Semua Bab Kau Duakan Aku, Kubawa Anakmu Pergi : Bab 21 - Bab 30

105 Bab

Bab 21

"Ya sudah, toh kamu besok bakal pindah. Ngga usah di bikin pusing," ucap Khalid menenangkan. Ia kemudian mengajak Aini masuk ke dalam Masjid untuk menunaikan salat Magrib.Keduanya berjalan terpisah saat menginjakkan kaki di teras Masjid. Khalid berbelok ke arah kiri sedangkan Aini berbelok ke arah kanan. Keduanya sama-sama berjalan menuju tempat wudhu yang terpisah antara laki-laki dan perempuan.Aini dan Khalid salat secara sendiri-sendiri karena salat jamaah telah usai. Dalam sujudnya, Aini banyak melantunkan doa. Luapan rasa sakit atas perbuatan Hisyam tak luput dari lisannya setelah membaca doa sujud. Aini berurai air mata. Sesak dan sakit sedang mendominasi badannya. Ia berusaha menikmati tiap doa yang terlantun dari bibirnya, seolah-olah ia sedang berada di hadapan Sang Pencipta.Aini duduk terpekur dalam dzikirnya. Ia merasa nyaman dan tenang saat bibir itu basah oleh kalimat-kalimat yang berisi nama Tuhannya. Aini merasa seperti sedang berada dalam dekapan Sang Pencipta."Kh
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-23
Baca selengkapnya

Bab 22

Tepat setelah pulang kerja, Khalid mengantar Aini menuju kota tempat kerjaannya yang baru. Ada rasa sungkan dalam diri Aini saat Khalid begitu antusias membantunya menaikkan barang bawaan yang tak seberapa itu ke dalam mobil."Ai, aku pasti kangen kamu," ucap Aisha sambil menahan air bening di matanya saat sama-sama menunggu Khalid membereskan barang."Aku juga pasti kangen kamu. Tapi kan ada telepon, kamu bisa telepon aku nanti. Kita juga bisa video call kalau sudah pulang kerja. Jangan sedih gitu, dong? Kayak kita bakal kepisah jauh aja.""Iya tapi kita sudah ngga bisa lagi ngobrol bareng sambil makan, curhat sana sini. Ahh aku balik sendirian lagi." Aisha merajuk.Aini mendekati badan Aisha lalu memeluknya dengan erat. "Sabar. Ini cuma untuk sementara waktu aja." Aini mengusap punggung Aisha pelan."Minta pindah juga sama Bapak," bisik Aini sambil melirik Khalid.Seketika Aisha mengurai pelukannya. Ia menatap wajah Aini dengan penuh harapan. "Bisa ya?""Coba aja, siapa tahu bisa,"
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-24
Baca selengkapnya

Bab 23

"Sayang makanan sudah siap," ucap Zahra pada Hisyam yang sudah rapi. Sepiring nasi dengan telur mata sapi sudah siap di atas meja makan. Zahra tersenyum menunggu respon laki-laki yang ada di depannya itu. Hatinya berharap akan ada ucapan terima kasih atau senyuman hangat pagi ini karena telah mempersiapkan makanan ala kadarnya untuknya.Dahi Hisyam mengernyit. Matanya melihat piring berisi nasi dan telur itu dengan senyum meremehkan. "Makanan apa itu? Pagi-pagi sarapan begitu doang!" sungut Hisyam sambil mendorong piring itu dengan sedikit hentakan."Ini tanggal tua, Sayang. Persediaan makanan kita sudah habis. Gajian masih lusa, aku masak seadanya yang ada di rumah," keluh Zahra. Sejak pagi ia tak tahu harus masak apa. Yang ia tahu hanya membuat ayam goreng atau ikan goreng saja. Sambal pun ia selalu beli kemasan. Dan saat uang menipis seperti ini, ia tak memiliki kelihaian apapun untuk mengolah bahan yang tersisa."Gaji kamu dam gajiku kan banyak. Masak habis semua?! Aini saja tid
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-26
Baca selengkapnya

Bab 24

Perjalanan Aini dan Khalid telah tiba di tempat kos rekan yang direkomendasikan oleh teman Khalid. Sayangnya, kepala Aini sedikit pusing karena perjalanan yang lumayan. Kepalanya sakit jika dibuat bergerak sehingga ia hanya memejam sambil bersandar pada sandaran kursi."Kenapa, Ai? Sudah sampai ini." Khalid memberi tahu setelah menghentikan laju kendaraannya."Tunggu bentar ya, Mas. Kepalaku agar berat." Aini berujar tanpa membuka matanya. Jari tangannya memijat dahi yang terasa pening itu."Masuk angin?""Kayaknya iya. Tunggu bentar ya? Biar enakan dulu," pinta Aini lagi sambil terus memijat."Kamu sih, diajak cari makan ngga mau," ucap Khalid khawatir. "Kalau berbadan dua itu harus jaga asupan makanannya. Biar ngga gampang sakit, apalagi kita ini sedang dalam perjalanan.""Ngga apa-apa kok, Mas. Nanti juga baikan, paling cuma butuh teh hangat aja. Setelah itu pasti nanti sembuh.""Ya sudah, kita cari teh hangat saja ya?""Terserah Mas aja." Aini menjawab dengan pasrah.Khalid pun ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-27
Baca selengkapnya

Bab 25

Wajah Aini yang sedang terlelap sudah tersimpan rapi di dalam galeri ponsel Khalid. Ia merasa senang bisa mengambil gambar itu diam-diam tanpa sepengetahuan perempuan yang sedang membuat kembang-kembang dalam hatinya kembali bermekaran."Seandainya saja kamu tidak pernah menerima lamaran Hisyam, mungkin sekarang kamu sudah bahagia dalam pelukanku," gumam Khalid sambil tak membiarkan matanya beralih dari wajah Aini yang terlelap itu. Pipi yang bersih tanpa noda, mata yang hitam legam, hidung yang minimalis sederhana dan bibirnya yang tak terlalu tebal membuat Khalid tersenyum seketika.Dalam hati ingin sekali ia memeluk badan Aini atau minimal menggenggam tangannya sekali saja tapi Khalid tak punya nyali. Hatinya merasa harus menjaga Aini hingga benar-benar halal untuk dinikahi.Khalid tak mau mengalihkan pandangannya dari wajah Aini itu. Ia masih menikmatinya dalam diam dan senyum yang bebas. Tidak ada siapapun dalam mobil itu kecuali dirinya dan Aini yang terlelap, Khalid tak mau keh
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-28
Baca selengkapnya

Bab 26

Aini duduk termenung setelah memutus panggilannya sepihak. Kebahagiaan bersama pasangan yang diharapkan harus ia pupus. Demi anak yang ada di dalam rahimnya, Aini harus mengubur semua ingin dan harap itu. Ia tak mau membagi cintanya untuk orang lain selain anaknya kelak. Bagaimana pun caranya akan ia usahakan untuk memberikan kebahagiaan itu untuk anaknya.Bibir Aini membuang napas kasar. Tangannya mengusap perutnya yang seringkali terasa berbeda dari biasanya. Ada sebuah rasa dibagian bawah perutnya yang kadang terasa tak nyaman."Ngga apa-apa, Bu. Itu perut Ibu sedang beradaptasi dengan keberadaan janin dalam rahim. Minta tolong bapaknya untuk diusap-usap saja biar tenang dan nyaman," ujar Bu Bidan saat ia periksakan kandungannya beberapa waktu lalu.Aini pun menunduk menatap perutnya. Hatinya diliputi kesedihan mendapati janin yang setelah ini tidak akan merasakan kasih sayang seorang bapak. Bahkan diusap perutnya saat hamil pun rasanya tak mungkin. "Kasihan sekali kamu, Nak. Tapi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-29
Baca selengkapnya

Bab 27

"Kenapa memangnya?" sengit Aisha. Ya, perempuan yang baru saja keluar dari ruangan itu adalah Aisha. Ia berpamitan pada Khalid yang sedang menjaga meja kasir sebelum pengganti Aini datang.Zahra tersenyum merendahkan. Senyum miring yang keluar dari bibirnya membuat hati Aisha mendidih."Bahagia ya, sekarang? Sayangnya kebahagiaan itu hasil rampasan," ucap Aisha dengan nada penuh penekanan. Raut wajah yang seolah mengejek itu membuat dada Aisha turut terpantik emosi."Kenapa memangnya? Yang penting aku berhasil merebut apa yang seharusnya menjadi milikku. Sejak dulu aku mengharapkan Mas Hisyam untuk jadi suamiku, sayangnya perempuan panti asuhan itu merebut dia dariku," ucap Zahra penuh rasa bangga."Wow, bagus. Dasar pe-la-kor," jelas Aisha penuh penekanan saat mengucapkan kata pelakor. Matanya menatap tajam wajah yang sedang berdiri di depan meja kasir itu bak mata elang, tajam dan dalam."Sha, sudah. Beliau ini pelanggan, jangan begitu." Khalid mulai bersuara. Matanya menatap Aisha
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-30
Baca selengkapnya

Bab 28

"Husss, asal aja kalau ngomong!" sembur Aini. Meskipun mengelak, ia tak bisa mengubah rona wajahnya yang kadung bersemu merah. Untungnya Aisha tidak melihatnya. Jika saja ia tahu, Aini pasti dibuat makin tak karuan dengan godaannya."Udahlah, Ai. Mau aja. Kan dia baik sama kamu. Manis lagi, kalau sama kamu, berarti kamu memperbaiki keturunan." Aisha sedikit memaksa sambil menggoda Aini."Eh ini kenapa tiba-tiba bilang seperti itu? Baru juga denger suaraku, tanya kabar kek, gimana keadaanku atau yang lainnya tentang diriku, malah bicara soal Pak Khalid," balas Aini dengan suara yang dibuat seolah-olah sedang marah tetapi bibirnya sekuat tenaga menahan agar tidak tertawa."Selow dong, Ai. Kalau soal kabar kamu, aku yakin kamu bahagia. Itu suara sudah ceria banget. Mana kedengarannya lagi happy gitu." Aisha berusaha membela diri. Ia sudah paham betul bagaimana sahabatnya itu saat bersedih, suaranya tidak seceria itu.Urung menggoda Aisha, Aini pun tertawa."Oh iya. Beda ya emang suaraku
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-31
Baca selengkapnya

Bab 29

Dua pasang mata itu saling memandangi dengan kepulan ingatan yang terberai. Untuk sesaat, keduanya saling diam dan terpaku satu sama lainnya."Kamu Aini?" tanya seorang yang baru saja membuka pintu. Tangannya merapikan kaos yang baru saja dikenakannya."Mas kok bisa ada di sini? Sedang apa di kamar ini?" balas Aini dengan pertanyaan sambil menutupi rasa kagetnya.Perlahan Aini salah tingkah. Secuil harap yang dulu pernah ia miliki untuk bisa hidup bersama dan sudah ia kubur dalam-dalam kini mulai terusik. Rasa itu kembali meletup mencari celah untuk kembali tumbuh diantara rasa yang telah mati.Namun, Aini tersadar dengan sebuah kemungkinan yang mulai merasuki pikirannya."Mas suaminya Mbak Nanda?" tanya Aini lagi saat Zain, lelaki yang ada di depannya itu hanya terdiam tanpa bergerak.Mendengar nama Nanda, Zain bak ditampar kenyataan. Matanya mengerjap meraih kesadaran yang hampir saja melambung tinggi di angkasa."Eeh emm anu, iya. Aku suaminya Nanda. Kamu sedang apa di sini? Sejak
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-01
Baca selengkapnya

Bab 30

"Alhamdulillah," ujar Khalid setelah semua makanan itu berpindah ke perutnya. Ia membersihkan kertas pembungkus itu dan memasukkannya kembali ke dalam plastik untuk dibuang ke tempat sampah.Aini berdiri untuk mengambil sebotol air mineral yang ada di atas nakas. Ia mengulurkannya ke tangan Khalid."Makasih ya?" ucap Khalid. Ia membuka penutup botol lalu meneguk separuh isinya.Aini tersenyum. Pikirannya teringat sesuatu yang kemarin ia temukan di dalam tasnya. Perempuan yang sedang hamil itu pun segera membuka lemari dan mengambil amplop itu yang masih ia simpan di dalam tas besar yang membawa baju-bajunya.Dahi Khalid mengerut saat melihat benda yang tak asing berada di tangan Aini. Ia tak bertanya. Laki-laki yang menaruh rasa pada Aini itu hanya diam menunggu apa yang akan dikatakan oleh perempuan di depannya ini."Sebelumnya saya minta maaf, saya tidak bisa menerima ini," ujar Aini seraya meletakkan amplop tersebut di depan Khalid. "Mengapa? Saya hanya ingin membantu kamu. Tidak
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-08-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status