Semua Bab Kusesali Usai Istriku Pergi: Bab 81 - Bab 90

110 Bab

81. Undangan Makan Malam

Undangan Makan Malam ----Pukul 8 malam, aku sampai di tempat yang disampaikan Sania tadi siang, sebuah hotel berbintang yang ada di pusat kota. Kuedarkan pandangan ke sekeliling, mencari keberadaan Sania dan juga om Ridho. Namun dari sekian orang yang kulihat di tempat itu, tidak tampak keberadaan mereka.Seorang gadis muda berjalan menghampiriku, sepertinya dia adalah salah seorang karyawan di sana. “Pak Andra?” tanyanya begitu dia berdiri di depanku.“Iya, benar,” jawabku singkat.“Mari ikut saya, Bapak sudah ditunggu di sana,” ucapnya sopan sambil menunjuk sebuah ruangan yang ada di ujung dan memintaku untuk mengikutinya.Gadis mud aitu membawaku ke sebuah ruangan, saat dalam perjalanan menuju ruangan itu, aku sempat memikirkan sesuatu, bahwa suatu hari nanti, aku ingin membawa Alya makan malam di tempat seperti itu, dengan pelayanan kelas atas dan tentu saja menu makanan yang spesial. Hingga akhirnya aku harus menghentikan khayalanku ketika tiba di depan pintu.“Mereka sudah men
Baca selengkapnya

82. Umpan

Umpan---Om Ridho menoleh dan menatapku lekat. Dia seolah sedang berusaha menebak apa yang akan kukatakan. Meskipun dia berusaha untuk bersikap setenang mungkin, namun dari bahasa tubuhnya, aku yakin kalau dia berharap aku akan merubah pendirianku dengan tadi.“Kamu ingin mengatakan sesuatu?” tanyanya tanpa ekspresi. Ah … pandai sekali pria ini merubah ekspresinya, dari rasa penasaran menjadi seolah tidak tertarik. Tapi untuk kali ini, aku tidak ingin jatuh di lubang yang sama sehingga dia memanfaatkan ketidakberdayaan Rio, seperti yang dilakukannya padaku sebelumnya.“Oh, saya ingin memberi saran, itu pun jika diijinkan,” ucapku setelah aku berhasil mengatur kembali degup jantungku.“Saran … tentang apa?” selidiknya.“Tentang rencana pernikahan putri Om dengan teman saya, Rio. Saya sangat tahu siapa Rio, dia pria yang baik. Tidak mungkin dia akan menelantarkan kedua orang tuanya. Dan soal perjodohan itu, apakah tidak sebaiknya memberi kesempatan mereka berdua untuk saling mengenal
Baca selengkapnya

83. Fakta Yang Terungkap

Fakta Yang Terungkap----Aku melajukan mobil menembus padatnya jalan raya, hingga beberapa kali beberapa kendaraan membunyikan klaksonnya dengan kencang yang disertai umpatan ketika aku menyalip mobil mereka secara serampangan, tidak ingin membuat Alya yang tadi terdengar begitu cemas menungguku lebih lama.“Apakah kamu bermaksud untuk membunuhku?!” Seru Rio saat aku menambah laju kecepatan begitu kami memasuki jalan tol.“Jangan konyol! Aku masih ingin hidup lebih lama dan ingin menikahi Alya.”“Brengsek!!” Umpat Rio lagi, yang kutimpali dengan senyum.Aku mengurangi laju kecepatan ketika memasuki sebuah pemukiman, Rio yang duduk di sebelah mencoba membaca alamat dan mencocokkan dengan jalan yang kami lewati.“Kamu yakin ini alamatnya?” tanya Rio ragu.“Iya, ini Alamat yang diberikan Alya tadi. Dan menurut peta, kita sudah berada di tempat yang benar.” Aku menjawab sambil memerhatikan sekali lagi alamat yang tertera di peta. Saat aku sibuk memindai sekitar, ponsel yang kupegang berd
Baca selengkapnya

84. Muslihat Yang Terungkap

Muslihat Yang Terungkap----Aku dan Rio saling pandang, dia sepertinya sedang memikirkan apa yang sedang kupikirkan saat itu. Kulihat dia menarik kursinya, hingga menjadi lebih dekat kea rah Dini.“Aku tidak tahu apa yang sedang menimpamu dan juga keluargamu, namun aku akan sangat menghargainya jika kamu bersedia menceritakannya secara detail.” Rio berkata penuh penekanan. Gadis itu melihat ke arah Alya, seolah meminta pendapat darinya.“Ceritakanlah pada kami, Dini. Bagaimana pun juga, Mas Rio adalah pria yang akan menikahimu, dia berhak tahu tentangmu,” ucap Alya lembut, Dini memandang Alya dengan tatapan ragu. Aku tahu ini pasti sulit untuknya bercerita pada orang yang baru saja ditemui, namun dia juga tidak memiliki banyak pilihan, karena posisinya saat itu tidak menguntungkan baginya.Dini menunduk sambil meremas kedua tangannya, perlahan, Alya meraih tangannya dan kemudian mengusapnya lembut, memberinya kekuatan untuk menceritakannya pada kami.“Papaku meninggal lima tahun yang
Baca selengkapnya

85. Aku Akan Menikahinya

Aku Akan Menikahinya----“Kamu yakin?” tanyaku ragu, mengingat beberapa waktu yang lalu dia mengatakan padaku kalau telah menolak permintaan Vito, bahkan hal itu juga disampaikan oleh om Ridho ketika dia mengundangku makan malam kemarin.“Andra, bisa tinggalkan aku dan Dini sebentar? Ada sesuatu yang ingin kubicarakan dengannya,” pinta Rio dengan suara pelan namun terdengar tegas.“Baiklah, sebaiknya hal itu memang kalian berdua yang memutuskan. Alya, ada sesuatu yang ingin aku katakana padamu juga,” Kataku sambil meminta Alya mengikutiku. Alya menoleh ke arah Dini, tersenyum lembut dan memastikan kalau semua akan baik-baik saja.Kutinggalkan Rio dan Dini, agar mereka bisa lebih leluasa membahas tentang masalah mereka berdua, yang kebetulan memang berkaitan antara satu sama lainnya. Sementara aku sendiri, membawa Alya ke ruang tamu. Selain memberi kesempata Rio berbicara dengan ini, aku juga ingin membahas sesuatu dengan Alya, sesuatu yang harus kuselesaikan secepatnya agar tidak men
Baca selengkapnya

86. Ini Tugasku

Ini Tugasku----Rio memintaku untuk mengikutinya dengan bahasa isyarat, aku bangkit dan mengikutinya yang berjalan menuju teras. Sebelum keluar, aku meminta Alya untuk menemani Dini yang masih berada di dalam. Berjalan pelan keluar menuju teras, di sana, Rio sudah duduk di kursi rotan sambil mengeluarkan sebungkus rokok dari saku celananya. Kemudian melempar sisanya ke atas meja setelah menyalakan sebatang. Kuperhatikan Rio dari tempatku berdiri, hingga dia mendorong satu kursi dengan kakinya dan memintaku untuk duduk.“Aku sudah berbicara dengan Dini, dan kami sepakat untuk menikah,” ucapnya saat aku sudah duduk di sebelahnya.“Kamu serius? Bukannya kemarin kamu bilang telah menolak tawaran Vito dan ayahnya untuk menikah dengannya?” kataku sedikit protes. Aku tahu ini bukanlah waktu yang tepat untuk berdebat dengannya tentang hal itu, namun aku juga tidak mau jika sahabatku menjadi plin-plan dalam mengambil sebuah keputusan, terlebih aka nada hati yang nantinya terluka jika dia sala
Baca selengkapnya

87. Memainkan Peran

Memainkan Peran***Wanita bermata cekung itu masih menatapku penuh tanya, mungkin saat itu dia berusaha menebak, apa yang sebenarnya ingin kutunjukkan padanya. Lalu, perlahan dia memutar tubuhnya hingga kini kami berhadapan, meskipun dia masih tetap duduk di tempat semua.Kedua sudut bibirnya terangkat hingga membentuk senyum tipis, matanya yang cekung, kini berbinar, seolah dia telah menemukan jawaban dari rasa penasarannya."Mas ... jangan katakan kalau kamu akan membawaku kembali ke rumah itu?" Ucapnya tanpa mengalihkan pandanganya."Iya, benar. Aku akan membawamu ke rumah itu lagi, rumah kita.""Tapi, bukankah rumah kita sudah kamu jual untuk biaya pengobatanku selama ini?" Tanya Sania ragu."Hal itu juga benar. Aku memang sudah menjual rumah itu, dan uangnya juga sudah digunakan untuk biaya pengobatanmu selama ini. Namun pemilik baru yang membeli rumah itu, mengijinkanku untuk tetap tinggal di sana jika aku mau." Aku berkata sambil tersenyum, hal itu kulakukan agar Sania yakin d
Baca selengkapnya

88. Anak Selingkuhan

Anak Selingkuhan****Buru-buru kuambil ponsel Alya dan menekan tombol hijau untuk menerim panggilan dari Rio.Siapa tahu dia memang sengaja mencariku, setelah tidak bisa menghubungi nomor ponselku karena baterai habis sejak tadi."Rio, kamu di mana?" Tanyaku begitu panggilan telepon terhubung."Ah, akhirnya bisa juga aku menghubungimu. Ngomong-ngomong, bagaimana bisa kamu menjawab panggilan ini?" Selidik Rio, sepertinya dia terkejut karena aku yang menjawab panggilannya."Aku sudah pulang, makanya aku bisa menjawab telepon ini," kataku sedikit kesal. Seharusnya dia tahu kalau aku pasti berada di rumah, kalau tidak, bagaimana bisa berbicara dengannya di telepon Alya.Rio terdengar mendesah, entah karena merasa lega, atau justru sedang berusaha menekan sesuatu yang mengganjal di dadanya."Andra, aku sudah bertemu dengan Vito dan om Ridho," ucapnya setelah diam beberapa saat."Benarkah ... lalu, bagaimana hasilnya, apakah mereka setuju? Maksudku, apakah mereka merestui rencana pernikaha
Baca selengkapnya

89. Mencari Rohman

Mencari Rohman****"Kamu serius, Alya?" Tanyaku sekali lagi, mencoba meyakinkan kalau yang dikatakan Alya benar."Aku serius, Mas. Reni sendiri yang menceritakan padaku." Alya menjawab, mencoba meyakinkanku kalau informasi yang dia dapat itu benar."Reni, siapa dia?" Selidikku. Karena baru kali ini dia menyebut nama temannya itu."Reni, temannya Cantika, kebetulan mereka satu kos. Nah, waktu itu kebetulan aku main ke kosan Cantika, dia menanyakan kabar mbak Laila. Kemudian aku ceritakan secara singkat, kalau mbak Laila telah tiada, juga ... penyebab kematiannya." Alya terlihat ragu saat mengatakan penyebab kematian Laila, dia melirikku sekilas, memastikan kalau aku baik-baik saja dan tidak tersinggung dengan apa yang dia ceritakan. Dengan bahasa isyarat, aku mengatakan padanya kalau aku baik-baik saja."Tidak apa-apa, Alya, lanjutkan saja ceritamu," kataku kemudian."Aku juga sedikit menceritakan tentang Sania. Saat aku menyebut nama Sania, Reni terlihat kaget, dia beberapa kali ber
Baca selengkapnya

90. Mantan Pengawal Pribadi

Mantan Pengawal Pribadi***"Maaf, Alya, tadi Mas teringat sesuatu," kataku, menjawab pertanyaan Alya.Aku menjelaskan pada Alya tentang apa yang sedang kupikirkan, tentang sosok pria yang dulu sempat membuatku terpuruk sekaligus membuatku bangkit dari keterpurukan. Lelaki itu tidak lain adalah papanya Sania, tuan Prawiro, begitu aku memanggilnya kala itu. Karena saat itu, memang belum Kuketahui nama aslinya, dan hanya mengikuti orang memanggil dirinya.Kuakhiri panggilan telepon dari Alya, dan sekali lagi, dia mengingatkanku untuk tidak mengungkit papanya Sania nanti saat bertemu dengan Rohman nanti.Ah, Rohman ... orang seperti apa dia sebenarnya, sehingga aku tidak boleh menanyakan tentang tuan Prawiro? Bukankah dia pernah menjadi anak buahnya?***"Suci, tolong jaga Hanna selama saya keluar. Kalau ada apa-apa, kamu telp nomor saya atau hubungi nomer teman saya ini. Nanti Alya akan datang ke sini untuk menemani kalian."Aku berkata pada Suci, Babysitter Hanna sebelum berangkat samb
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status