekalian ya. Aku mau ganti baju dulu." "Ooh iya Bu!" "Sini anak ganteng, sama Bibik dulu ya. Mama mau ganti baju dulu." Ucap Bik Tin saat mengajak ngobrol si bayi Putra ku pun merespon nya dengan tersenyum dan menggerak kan badan nya ke girangan. Sedangkan aku langsung berlalu masuk kedalam kamar, menyusul Mas Ferdi yang sudah siap dan terlihat sangat menawan.Mungkin jika wanita lain melihat Mas Ferdi, mereka akan menganggap Mas Ferdi ini masih lajang. Akibat baby face nya yang menggemaskan, membuat nya nampak awet muda.Berbeda dengan ku kini yang bertubuh semakin melar setelah melahirkan, ditambah saat ini sedang