Home / Romansa / Kusesali Usai Istriku Pergi / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Kusesali Usai Istriku Pergi: Chapter 61 - Chapter 70

110 Chapters

61. Restu

Restu----Aku yang masih belum bisa mencerna seutuhnya pembahasan kami malam ini, berusaha tetap tenang meskipun jantung berdegup kencang terlebih ketika bu Ima mulai menyinggung tentang pernikahan, bahkan kurasakan punggungku mulai basah oleh keringat dingin.Aku mengalihkan pandangan mata dari Alya yang masih memandangku dengan tatapan cemas.Kutarik napas dalam sebelum aku mulai berbicara. Aku yakin saat ini Alya pasti merasakan hal yang sama sepertiku, tidak tahu harus berbuat apa.“Maksud Ibu, apa?” tanyaku memecah keheningan.Ibu terlihat menarik napas dalam sebelum beliau menjawab pertanyaanku.“Ibu sudah tahu semuanya, meskipun kalian mencoba menyembunyikan semuanya dari ibu,” ucapnya.“Maksud ibu … apa?!” tanya Alya dengan mata terbelalak, ada keterkejutan dari sorot matanya.Bu Ima tersenyum sambil memandang Alya dengan tatapan teduh.“Kamu itu anak ibu, tanpa bertanya pun, ibu sudah tahu apa yang sedang terjadi padamu. Ibu juga tahu kalau selama ini kamu diam-diam memendam
Read more

62. Atas Nama Persahabatan

Atas Nama Persahabatan ----- "Maafkan aku, Sania," kataku lirih.Sania tidak menjawab, sejenak suasana menjadi hening dan terasa begitu kaku. Hal itu membuatku ingin mengakhiri percakapan kami. Namun belum sempat aku berkata, terdengar Sania memanggilku lirih.“Mas … kamu benar-benar ingin membantuku?" Tanya Sania lirih.“Iya Sania, tentu saja aku akan membantumu, seperti yang kukatakan padamu saat itu.” Aku berkata cepat.Kudengar Sania menarik napas dalam, aku bahkan bisa mendengar dengan jelas tarikan napasnya. Apakah dia senang dan bahagia saat ini karena saya bersedia membantunya? Entahlah.Setelah memberikan beberapa kalimat motivasi untuk Sania, saya mengakhiri telepon dan meletakkan kembali ponsel di atas meja. Kusandarkan punggung ke sofa, sementara pikiran mengembara entah ke mana. Hingga lamunanku buyar ketika ponselku kembali berbunyi. Sebuah pesan yang dikirim Alya.“Mas, apakah minggu ini kamu punya waktu? Saya ingin mengajak anak-anak keluar, sudah lama sekali saya ti
Read more

63. Memberi Harapan

Memberi Harapan***“Sania!!” teriakku dan tante Muti bersamaan.Aku berlari ke arah Sania yang masih duduk di sudut kamar sambil menatap pergelangan tangannya dengan pandangan kosong. Tante Muti terisak di sebelahku sambil sesekali menggumamkan sesuatu yang tidak bisa kudengar dengan jelas.“Apa yang kamu coba lakukan, Sania? Ini bukanlah satu-satunya jalan untuk mengatasi masalah, namun justru akan membuatmu berada dalam masalah baru,” kataku sambil menyobek kain yang ada di sana lalu membalut pergelangan tangannya yang terluka. Sania tidak menjawab dan membiarkanku mengangkat tubuhnya yang ringkih ke atas tempat tidur.“Tante, saya minta air bersih dan juga obat atau apa saja yang bisa untuk menobati lukanya,” pintaku pada tante Muti.Wanita paruh baya itu bergegas keluar kamar, sementara itu, Sania masih diam. Entah apa yang dia pikirkan. “Kenapa kamu tidak membiarkan aku mati saja,” kata Sania lirih.“Apakah kamu pikir setelah mati, semua akan berakhir? Pernahkah kamu memikirkan
Read more

64. Rio Kembali

Rio Kembali***"Kemarin Mas ketemu Sani." Aku mengulang kalimatku.Aku mencoba menatap Alya, meski sepintas, bisa melihat keterkejutan dari sorot matanya saat mendengar aku menyebut nama Sania. Namun hal itu tidak berlangsung lama, wajah gadis yang duduk di depanku ini dengan cepat berubah tanpa ekspresi, bahkan datar."Oh, iya kah? Bagaimana keadaan Sania, apakah dia baik-baik saja?" Tanyanya dengan senyum yang mengembang di kedua sudut.Ah... Alya, kenapa kamu harus menyembunyikan perasaanku di depanku? Padahal, aku akan lebih senang jika kamu memarahiku atau memakiku secara langsung. Jika kamu terus menunjukkan sikap seperti ini padaku, hal itu malah membuatku semakin tidak bisa berkutik di depanmu."Dia...baik-baik saja Alya," kataku lirih. Meskipun sebenarnya aku ingin sekali menceritakan apa yang terjadi pada Sania kemarin, tapi urung. Ketika melihat reaksi Alya yang enggan membahas lebih lanjut tentang Sania."Alya, apa kamu benar bertemu dengan Rio kemarin?" Tanyaku pada Alya
Read more

65. Rahma

Rahma***Sudah beberapa kali saya berputar dan berkeliling di tempat saya melihat Rahma tadi, namun keberadaannya tetap tidak terlihat.Dengan kesal, saya mengeluarkan ponsel dari dalam saku dan mencoba menghubungi nomornya. Akan tetapi, hal itu justru membuatku semakin merasa kesal, karena nomor ponsel Rahma tidak aktif."Siap, bisa-bisanya bocah itu mematikan ponselnya." Aku mengumpat, sebelum akhirnya memutuskan untuk pulang.Meski telah berusaha untuk membayar dengan tenang, namun tetap saja, bayangan wajah Rahma saat dia menoleh ke arahku begitu mengganggu. Aku yakin, dia sedang tidak baik-baik saja. Memperbaiki aku menelepon ibu, untuk memastikan keadaannya."Halo Bu... apakah Rahma ada di rumah?" Tanyaku pada ibu, begitu sambungan telepon terhubung."Rahma, kamu ingin berbicara dengannya?" Tanya ibu balik.Ah, kenapa tidak langsung menjawab pertanyaanku saja, sih? "Bu, apakah Rahma saat ini ada di rumah?" Aku mengulang pertanyaan, namun kali ini dengan nada yang lebih lembut
Read more

66. Rahma Pergi dari Rumah

Rahma Pergi Dari Rumah****Ada rasa sesal ketika mengingat apa yang terjadi, terlebih ketika mengetahui kalau Rahma ternyata kabur dari rumah selama satu minggu. Sementara aku tadi tanpa sengaja melihat keberadaannya bersama dengan seoran pria yang tidak kukenal. Hal itu benar-benar membuatku kesal, terlebih kedua orang tuaku menutupi semua itu dariku.“Siapa laki-laki itu, Bu?” tanyaku kemudian .Kuhela napas panjang untuk melegakan dadaku yang terasa begitu sesak.“Katakan saja, Bu. Tidak ada manfaatnya menyembunyikan dari Andra,” bapak menimpali.“Apakah Bapak dan Ibu tetap akan merahasiakan semua yang terjadi di rumah ini seandainya Andra tidak datang ke sini?” tanyaku lagi.“Ibu tidak bermaksud untuk menyembunyikan darimu, Ndra. Ibu hanya tidak ingin menambah beban pikiranmu, terlebih saat ini kamu ….”“Selama ini ibu anggap Andra ini apa? Jangan membuatku semakin terlihat menyedihkan dan tidak berguna, Bu. Sampai-sampai untuk menjaga adikku saja tidak bisa.” Aku berkata dengan
Read more

67. Pemuda Itu Ternyata

Pemuda Itu Ternyata***“Apa itu, Rio?!” Aku mengulang pertanyaanku, namun Rio masih belum juga memberi jawaban hingga membuat emosiku naik.“Rio, apakah kamu ingin mempermainkanku?” tanyaku sambil mencengkeram kerah bajunya.“Jangan membuat bonus, Andra! Lihatlah mereka memperhatikan kita.” Rio mendesis sambil melepaskan cengkeraman tangan. “Aku tahu di mana Rahma berada, dan aku akan mengantarmu ke sana besok.”“Antarkan aku ke sana sekarang, setidaknya, lakukanlah demi ibuku…,” ucapku memohon.Rio menarik napas dalam, lalu dia membetulkan bajunya yang sedikit acak-acakan karena kutarik tadi.“Tapi kamu harus berjanji untuk tidak membuat janji di sana, apalagi ini juga sudah malam,” jawab Rio.“Aku janji,” jawabku cepat.Akhirnya aku memutuskan untuk keluar, mengikuti Rio. Meskipun aku belum tahu, ke mana dia akan membawaku. Dan ketika kami sampai di tempat parkir, aku kembali menghampiri Rio. Setidaknya, aku harus tahu, ke mana dia akan membimbingku dan sejauh mana dia mengetahui
Read more

68. Keributan

Keributan ***Tubuh pemuda itu terhuyung akibat tinjuku yang mendarat tepat di wajahnya, mungkin dia juga tidak menyangka jika aku akan langsung melayangkan bogem mentah ke wajahnya. Sambil meraba wajahnya, dia berkata sambil mencoba untuk kembali berdiri tegak.“A—apa yang kamu lakukan, dan siapa Anda ini?” tanyanya terbata.“Jangan pura-pura bodoh, kita sudah pernah bertemu sebelumnya. Jangan bilang kamu lupa di mana kita bertemu,” kataku dengan menahan amarah.“Andra, tahan emosimu,” kata Rio sambil mencoba menenangkanku. Namun kepalang tanggung, saat ini aku sudah berhadapan dengan pria yang membawa Rahma kabur dari rumah, jadi, apa salahnya jika aku melampiaskan kekesanlanku.“Sepertinya Anda salah orang, karena saya baru pertama kali bertemu di sini,” ucap Andi.“Banyak omong kamu!” kataku sambil kembali menerjang ke arahnya, meskipun Andi mencoba untuk menghindar,namun terlambat, pukulan kedua kembali mendarat ke wajahnya. Andi meringis menahan sakit, perlahan dia mengusap su
Read more

69. Yang Tidak Kuketahui

Yang Tidak Kuketahui***“Siapa Vito?” Aku kembali mengulang pertanyaan. Namun reaksi Rio tetap sama, dia hanya diam di sebelahku Bab tanpa ada niat untuk memberitahu siapa itu Vito.“Ok jika kamu tidak mau memberitahuku siapa Vito itu sebenarnya, namun aku berharap, dia bisa membantu membawa Rahma keluar dari tempat terkutuk itu,” ucapku kemudian, lalu perlahan kubawa mobilku meninggalkan kompleks bidadari untuk kembali ke kafe di mana aku bertemu dengan Rio sebelumnya. Namun ketika aku hendak berbelok menuju jalan utama, Rio tiba-tiba berkata, “Turunkan aku di pertigaan depan.”“Apa, kamu ingin turun di depan? Tapi motormu kan ….”“Tidak apa-apa, akan akan mengambilnya besok. Karena aku ada urusan setelah ini dan akan lebih baik jika aku turun di depan dan naik taksi dari sana,” jelas Rio.“Baiklah …,” ucapku.Kutarik napas dalam sambil sesekali melirik ke arah Rio. Dia terlihat sedikit cemas, hal itu kuketahui dari sorot matanya dan tarikan napasnya yang terdengar berat. Aku tidak
Read more

70. Andi

“Rahma bersama dengan bajingan itu.” Aku mengulang kembali kalimatku. Sania melotot, seolah tidak percaya denga napa yang kukatakan.“Mas … apa yang kamu bicarakan?” tanya Sania sambil menatap tajam, dia menyipitkan kedua matanya. Sangat sekali kalau dia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja kukatakan. “Ceritanya panjang, Sania,” ucapku berbisik sambil menarik napas panjang, lalu meletakkan beban kejahatan di atas bangku kayu yang ada di sebelah gazebo. Sementara Sania masih memandang dengan tatapan tak percaya.Kuusap wajahku kasar dan kembali menghela nafas panjang sebelum aku kembali berkata, “Sudah satu minggu Rahma tidak pulang ke rumah.”Kembali aku menghentikan kalimat, dadaku terasa begitu berat ketika bercerita, Merasa ada beban berat yang menghunjam di dalamnya, atau mungkin sebuah perasaan seorang kakak yang merasa gagal dalam menjaga adik satu-satunya, yang bahkan baru mengetahui peristiwa yang sebenarnya hanya dari orang lain. Aku kembali mengusap wajah kasar, la
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status